Antara Tanah Abang dan Pasar Senen


Tak biasanya laju bus Kopaja berjalan sekencang ini. padahal sekarang sudah sore hari. Waktunya para pencari rejeki pulang ke rumahnya kembali. Pak sopir terlihat santai memainkan lingkar kemudi di tangannya. Tak sedikitpun gurat kegelisahan nampak di wajahnya. Gelisah karena tak ingin uang setoran buat si bos menjadi bertambah. Gara-gara body bus yang dikendarainya menjadi ringsek, karena berebut jalan dengan pengguna lain yang ingin terhindar dari macet.

Jakarta lengang hari ini. Ibukota telah ditinggal oleh warga urbannya. Megapolitan sekarang tak ubahnya seperti kuburan. Sunyi sepi nyaris tak berpenghuni. Menyisakan hutan-hutan pencakar langit yang masih pongah berdiri seperti kemarin. Seakan tak pernah peduli dengan apa yang ada di bawahnya. Padahal di situ banyak cerita yang harusnya dia dengarkan. Banyak perut-perut kelaparan. Banyak pula bandit-bandit jalan berkeliaran.

Sekarang sudah memasuki hari ke dua lebaran. Mungkin para warga urban itu sudah kembali ke kampung halaman. Saling melepas rindu bersama sanak dan handai taulan. Berkumpul dengan teman lama dan berbagi pengalaman saat menjadi pengejar mimpi di ibukota. Tak lupa pula memamerkan perubahan yang dia dapatkan saat di perantauan. Yang dulunya berteman mesra dengan lumpur di sawah. Sekarang sudah berubah menjadi pemuja barang-barang mewah. Cangkul, sabit dan kerbau mulai dilupakan. Berganti dengan hape, laptop dan mobil yang begitu menawan. Dandanan pun harus mengikuti perkembangan jaman. Kerudung mulai ditanggalkan, berganti dengan pakaian yang memamerkan indahnya lekuk tubuh seorang perempuan. Itulah Jakarta, sebuah kota yang sanggup merubah seseorang dalam sekejap mata.

Namun tak semua pengalaman yang mereka ceritakan berakhir dengan sebuah kesuksesan. Banyak pula diantara mereka yang pulang dengan tangan hampa. Tiada kebanggaan, tiada pula segenggam berlian yang bisa dijadikan modal untuk melanjutkan hidup di kampung halaman. Seperti halnya aku di sini yang hanya bisa merenungi arti dari sebuah kegagalan. Cuma bisa meratapi semua kebodohan yang aku lakukan.

Ya, betapa bodohnya aku saat ini. Di saat semua warga urban itu tengah merayakan arti dari sebuah hari kemenangan. Ternyata di sini aku hanya bisa menjadi seorang pecundang. Harus bisa menerima kekalahan, jika upah jerih payahku tak akan pernah kunjung datang.

Tak seharusnya aku berada di kota yang lengang ini. Harusnya aku berada di kota kecil itu. Meresapi kalam-kalam Ilahi dikumandangkan di musholla kampungku. Mencium punggung tangan nan lembut dari seorang ibu. Menikmati opor ketupat yang biasa beliau buat. Tapi apa yang aku lakukan di sini?. Telah kulewatkan semua kebahagiaan itu. Semua itu telah pergi. Semua telah sirna bersama impian yang dulu kubawa saat pertama kali menapak kaki di ibukota.

Kurasa inilah sebuah kehidupan. Tak selamanya alur kehidupan kita akan selalu berjalan indah. Ada resah dan juga masalah yang harus kita kecap, tapi perlu kita renungkan agar bisa memperoleh sebuah hikmah. Dari sisi materi mungkin tiada lagi yang bisa kuharap dari kota ini. Tapi setidaknya sekarang aku sudah mendapat jawaban tentang pertanyaan-pertanyaanku selama ini. Sebuah jawaban yang kudapat lewat cerita dari seorang wanita yang seharusnya kupanggil ibu, jika dari kota inilah layar kehidupanku pertama kali digelar.

Tapi biarlah, bagiku itu hanyalah bagian dari masa lalu. Jakarta sudah tak menarik lagi buatku. Tiada lagi gubuk kenangan yang tempo hari ibuku ceritakan. Gubuk itu telah hilang berganti dengan sebuah taman. Batavia tak lagi ramah bagiku. Tak seperti saat dulu senyumnya mampu menenangkan tangis pertamaku di dunia ini. Betawi rasanya sudah tak bisa pula menahanku untuk berlama di sini. Jadi apa pun yang terjadi aku harus pergi dari sini.

Ya aku harus segera pulang kembali ke kota kecil itu. Meski kutahu kota itu tak semegah dirimu. Tapi di situ banyak sekali impian-impian yang saat ini aku lupakan. Aku tahu di sana tiada pernah ada satu pun wanita yang pernah melahirkanku lewat rahimnya. Tapi bagiku dialah sebenar-benarnya ibuku. Dialah yang pertama kali menangis saat mendengar di kota ini aku meringis karena rasa kelaparan. Dialah yang selalu memberikan sebuah kehangatan kasih sayang meski aku sering berbuat kesalahan. Ya aku rindu dengan kota kecil itu. Aku rindu dengan keluarga itu.

Maaf Jakartaku jika sekarang aku melupakanmu. Rasanya kulitku tak terbiasa dibilas dengan airmu yang penuh pekat kaporit. Tak terbiasa pula isi paru-paruku menampung udaramu yang bercampur dengan asap-asap sedan mewahmu. Jangan kawatir sayang, kuyakin masih banyak pengejar impian lain yang mau memahatkan karyanya di sini. Bukanlah seorang kuli bangunan sepertiku yang tak kuasa menahan kerasnya kehidupan di kotamu.

Terima kasih pak sopir karena kau tlah mengantarku di stasiun Senen ini. Dari stasiun inilah dulu pernah kutambatkan impian dan harapan. Dan dari sini pula mungkin harus kutanggalkan semua impian-impian itu. Terima kasih pula karena setidaknya kau tlah memberiku kesempatan untuk mengucap selamat tinggal pada kota ini tanpa harus berdesakan di antara penumpang.

Aku harus segera pulang. Aku harus kembali ke kota kecil itu untuk berkarya dan melanjutkan semua mimpi-mimpiku di sana. Dan jika saja kelak aku ditakdirkan untuk kembali ke kota ini. Mungkin aku tak mau kembali menjadi seorang pemimpi di sini, tapi menjadi seorang lelaki yang sudah menggenggam semua impian-impian di tangannya.

Image and video hosting by TinyPic


sumber gambar : http://akumassa.org

Komentar

  1. sudah bang lozz, jangan sedih seperti lah
    ada awal pasti ada akhir, hehehe

    BalasHapus
  2. Mas Lozz, cerpennya bagus! Eh, prosa ndink. :)

    Semoga menang yah :)

    BalasHapus
  3. jadi sudah mantap dengan jawaban itu ya uncle
    nggak nyari2 lagi?
    semoga jadi kuat ya

    BalasHapus
  4. ikut meng-aminkan kalimat terakhir ..

    kayaknya bakal menang nih kontesnya..

    BalasHapus
  5. Kapan2 ke jakarta yuuuk. Tapi lebih suka ke mangga dua aja deh... :)

    BalasHapus
  6. Amin..

    Ingat pasar Senen jd ingat kecopetan, dompet dkk hilang.... huahuahua...
    Untung ditolong seorang pegawai dephub yg asli Suroboyo. Alhmd g sido jd gelandanganen

    BalasHapus
  7. Puteriamirilies@
    haaaaa.. aku nulis ndowo komene cuma horee hehehe. awas sampean mbak Put haha

    Imam Shyhox (Boll)@
    begh aku ini malah bahagia loh kang sekarang

    Anazkia@
    matur nuwun mbak Anaz.. entahlah itu prosa, cerpen atau narasi. saya enggak ngerti

    Monda@
    mantap tante.. berkarya saja di kota kecil itu

    Dey@
    amiin.. makasih mbak Dey

    Ami@
    uhui.. saya diajak jalan-jalan nih ma mbak Ami.. dibayarin yo mbak?

    Iffa Hoet@
    lah kok mbak Iffa gak hubungi saya sih. hehe

    BalasHapus
  8. Siapa suruh datang Jakarta...
    Siapa suruh datang Jakarta...
    Hihihi.. Itu lagu siapa yak? *lupa*

    Uncle Lozz.. Klo kami sanggup inginnya pindah jg dari sini...
    Tapi ibarat pohon, keluarga kami udah jd beringin... Berakar disini...
    Walau tercekik benalu polusi tp kami gak nyanggup pindah...
    Mgkn lama2 akan mati.. Dgn tetap berakar disini...

    Tulisannya bagus banget Uncle...
    Semoga menang ya...! :-)

    BalasHapus
  9. sambil nyanyi kaya bundanya vania ah
    "aku pulaaaaaang...." duh lagu siapa ya itu :-D
    keren tulisannya uncle. 10 jempol buat uncle Lozz

    BalasHapus
  10. Kampung halaman selalu menentramkan, biarpun kemewahan bukan sesuatu yang dijanjikan, tetapi disana selalu ada banyak harapan...
    Ah, jadi pengen mudik lagi nih :D

    BalasHapus
  11. Hmm..iki tah yg d'melek'e sampai smalem..apik cerita uncle,.tpi rasanya karakter uncle ilang,.hehe

    trus uncle kapan mw ke pulau sembrang sana hihi

    semoga menang Uncle

    Hmm..iki tah yg d'melek'e sampai smalem..apik cerita uncle,.tpi rasanya karakter uncle ilang,.hehe

    trus uncle kapan mw ke pulau sembrang sana hihi

    semoga menang Uncle

    BalasHapus
  12. Wah. Tulisannya menyentuh..itu saja komentar saya.hehheee

    BalasHapus
  13. kisah nyata ato sebuah cerita to Kang ? isinya sungguh menggambarkan sebuah kenyataan yang teralami.
    mungkin lagunya god bless rumah kita menjadi sebuah jawaban yang indah.

    BalasHapus
  14. iya nih boz, ni nyata ato cuma fiksi, klo cuma fiksi kq terasa benar ungkapan hatinya nih boz, aq jadi teringat sebuah kalimat penyemangatku : "g pulang kq kangen, tapi klo pulang kq malu klo belum sukses"

    BalasHapus
  15. jakarta itu punya sebutan baru, yakni kota metropolutan, ngerti kan :D

    BalasHapus
  16. semoga impian2 itu akan menjadi nyata...
    kalo bkn skrg, mungkin esok hari
    jgn pernah mengucap kata lelah dan menyerah!
    semangat Brad,
    apa kabarmu?

    BalasHapus
  17. Saleum,
    top markotop deh tulisannya kang, saya harus berhenti nyuapin bubur ke mulut akibat terhanyut dalam alur ceritanya, :)
    saleum dmilano

    BalasHapus
  18. semoga sukses di kontesnya... :)

    BalasHapus
  19. keren kang.. Mungkin aku tak mau kembali menjadi seorang pemimpi di sini, tapi menjadi seorang lelaki yang sudah menggenggam semua impian-impian di tangannya.

    i like it

    BalasHapus
  20. wah..prosanya bagus mas..
    namun bagiku, sepahit apapun ibukota, aku tetap mencintainya karena disanalah aku dilahirkan, dibesarkan, dan dididik...
    meski bukan barang mewah yang kumiliki disana, tapi sanak keluargaku menunggu di kota itu..aku rindu kota itu...
    salam...

    BalasHapus
  21. nice artikel.stasiun ibarat rumah dunia yang penuh makna..jadi kangen masa-masa pas pergi bolak-balik jogja jakarta..

    BalasHapus
  22. Mengharukan!!!

    ikut terharu sam, atas hilangnya karakter penulis.... hehe

    BalasHapus
  23. Lyliana Thia@
    hehehe lagune Vania tuh mbak.. yang penting dimanapun kita berada disitu harus ada sebuah karya mbak Thia

    Lidya@
    lah sekarang malah Pascal ma Alvin yang ganti nyanyi hehe. makasih mbak Lid

    Bintang@
    hehehe mudik aja mbak Irma.. mumpung harga tiket turun lagi

    Sofyan@
    hahaha pikirmu uripku isine guyu terus kang?

    Wahyu Eko Prasetyo@
    apa kabar mas, piye kontrakane. masih aman terkendali kan?

    BalasHapus
  24. Djangan Pakies@
    pengalaman nyata kok kang, saat mengejar impian di ibukota

    Oen-Oen@
    hehehe asli kok, salam kenal mas.. tips-tips di blognya bagus loh

    R10@
    hehehe istilah baru tuh

    Penghuni60@
    alhamdulillah baik nih brade.. piye dah makin menggelembung aja tabungan dunia mayanya?

    Dmilano@
    awas kesedak loh bang.. hehe

    BalasHapus
  25. Mechta@
    matur nuwun mbak mechta

    Pri Cimbun@
    jadi wisatawan aja kalau kembali ke Jakarta yo kang hahaha

    Muamdisini@
    dan kota itulah yang menjadi tempat anda untuk berkarya, betul kan mas?

    Kadang coro kadang mas coro@
    hahaha salah minum kopi iki ceritane kang

    BalasHapus
  26. Mas Lozz, kisahnya sangat 'touching' orang bule bilang. Semoga mimpi segera menjadi nyata.

    BalasHapus
  27. Semoga sukses di perhelatannya Nandini ya, Mas... :)
    Kalo dapat hadiahnya, bagi2 aku ya... Hehe...

    BalasHapus
  28. oooo jadi begitu ya dek cerita dirimu dulu, dari stasiun senen ya,,, heheh

    kalo anak gunung seperti dirimu memang gak bisa di Jakarta, cozzz Jakarta gak ada gunung.. ups :)

    salam sukses :)

    BalasHapus
  29. wuiiihh..
    ajib banget dah ceritanyaa..
    ampe meitikan air mata di semua lubang..
    (eh?)
    hehehhhe..

    BalasHapus
  30. karena hidup memang spt roda. kadang di atas , kadang di bawah toh

    BalasHapus
  31. Cukup bahagia mas. Mampirlah walau sekejap.hehehee

    BalasHapus
  32. laikk this,,
    jakarta memang kota seribu cerita..
    kalau kata temen ku..
    hanya orang-orang gila yang sanggup bertahan di jakarta,,
    gila karena kemacetan,,
    gila karena tuntutan hidup..

    (*dan mungkin aku termasuk dari sekian banyak orang orang gila ituh..

    BalasHapus
  33. Uncle hebat bisa sanggup mengambil keputusan utk meninggalkan jakarta yg memang sumpek, polusi , macet dll
    kalau bunda spertinya susah kalau mau pindah dr sini, krn sudah terlanjur betah , lagipula semua keluarga juga disini

    kayaknya tulisan ini yg bakal jadi juara di acaranya Nandini :)

    salam

    BalasHapus
  34. M. Mursyid PW@
    hahaha istilah menopo maneh niku pak Mur?

    Kakaakin@
    jiah.. si juragan sarung malah minta bagian..hehe

    Fitr4y@
    kata sapa Uni? ada tuh Gunung Agung

    Setiaonebudhi@
    begh.. lubang jendela maksude? hehe

    Asop@
    belum kan, masih di dunia maya nih haha

    BalasHapus
  35. Sang Cerpenis Bercerita@
    paling enak di tengah-tengah ya mbak Fan

    Wahyu Eko Prasetyo@
    insya Allah mas, sampean juga monggo mampir ke Balung jika mudik ke GM

    Mylittleusagi@
    bukan saya yang ngomong loh mbak Put

    Bundadontworry@
    jika saja dulu saya sudah kenal Bunda, mungkin saya numpang makan terus tuh di situ hehe.. matur nuwun Bunda Lyli

    BalasHapus
  36. Mungkin aku tak mau kembali menjadi seorang pemimpi, tapi menjadi seorang lelaki yang sudah menggenggam semua impian-impian di tangannya.

    INDAH SAm

    BalasHapus
  37. Ingat pasar senen, ingat ketinggalan kreta lsng mewek. Hahaha

    Bagiku jakarta memang menggiurkan. Bnyk tetangga (adekku juga) yg sukses di jakarta. Tanpa ke luar negripun mereka bs punya apa2. Tp disisi laen, ada yg bilang kejamnya ibukota tak sekejam ibu tiri. Apa yg membedakan mereka yg gagal dan sukses?? Keberuntungan? Kecerdasan? Kerja keras? Atau kerja lewat jalan pintas? Entahlah. . . .
    Kurang dowo ga mas lozz haha

    BalasHapus
  38. lahhh lebaran di jakarta thoo gak ajak2 sampeyan

    BalasHapus
  39. cieee...ini fiksi apa nyata? jadi lebaran kemarin kang lozz ke jakarta? knapa gak janjian di monas hihihi....

    sukses yach utk kontesnya......

    BalasHapus
  40. oleh2 dari Jakarta mana??? *nodongin tangan*

    BalasHapus
  41. nice banget artikel nya mas. moga menang kontes nya ya. kalau saya juga boleh memilih sih sama kayak nasib di atas ini. mending milih kampung halaman saya di bandung. di jakarta sumpek n macetnya udah lebay. tapi ya di nikmati aja si mas. insyaAllah rezeki nya udah di sini gitu. toh bandung-jakarta deket ya. kalau kangen ke bandung kan deket jaraknya 2.5 jam an aja :D

    BalasHapus
  42. Gubernur Jakarta: "Alhamdulillah.. wargaku berkurang satu, bisa naik nih tunjanganku"
    haha...

    BalasHapus
  43. Kok gak mampir Surabaya dulu tho mas.
    Ngapain ke Jakarta segala
    jember menunggu dharma bahkti sampeyan cak

    Salam hangat dari Surabaya

    BalasHapus
  44. seettt dah, isok mellow pisan toh cak? hahahahaha
    aku arep balek saiki lah kok ora kebagian tiket, ra ngerti info blas nek tiket dibatesi gak koyok taon wingi, worong cak.. ngopi sek nang omah.

    BalasHapus
  45. InsyaAllah mas, kalau ada waktu pasti saya mampir...

    BalasHapus
  46. aku suka gaya semangat mas yg satu ini :)
    semoga mimpimu kali ini terwujud ..dan memang ga cuma jakarta yg bisa menyediakannya..kota lain pun bisa hehehe

    maaf lahir batin ya mas,..semoga amal ibadahmu di bulan ramadhan, diterima oleh Allah SWT.amin!

    BalasHapus
  47. Yudis@
    begh ayo nulis yang indah-indah lagi di blog sam

    Tarrykittyholic@
    saya rasa kurang jamune mbak hehe

    Julie@
    lah sampean gak SMS saya dulu mbak Jul.. kan diriku malu hehehe

    Nia@
    tuh cerita beberapa tahun sebelum masehi loh mbak Nia

    Erwin@
    lah ini oleh-oleh postingan

    BalasHapus
  48. Maminx@
    berarti brade Maminx tuh yang saya maksud pengejar impian lain yang berkarya di kota itu

    Yuniarinukti@
    gubernur Jatim menyahut "enak nih"

    Nokia N8@
    hehehe matur nuwun pakdhe.. membangun deso wae ya

    Kira@
    jiah emange diriku enggak bisa roman layaknya pendekar syair berdarah tah hahaha

    Wahyu Eko Prasetyo@
    oke mas, saya nantikan

    Ketty Husnia@
    sama-sama mbak, mohon maaf jika ada khilaf dari saya

    BalasHapus
  49. Aku sudah nyerah dengah Jakarta...

    BalasHapus
  50. nganti kamitenggengen aku mas Lozz.. mimpi itu ada di hati :)

    sudah dicatat ya, terima kasih atas partisipasinya :)

    BalasHapus
  51. Besok2 dari stasiun Senen ke stasiun Kranji/bekasi mas Lozz, ngangkot dikit udh nyampe deh ke rumahku, ta siapin kopi satu teko nanti he he.

    Essip bgt tulisannya, manurutku sih kandidat menang^^

    BalasHapus
  52. Tulisan yang bagus sekali kawan...

    BalasHapus
  53. Sekarang aku mengerti mas Lozz
    Moga ini pilihan terbaik

    Andaikan Allah menakdirkan
    Diboyong pun tak apa

    BalasHapus

Posting Komentar

Terima kasih telah membaca artikel dengan cara seksama dan tidak dalam tempo sesingkat-singkatnya