Tajemtra, Apa Sekedar Jalan Kaki Saja?


Jangan datang ke Jember hari ini ! Itulah saran saya jika mungkin ada diantara anda yang mempunyai rencana bepergian ke kota kecil ini. Sebab bisa jadi saat sebelum memasuki kota Jember anda akan berhadapan dengan bapak-bapak polisi yang mengarahkan kendaraan anda untuk menjauhi jantung kota.

Emang ada apa Jember hari ini? Apa ada demo besar-besaran yang terjadi di pusat kota sana? Ah tidak saudara-saudara. Insya Allah, selama ada satpam dunia maya Jember akan baik-baik saja hahaha. Opo hubungane rek?

Hari ini di Jember sedang diadakan even rakyat  bernama Tanggul - Jember Tradisional atau biasa disebut Tajemtra. Sebuah kegiatan gerak jalan kolosal yang menempuh rute sepanjang kurang lebih 30 kilometer. Berawal dari alun-alun kecamatan Tanggul sebagai garis startnya dan finish di alun-alun kota Jember.

Sebenarnya even ini  lebih dulu terkenal dan mengakar bagi warga Jember, jauh-jauh sebelum JFC populer seperti sekarang ini. Even yang sekarang masuk dalam paket BBJ (Bulan Berkunjung Jember) ini umurnya jauh lebih tua dari saya. Gerak jalan klasik ini  melibatkan ribuan peserta. Konon menurut sejarah kegiatan ini pernah memakan korban jiwa salah satu pesertanya. Hingga akhirnya untuk mengenang peristiwa tersebut, piala yang diperebutkan sekarang dinamai dengan nama peserta yang meninggal tersebut yaitu Mahmudi Cup.

Dulu bisa dikatakan hampir setiap kecamatan-kecamatan di Jember mempunyai gerak jalan tradisionalnya sendiri-sendiri. Di tempat saya ada gerak jalan Gubatra (Gumelar - Balung Tradisional). Di kecamatan tetangga sebelah ada gerak jalan dengan nama unik yaitu Gambangsuling alias Gambirono - Bangsalsari - Sukorejo Keliling. Lalu ada pula gerak jalan yang bernama Watam yang menempuh rute dari pantai wisata Watu Ulo dan berakhir di alun-alun Ambulu. Namun sungguh sayang, gerak jalan tradisional tersebut kini nampaknya telah punah karena jaman.

Saat kecil dulu saya pun sering mengikuti gerak jalan Gubatra yang ada di daerah saya. Seperti halnya Tajemtra, gerak jalan tersebut menempuh rute puluhan kilometer. Melibatkan ribuan peserta yang tentu saja memakan waktu lama. Makanya tidak heran jika hingga tengah malam pun masih saja ada peserta yang berceceran di tengah jalan. Rute yang demikian panjang serasa bukan apa-apa jika dijalani bersama-sama. Saling menyemangati antar peserta. Berbagi bekal makanan dan minuman dengan mereka selama perjalanan yang ujung-ujungnya mendapat kenalan baru dari kegiatan itu.

Yang unik, tanpa dikomando penonton di sepanjang jalan pun ikut andil dalam kegiatan yang menguras tenaga itu.  Dengan sukarela para warga mengeluarkan peralatan sound system rumah yang mereka punyai. Memutar lagu-lagu perjuangan sebagai injeksi semangat bagi peserta yang berlaga. Tiba-tiba pula jalanan disulap menjadi panggung aksi para MC dadakan. Yah para warga itu dengan pedenya berlagak bak pandusiar yang mengucapkan selamat datang kepada setiap peserta yang lalu lalang di jalan depan rumahnya. Sebuah pemandangan yang lucu, tapi sangat efektif memberikan iuran semangat bagi langkah perjalanan tiap peserta. Lebih terharu lagi manakala saya menjumpai para warga yang dengan ikhlas hati menawarkan air minum gratis pada peserta yang mereka sediakan di meja-meja depan rumah mereka.

Itulah suasana gerak jalan tradisional yang dulu pernah saya ikuti. Bangga rasanya saat merah putih terikat di kepala saya dan menjadi teman selama perjalanan. Serasa menyenangkan karena disepanjang perjalanan penonton pun tak henti memberi dukungan semangat juang. Mengharukan pula rasanya manakala saya bisa menikmati teguk demi teguk dari air yang mereka tawarkan. Ah, sungguh sebuah nostalgia yang begitu saya rindukan terjadi pada Tajemtra hari ini. Yah, semoga saja masih ada merah putih yang terikat di kepala setiap peserta. Semoga pula "iwak peyek" tak menjadi sebuah lagu wajib dalam perjalanan mereka nantinya.

Gerak jalan tradisional macam Tajemtra menurut saya bukan hanya sekedar arena jalan kaki massal belaka, tapi ada pesan-pesan moral yang bisa kita ambil di dalamnya. Sebagai peserta kita harus senantiasa bersemangat menggapai tujuan kita. Meski kadang letih mendera, tapi jika semua kita lakukan bersama-sama, rasa lelah itu tidak akan begitu terasa. Sebagai penonton kita pun bisa memberikan kontribusi pada mereka. Dengan memberikan dukungan semampu kita, layaknya para MC dadakan dan air minum gratis yang ditawarkan oleh para warga.

Demikian pula yang terjadi dalam kehidupan kita, masalah seberat apa pun insya ALLAH akan terasa enteng jika kita mau jalani bersama. Harus ada aksi saling dukung dan menyemangati untuk setiap karya anak bangsa. Memberikan sebuah dukungan dengan semua yang kita mampu. Jika kita tidak mampu? Hmm saya rasa diam dan bersikap seperti layaknya penonton pasif Tajemtra itu lebih baik dilakukan. Yah, daripada menjadi pribadi yang pelit memberikan apresiasi terhadap karya orang lain, tapi justru berubah kritis manakala dirinya melihat ada sisi kekurangan dari yang orang lain lakukan.

Dulur blogger, apakah di tempat anda masih ada gerak jalan tradisional macam Tajemtra? Apakah anda pernah pula mengikutinya? Jika anda masih belum mengikutinya, tidak ada salahnya jika anda mengikuti Tajemtra yang ada di kota saya. Insya ALLAH saya akan dengan senang hati menjadi penonton setia yang menyemangati perjalanan anda ahahaha.


note : Selamat berjuang buat pak Rohim, ayahanda Masbro sebagai peserta Tajemtra. Ah, andai saja ada  punya waktu mungkin saya akan bangga menjadi tandem perjalanan anda Bapak. Tapi sungguh sayang bapak, saya bukan lelaki merdeka seperti anda.  Maju terus dan tetap semangat pak Rohim..!


sumber gambar : http://prioritasjember.blogspot.com/

Komentar

  1. Ahahahaaaa... saya suka kalimat penutupnya. Maturnuwun doanya Kang. Insya Allah Bapak baik-baik saja. Kan my father is Forrest Gump :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ini artikel pelengkapnya Kang, My Father Is Forrest Gump.. Matur tengkyu note-nya.

      Hapus
    2. wuih berarti pak Rohim itu Tom Hanks yo sam. wah podo artise dong kalau gitu dengan saya. Aku kan Nicolas Cage sam hahaha

      Hapus
  2. seru sptnya....klo radial demen tu yg ginian. tersalurkan hoby rusuhnya gkgjgk
    doa kami jg utk pak rohim ;-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. sini aja Mi ikutan.. biar Alva kuemplok nanti pas jalan

      Hapus
  3. Tajemtra umurnya udah lebih tua dari mas Lozz... Hmmm... ternyata mas Lozz ini masih muda thooo...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mas Lozz masih ABG mbak Niken... masih unyu-unyu.... wkwkwkwkwk

      Hapus
    2. muda banget dong. lah Pascal ini loh teman main kelereng saya Bun


      [im]http://images.mamapascal.multiply.com/image/1/photos/upload/300x300/SNkG4AoKCGEAAAgBRZA1/Picture-010.jpg?et=CBW%2CU5YWH%2CViFYJvU7sYSA&nmid=0[/im]

      Hapus
    3. huahahaha main kelereng sama pascal ya tadi kok gak dirapihkan lagi sih uncle :)

      Hapus
  4. Dulu di Surabaya ada gerak Jalan Suroboyo - Mojokerto, tapi sekarang kok sudah hilang ya...

    ayo semangaaatttt...!!!

    [im]https://encrypted-tbn2.google.com/images?q=tbn:ANd9GcQh--6Nx14-O-kbRuEcpVLL4dte11QNvFar8a_enuXHdU1nMRpCFQ[/im]

    BalasHapus
    Balasan
    1. mungkin perlu ono sing nggarai mas. Saya yakin banyak kok warga Surabaya yang kangen gerak jalan kolosal itu

      Hapus
    2. gerak Jalan Suroboyo - Mojokerto sdh punah ta? dulu kakakku [Cak Po] yg sewaktu msh di Surabaya pernh ikutan

      Hapus
  5. Kasih tahunya hari ini ha ha .. Sebelumnya donk biar bisa datang ke sono ***siapa tahu mau datang he he

    BalasHapus
    Balasan
    1. tahun depan aja Kang Yayat pas ada JFC atau Tajemtra lagi, sampean sama pakde rombongan. Kalau perlu kita ikutan jadi wakil blogger, piye?

      Hapus
  6. Pengen ikutan jadi MC dadakan (tapi di depan kompi saja) sambil memberikan teriakan2 untuk menyemangati Pak Rohim. Maju Perut Pantat Mundur!!!

    BalasHapus
  7. banyak event borongan di jember...hihihi :D...*sambil mikir apa jadinya klo alyssa kebagian syuting disana..... :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. hihihi mungkin saya prei dulu ngeblog selama syuting berlangsung mbak

      Hapus
  8. Sip, Lozz...setuju dengan kata-kata : daripada pelit buat memberikan apresiasi buat orang lain tapi berubah kritis manakala ada kekurangan yang dilakukan orang lain...
    Kira-kira gitu deh bunyinya ya ;)
    Oleh sebab itu, ehm, ehm, saya juga memberikan apresiasi buat kegiatan Tajemtra ini Lozz, biarpun agak berbau hura-hura karena melibatkan banyak massa, tapi semoga essensi dari Tajemtra ini bisa dimaknai lebih dalam lagi oleh masyarakat Tanggul, Jember dan sekitarnya.
    Salam Tejemtra :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. bener mbak, ben ora capek aja yang didapat ya

      Hapus
  9. Grak jalan... 2 kata yang udah lama gak saya dengar. Hahaha...
    Sekedar pemberitahuan, dulu waktu SMP dan SMA hampir setiap 17-an sekolah sayang menang gerak jalan, dan saya bangga menjadi salah satu bagian dari pasukan gerak jalan itu. Hehe...

    By the way... Jaya untuk Kota Jember (Inget Anang... )

    Salam dari Palembang...

    BalasHapus
  10. waduh mas bro,, aku dah lama ga ikutan kegiatan seperti itu lagi,, hmm,, sejak SMP klo ga salah,, hmmm,, tapi tenang saja,, aku tetap jalan2 kok rame2 dengan warga desa saat survey kegiatan lingkungan,, sambil narik meteran pula,,hehehe,,, tetap semangaat!! :)

    BalasHapus
  11. Saya selama di Jember tak pernah lihat Tajemtra, jadi hanya tau nama aja.

    BalasHapus
  12. lho...uncle lozz nggak melu gerak jalan to....hehe....

    terakhir kali saya ikut gerak jalan kayaknya waktu SMA deh...udah lama banget ya, tapi saya masih inget rasanya kok, 2 hari 2 malam kaki pegel2 semua tuh uncle...hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ora mbak. gak bisa prei nih tugas piketnya

      Hapus
  13. di Banyuwagi masih gerak jln tradisional semacam Tajemtra, sptnya thn ini blm. biasae jlg moment 17an,

    BalasHapus
    Balasan
    1. kayaknya tahun ini gak ada tuh mbak Rie. kan 17an masih Ramadhan. Bisa gak puasa semua tuh nanti pesertanya hahaha

      Hapus
  14. Hayoo kapan2 melu Tajemtra Cak, hehe
    Tapi menurut informasi semalam, Lagu Iwak Peyek masih jadi andalan hehehe

    BalasHapus
  15. Emang masih kuat jalan kaki?? xixixi,,,,

    BalasHapus
  16. terakhir erak jalan waktu SMA :)
    memakan korban jiwa karena apa uncle ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. gak paham mbak Lid. Kayaknya kejadian itu saya masih kecil banget deh

      Hapus
  17. saya bukan lelaki merdeka seperti anda...ayo mari kita merdekakan diri kita masing-masing dengan semangat kebersamaan..keep happy blogging sobat :)

    BalasHapus
  18. jember mana nih yg punya blog? Deket gak sama rumahnya anang? Hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Anang siapa mas? Anang yang makelar hape apa Anang tukang servis kulkas ahahaha

      Hapus
  19. uncle lozz gak berani ikutan, takut kalah stamina dgn pak rohim..^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. gak lah yaw.. masih kuat nih Bundo..

      apa perlu saya test jalan kaki Jember - Bukittinggi hihi

      Hapus
  20. Seperti pernah tak ceritakan, sekali ikut tajemtra, badan ruemmek mek. Nyampai di terminal tawang alun, kaki rasanya hilang rasa, tapi asyiknya masih terasa sampe sekarang. Mungkin kalo dulu nggak ada soundsytem kayak sekarang Kang. Dulu ya biasa saja, cuman kita peserta jaman itu sing macak aneh-aneh terutama pake lampu kelap-kelip di rambut

    BalasHapus
    Balasan
    1. ora pingin nostalgia melu Tajem kang?

      Hapus
    2. waahhh sampean kie pingin lek dengkulku mrothol to Kang hhhh, soale oli dengkul wis minta diganti

      Hapus
  21. apa2 gak suka ya?
    jalan2pun gak suka, sukanya di keboooooon bareng sama badak dan harimau. . .hahahahaha

    tempatku ada jalan2 seperti itu, biasanya digelar pas hari jadi Banjarnegara, Kanda. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya dawet ayu Banjarnegara mau kok dinda :)

      Hapus
  22. jalan kaki jauh banget yaa, biasanya rame2 gtu gag kerasa capek, tapi sampek rumah jarem pooll :D

    BalasHapus
  23. tajemtra unik ya mas...
    ikat kepala mrah putih kaya yang lagi agustusan..
    luar biasa tapi mas akbar acaranya, punya psan khusus smngt juang tiada henti sbelm dicapai..

    BalasHapus
  24. Terdeteksi ada postingan baru berjudul "Untung Saya Ketemu Blogcamp" tapi kok nggak muncul di sini ya Mas

    BalasHapus

Posting Komentar

Terima kasih telah membaca artikel dengan cara seksama dan tidak dalam tempo sesingkat-singkatnya