Kenapa Harus Batu Itu..?



Ketika melakukan perjalanan menuju Kawah Ijen, mata saya tertuju pada sebuah bukit/gumuk di pusat keramaian daerah Jenggawah, tepatnya disekitar alun-alun. Bangga rasanya melihat bukit tersebut masih memancarkan nuansa hijaunya di tengah hiruk pikuk manusia yang melakukan aktifitas di bawahnya, padahal negeri ini sudah tercatat sebagai negara peringkat ke-4 pembuat kerusakan lingkungan di dunia. Namun tanpa sengaja penglihatan saya menatap suatu kejanggalan pada salah satu sudut di balik rimbunan hijau bukit itu, sebuah batu yang harusnya menjadi suatu ornamen pemanis bukit tersebut telah diimake-up secara paksa oleh seseorang dengan coretan bertuliskan nama seseorang yang digadang-gadang menjadi seorang pemimpinnya kelak. Dalam hati saya berfikir mungkin mereka terlalu bersemangat dalam menyuarakan aspirasi mereka, tapi apakah masih kurang luas medan pertempuran mereka di jalan-jalan? Hingga bukit yang harusnya jadi tempat bermain segelintir satwa yang ada disana, akhirnya harus berbagi juga dengan keegoisan manusia.



Sampai dikawah Ijen kembali disuguhi suasana yang tak kalah dengan pemandangan seperti di Gumuk Jenggawah tersebut.. Pada sebuah batu di bibir kawah tersebut nampak pula suatu coretan, tentunya kali ini berbeda penulis dan berbeda pula kepentingannya. Dua buah nama terukir disana, dengan simbol hati lengkap pula dengan tulisan “Always Forever”, membuat mata yang melihatnya geregetan, apalagi jika si pembaca adalah seorang jomblo yang baru patah hati he..he.. Ternyata setelah diamati secara teliti batu tersebut memang telah tak nampak lagi keperawanannya, karena disetiap bagiannya sudah dipenuhi coretan berupa nama manusia, organisasi atau coretan tanpa makna, seakan batu tersebut menjadi obyek seragam kita saat lulusan sekolah.



Heran, Apakah kebebasan berekspresi dalam berdemokrasi diartikan bebas juga buat kita untuk menyalurkan aspirasi tulisan kita di sembarang tempat..? Kenapa harus batu-batu itu yang dijadikan korban oleh orang-orang mengatasnamakan demokrasi?



Amboi... Kenapa harus batu itu yang di jadikan ukiran tanda cinta kasih seseorang kepada orang yang dicintainya..? Apakah tak cukup jalinan cinta mereka diukir dengan bingkai kesetiaan di dalam hati mereka masing-masing..? Tak pernahkah mereka berfikir jika kasih sayang mereka juga dibutuhkan buat karya cipta Illahi yang lain meskipun hanya berwujud sebuah batu gunung..?



Hai men...! Mengapa harus batu itu pula yang dijadikan bukti rasa fanatikmu terhadap organisasi/seseorang yang kamu banggakan, tak bisakah rasa fanatik itu dijadikan sebagai motivasi untuk bersama-sama menjadikan negeri tercinta ini tak lagi nongkrong dalam peringkat negara-negara pembuat kerusakan alam tercepat..? ( kalau PSSI masuk peringkat itu baru prestasi..).


Kebebasan berekspresi di jaman modern ini mestinya harus diungkapkan dengan cara yang cerdas, kreatif dan tanpa merusak lingkungan. Budaya coretan disembarang tempat adalah budaya para orang primitif masa lampau, budaya para leluhur kita yang masih belum mengenal tulisan atau bahkan Facebook, jadi mungkin ita bisa maklumi jika 'update status' mereka hanya bisa dilakukan lewat tanda atau cap tangan mereka di batu-batu.


Masa premanisasi telah berganti dengan masa reformasi, dimana segala sesuatu harus dilandasi dengan hati nurani. Sekarang bukan lagi era 'Genk Kampung' , dimana tiap lewat jam 12 malam saya begitu antusias menenteng cat semprot hanya untuk membuat tulisan kebesaran 'Genk Ndeso' saya di tembok kampung sebelah, gara-gara saya begitu fanatik untuk menunjukkan eksistensi geng picisan saya pada semua orang.



Apa masih kurang media yang disediakan untuk menyalurkan semua unek-unek kita di era dunia cyber ini..? Apa kita masih belum sadar jika sehari-hari kita bergaul dengan sesuatu yang bisa menyalurkan semua isi tempurung otak kita..? Saya yakin pencipta Facebook (sopo jenenge..?) membuat situs ini tak semata-mata sebagai ajang narsis tempat pajang foto atau tempat perkenalan basa-basi di dunia maya belaka. Sepertinya banyak hal positif yang bisa kita lakukan lewat situs jejaring sosial ini, sebab apa yang tidak bisa kita lakukan lewat FB..?? Cari jodoh, bisnis online, dakwah, populer, kampanye pro kontra, makelar HP, curhat, berkeluh kesah, misuh atau bahkan jika seseorang ingin menyampaikan wasiat terakhir sebelum bunuh diri saja bisa dilakukan disini.



JADI... KENAPA HARUS BATU ITU...???



Biarkan pahatan maha karya Illahi itu seperti apa adanya. Jangan sampai tangan-tangan nakal kita membubuhi dengan coretan tanpa makna. Semoga saja kita bisa sadar, kelak akan ada generasi yang berhak menikmati semua pahatan Illahi itu. Jangan sampai saat seharusnya kita telah damai di alam baka sana, harus berurusan lagi dengan om Malaikat cuma gara-gara seseorang di dunia ini telah jengkel melihat sebuah batu tak nampak indah akibat coretan tangan kita.

Komentar

  1. Yang nulis2 di batu dikumpulkan jadi satu aja brow, trus disuruh bikin blog..(google translate jawa - indonesia)

    BalasHapus
  2. essip.. trus bikin persatuan Bloger Nulis Watu

    BalasHapus
  3. essip dot blogspot dotkom wes bertengger di blogroll acacicu;

    BalasHapus
  4. koyoke gumuk sing dimaksud alinea pertama iku enek ndek background blog-q yah? hekwhekwhekwhekw

    BalasHapus

Posting Komentar

Terima kasih telah membaca artikel dengan cara seksama dan tidak dalam tempo sesingkat-singkatnya