Lagu Anak itu Tak Membodohiku

 
Ada yang menarik ketika kemarin saya mencari bahan untuk blog lagu anak saya. Banyak sekali saya melihat artikel-artikel yang intinya mengkritik lirik lagu-lagu anak yang sudah tak asing lagi bagi indera dengar kita. Entah saya tidak tahu darimana sumber artikel-artikel itu. Setahu saya artikel itu lumayan banyak beredar di blog-blog. (coba search kata kunci "lagu anak pembodohan atau pembodohan lagu anak").

Saya cuma heran kenapa artikel itu justru digemari sebagai bahan copas di beberapa blog. Padahal menurut saya isinya hanyalah sebuah opini yang mengada-ada saja. Menghakimi tanpa menyertakan sebuah alasan yang valid dan masuk akal. Sangat disayangkan juga adanya sebuah label "pembodohan" di dalamnya. Seakan lagu-lagu itu benar-benar akan membuat bodoh anak kecil jika menyanyikannya. Sebuah sikap yang tidak menghargai karya anak negeri sendiri. Lebih parah lagi adapula yang mengutuk pencipta lagu serta guru TK karena dianggap membodohi mereka selama ini lewat lagu anak-anak tersebut.

Yo wis lah, jika mereka  punya opini sendiri, demikian pula halnya saya. Sebagai blogger tentu saja kita diharuskan untuk bisa memberikan sebuah informasi yang seminim mungkin jauh dari kesalahan. Meluruskan, jika ada sesuatu yang bengkok. Dan, saling memberikan urun rembug jika ada sebuah permasalahan yang belum bisa kita pecahkan layaknya persoalan tawuran yang sekarang kita hadapi. Nah, di artikel ini saya pun akan memberikan opini  mengenai semua kritikan pada lagu-lagu anak tersebut. Seobyektif mungkin dan  tentunya hanya berasal dari copas otak saya.

Ini dia beberapa lagu anak yang dikatakan memperbodoh itu. (silakan klik judulnya jika ingin mendengar dan melihat lirik lagunya)

Banyak yang mempertanyakan kenapa tiba-tiba muncul balon berwarna hijau?. Berarti balonnya ada enam dong bukan lima?. Hehehe coba dengerin lagi deh lagu "Balonku" dengan lirik yang benar. Jelas aja bingung bin mumet, lah liriknya aja diganti dari yang semula berwarna hijau sekarang diganti merah. Hanya kebiasan salah kaprah dalam menyanyikan saja menurut saya permasalahannya. Penyanyi jazz Tompi juga salah loh dalam menyanyikannya. Intinya menurut saya yang membikin bingung itu kita sendiri, karena salah dalam menyanyikan lirik lagunya. Mungkin kita terpengaruh juga dengan lagu "Pelangi" yang menyebutkan warna merah di awal salah satu liriknya,. Kemudian menjadi kebiasaan yang kita lakukan juga di lagu "balonku". Piye? masih ngeyel saja nyanyi "balonku" pakai warna merah? Yo wis silakan bermumet ria aja hahaha.

Ada yang menganggap aneh lagu ini karena menceritakan bintang yang muncul di langit yang biru. Padahal bintang biasanya muncul saat malam hari atau ketika langit berwarna hitam. Lah jelas aneh dong, wong lagi-lagi liriknya dirubah saat menyanyikan. Mungkin pula karena lagi-lagi terpengaruh lagu "pelangi", lirik yang semula berbunyi "di langit yang tinggi" berubah menjadi "di langit yang biru". Masih tak percaya? Silakan anda lihat rima lirik lagu "bintang kecil", kira-kira lebih sreg mana pakai "tinggi" atau "biru"?.

Lagu ini dikatakan tidak konsisten dalam menulis lirik lagunya. Pada bait pertama menceritakan seorang kapiten dengan pedang panjang, kemudian di bait ke dua menceritakan tentang sepatunya. Mereka mempertanyakan inkonsistensi lirik lagu itu. Menceritakan pedang atau sepatu?. Menurut saya jawabannya terletak pada judul lagu itu, "Aku seorang kapiten". Yah, lagu itu menceritakan sosok penampilan seorang kapiten, bukan sepatu atau pedang panjang. Tidak ada yang salah kok dengan liriknya. Masih tetap konsisten karena menceritakan seorang kapiten yang mempunyai pedang panjang, dan saat dia berjalan berbunyi prok prok prok. Hingga karena gagahnya dia bangga menyebut "Aku seorang kapiten".

Katanya lagu ini akan membuat anak tidak memprogam tugasnya secara baik dan selalu terburu-buru. Seakan para pengkritik menuntut agar lagu tersebut menyebutkan detail demi detail aktifitas pagi yang dilakukan anak. Hmm. menurut saya dalam menciptakan sebuah lagu tentunya pencipta harus mampu bercerita dalam bentuk seringkas mungkin tapi mengena kepada sasarannya. Lah kalau lagu "bangun tidur" saja kita diharuskan menyebut satu persatu aktifitas anak saat pagi hari, bagaimana halnya dengan sebuah lagu cinta milik orang dewasa?. Wah bisa jadi sandiwara radio dong nanti lagunya?

Disebutkan jika lagu ini bisa membuat anak kecil kehilangan konsentrasi, semangat dan motivasi. Sebab, pada awal lagu terkesan memberi semangat untuk mendaki, namun kemudian menjadi bingung dan hanya mampu tolah-toleh  melihat pohon cemara di kanan kiri.

Saya sarankan para pengkritik untuk masuk pencinta alam  dan belajar ilmu psikologi alam bebas. Dalam pendakian memang dibutuhkan sebuah konsentrasi tinggi, tapi diperlukan pula sebuah improvisasi agar kita tak merasa terbebani dengan beratnya perjalanan kita. Salah satu cara adalah dengan melayangkan pandangan menikmati pemandangan di kanan kiri  ketika perjalanan. Yah, dengan melihat pemandangan kiri kanan yang digambarkan pohon cemara itu membuat kita menjadi termotivasi untuk mendaki, bukan malah sebaliknya. 

Anda tidak percaya? Monggo, kapan-kapan kita naik gunung bareng dan sama-sama membuktikannya.

Lagu ini dikatakan akan memberi efek anak doyan gratisan.  Lebih lucu lagi disebut-sebut jika PJKA rugi besar gara-gara efek dari lagu ini. Cobalah anda cermati lirik "keretaku tak berhenti lama". Apakah menurut anda itu kereta api beneran atau hanya kereta api mainan?. Apakah masuk akal seorang anak kecil memiliki kereta api sungguhan?. Sebenarnya jika kita mencermati, lagu itu justru mengajarkan nilai kedermawanan pada seorang anak. Yaitu dengan memperbolehkan teman-temannya naik kereta api dia tanpa harus membayar. Bukankah itu perilaku seorang dermawan?.

Jika ada yang tanya lah rutenya itu kan bener rute kereta api sungguhan? Hehehe berpikir dalam bingkai kanak-kanak dong pret!. Berimajinasi liar lah laksana anak-anak kecil, mau B`ndung, Surabaya atau Ujung Kulon  sekalipun, itu kan hanya imajinasi anak-anak ketika bermain kereta api. Bukan malah sebaliknya mengada-ada dengan mengatakan PJKA akan rugi gara-gara lagu ini. Tanya deh pak masinis atau kondektur kereta, apakah mereka menggratiskan penumpangnya gara-gara ketika kecil mendengarkan lagu ini?

Ini jelas lagu dewasa dan bukan konsumsi anak-anak! itu kata para pengkritik lagu ini. Hehehe yang ngeres sebenarnya lagunya apa yang ngritik ya? Cobalah anda bayangkan ketika kecil dulu, ketika anda mendengar kalimat minum susu apakah itu anda anggap sebagai aktifitas seksual? Atau jika sekarang saya menulis "jika pagi hari saya minum jamu, jika malam hari saya minum susu". Apakah anda mengartikan tulisan itu jika saya sedang melakukan aktifitas seksual? Jelas ya ! kalau pikiran anda ngeres hehehe. Cobalah kembali cermati rima lagu itu, saya rasa anda pasti tahu jika sebenarnya lagu itu wajar-wajar saja.

Diartikel itu ditulis bahwa psikolog mengatakan jika sdkian tahun anak-anak Indonesia diajak tidur dengan cara "mengancam". Hmm.. para emak tentu sudah paham bagaimana sulitnya menidurkan anak kecil mereka. Menyuruh anak kecil tentu saja tak semudah yang kita kira. Ada hukum sebab akibat yang biasanya harus kita jelaskan dulu agar mereka patuh dengan perintah orang tuanya. Jika anak belajar malas tentu akan tidak naik kelas. Jika anak durhaka pada orang tua maka jadinya akan celaka. Demikian pula dengan lagu itu. Sebuah bujukan sekaligus menjelaskan efek jika mereka tak lekas tidur yaitu digigit nyamuk. Menurut saya itu hanya sebuah stimulan agar mereka lekas tidur, bukanlah ancaman pada anak. Lain halnya jika lirik itu berbunyi "Kalau tidak bobo' digigit emak" atau "Kalau tidak bobo' digampar bapak" itu baru namanya ancaman. Heran, sebenarnya psikolog mana sih yang omong gitu?


Katanya lagu ini menyesatkan,  karena tidak mengajarkan realita pada anak. Seekor burung kutilang harusnya berbunyi cuit.cuit.cuit bukan trililili yang lebih identik dengan bunyi orang. Hehehe saya sarankan deh mulai sekarang para pengkritik itu agar tak membaca novel lagi seumur hidupnya.


Sebuah karya seni tentunya harus bisa memberikan sebuah daya imajinasi tinggi bagi para penikmatnya. Coba bayangkan apa jadinya sebuah novela tanpa bumbu sastra. Apakah kita akan terus memprotes jika ada tulisan yang tak sesuai dengan realita secara gamblang, misal pada kalimat "wajahmu secerah rembulan"? atau "Tatapanmu membuat hatiku dag dig dug ser". Begitu pula halnya dengan sebuah lagu, tak bisa tentunya kita harus memaksakan sebuah lirik sesuai dengan realitanya secara kongrit. Jangankan pada lagu anak-anak yang penuh dengan imajinasi tinggi, pada lagu orang dewasa pun mungkin saya bisa mengkritik dengan membenturkannya pada realita secara makjleb. Pada lagu Noah misalnya, bisa saja saya mengatakan jika Ariel itu seorang waria, karena menyanyikan lirik berbunyi "karena separuh aku dirimu" hehe. Cobalah nikmati karya seni itu dengan penuh imajinasi, itu saja masalahnya.


Untuk menikmati lagu anak-anak tentunya kita tak bisa memaksakan pola pikir dan idealisme kita sebagai orang dewasa. Cobalah kembali ke masa kecil kita dulu agar kita bisa memahami arti dari lagu anak-anak itu. Jika dikatakan lagu anak itu melakukan pembodohan, justru saya merasa jika merekalah yang telah membuat bodoh dirinya sendiri. Jika lagu anak-anak itu dianggap melakukan penyesatan, Hmm.. saya lebih setuju jika artikel merekalah yang justru telah mencoba menyesatkan para pembacanya. Sebab, seiring bertambahnya usia, kita pasti tahu jika lagu anak-anak itu sebenarnya adalah sebuah hiburan bukan pembodohan. Sekarang saya tanya jika anda menonton komedi macam OVJ apakah itu disebut pembodohan? Padahal OVJ itu hanya sebatas keterpura-puraan dan anda menikmatinya kan?

Dulur blogger, tanggung rasanya jika sikap kritis itu ditujukan pada lagu anak-anak itu. Jika kita memang peduli dengan perkembangan generasi anak bangsa, harusnya kita mengkritisi saja para orang tua yang telah merecoki anak mereka dengan lagu-lagu orang dewasa. Bukan malah sebaliknya, melakukan aksi copas berjamaah, padahal isi artikelnya hanyalah sebatas opini mengada-ada. Jadilah blogger yang punya prinsip dan percayalah dengan tulisan anda sendiri!.

Komentar

  1. hahaha, saya juga pernah baca hal ini
    masbro, mending nyiptain lagu2 anak donk
    biar mereka gak pada nyanyi lagu cinta :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. heheh kalau bisa, mungkin sejak dulu saya dah buat lagu anak-anak mas

      Hapus
  2. Dan saya heran sama yg mengkritik itu, tentunya org itu sudah dewasa ya, makanya bisa mengkritik lagu ana-anak, dan saya yakin si dewasa yg mengkritik lagu anak2 itu, dulunya waktu masih kecil suka banget sama lagu anak2 itu.

    BalasHapus
  3. ini yang sering dibahas...
    tapi masih lumayanlah ketimbang sekarang minim lagu anak2
    masa anak2 nyanyinya iwak peyek...., parah..

    BalasHapus
    Balasan
    1. mending iwak peyek sam, ketimbang Keong Racun atau Hamil Tiga bulan haha

      Hapus
  4. Nice posting nih kang..., saya malah baru tau ada copas berjamaah tak bermutu spt itu... kok kurang kerjaan bgt ya?

    Lalu, jangan2 mrk malah ngedukung anak2 menyanyikan lagu org dewasa deh ituh.... heran yaaaa? Plis deh, kenapa ga berfikir positif, improve/perbaiki dmn yg perlu, jgn hanya mengkritik tanpa analisa mendalam, ya ga kang?

    Trims for share and met wiken kang Lozz

    BalasHapus
    Balasan
    1. mungkin kejar setoran posting aja Cutkak.. pingine update aja tapi dengan cara asal copas tanpa melakukan croscheck artikel dulu

      Hapus
  5. huahaah~
    ternyata kalo diamati liriknya memang aneh :D
    xixixi,,, buat lirik sendiri g ya? ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. lirik yang mana Jiah? lirik di artikel itu apa lirik asilnya? gak ada yang aneh tuh menurut saya kalau aslinya. Mungkin karena kamu berpikirnya dengan cara orang dewasa aja yang membuat lagu anak itu nampak aneh :)

      Hapus
    2. aslinya mah fine" aja, dari kacamata anak" :D
      pastinya penciptanya benar" menggunakan diksi yg cocok buat anak" bkn buat org dewasa...
      kadang ngeri aja denger anak" nyanyi lgu cinta, apalagi iwak peyek.grrr

      Hapus
  6. kalo aku waktu kecil nyanyiin lagu2 itu sih ngga terlalu detail juga dalam memmahami maknanya, yang penting simple, enak didenger, mudah dinyanyikan, ga tersirat hal2 negatip juga d dalamnya, daripada nyanyiin lagu2 yang ga sesuai umur

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yupz.. kita saat kecil gak merasa dibodohi kan mbak, dan saat gede juga paham jika lagu anak itu sebatas hiburan masa kanak-kanak buat kita.. salam oat..oat buat Thifa ya

      Hapus
  7. lho aku kok malah baru tahu kang ada yg model kopas bareng bareng begitu yg tak bermutu

    BalasHapus
    Balasan
    1. mbak Ely sih gak pernah dolan mblarah kayak saya hihihi

      Hapus
  8. pernah baca ini di salah satu forum,,kurang gawe itu, lah coba mereka nyiptain lagu anak ,,apa bisa ?? huhuhu

    #ngelirik anak2 ku

    BalasHapus
    Balasan
    1. mencari kelemahan dan kekurangan mudah kok Mi..

      Hapus
  9. Dalam beberapa lagu memang ada inkonstensi sih Mas..Tapi aku gak tahu apakah ini berasal dari penciptanya atau yg menyanyikannya tidak sambil berpikir..Yang mencipta atau yang menyanyikan tak terpikir bahwa generasi Indonesia kemudian lbh cerdas, jadi bisa melihat kekeliruannya..Hanya saja aa satu nih yang bikin aku bertanya Mas, generasi yang kritis sekarang kok belum mampu menciptakan lagu sengetop balanku itu ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehe mungkin karena budaya latah mengikuti perkembangan musik dunia aja mbak Evi, yang membuat mereka kelihatannya terhenti inspirasi membuat karya untuk anak negeri.. Lihat aja deh sekarang banyak musik meniru dari berbagai macam musik yang sedang ngetrend di dunia.

      Hapus
  10. kl melihat dr sisi org dewasa memang liriknya ada yg aneh, terlepas dr pihak siapa yg bikin lirik itu jd aneh.. Tp krn yg di bicarakan adlh dunia anak2, jd kl sy memang hrs di liat dr kacamata anak2 lah..

    Mnrt sy, lagu2 tsb gak melakukan pembodohan. alasan sy adalah lagu2 tersebut ada di masa kecil sy. Masa yg kaya dg lagu anak, dan buktinya setelah sy dewasa sy gak merasa bodoh tuh.. Utk yg merasa lagu tsb pembodohan apakah mereka bs menciptakan lagu yg lebih bagus? Lagu2 tsb bagus krn easy listening, mudah di cerna bagi anak2..

    Anak2 itu dunia penuh imajinasi. Adas dkt contoh (kalo mau banyak liat di blog sy. Hehe..) Anak2 sy kalo pelajaran mewarnai itu sesukanya. Singa laut berwarna hijau, gunung berwarna pink, dll. Pernah suatu kali Keke ada yg negur karena mewarnai dg warna2 yg gak lazim seperti di dunia nyata. Jelas aja bikin dia bingung karena merasa org tuanya aja gak pernah negur..

    Sy gak pernah negur karena dunia anak2 itu dunia imajinasi. Gak ada yg salah kl singa laut berwarna hijau, gunung berwarna pink, namanya juga imajinasi.. Sy rasa kl kita memutuskan imajinasi mereka, sy yakin gak akan ada yg namanya dunia kartun. Karena dunia kartun itu dunia imajinasi.. Kalo ga ada kartun lalu anak2 kita mau di bentuk seperti apa?

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehe apa? imajinasi Nai ampe segitu teh? wah jangan-jangan nanti saya digambar dengan muka Ariel :p hehehe

      Hapus
    2. hehehehe tinggal dapetin luna maya kalo gitu.. Ya mereka kan terinspirasi dr kartun juga.. Mana ada dinosaurus berwarna ungu (barney) di dunia nyata, mana ada tikus yg bisa ngomong & pake baju di dunia nyata (mickey mouse). Itu semua kan imajinasi.. Jd sy biarin aja ketika anak2 sy berimajinasi.. Selama itu imajinasinya masih imajinasinya anak2, gak perlu di tegur apalagi di salahkan :)

      Hapus
  11. Oo gitu ya mas..memang sih kalau kita baca apapun artikel atau postingan diblog kita gak harus lgs setuju ya apalagi copas tanpa check and recheck.∂άn lagu2 yg diprotes itu adalah lagu2 zaman kita kecil dulu ya yg aku jg msh suka nyanyiin ke anak2.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yups harus recheck dulu dong namanya aja copas, kalau bener gak masalah tuh meski secara etika copas nurut saya tuh kurang keren, tapi kalau enggak bisa dipertanggungjawabkan? Hmmm saya rasa kita justru makin menambah banyak kecarut marutan informasi dengan artikel copas kita

      Hapus
  12. Saleum,
    Aku gak pernah menghayati lagu anak anak sampai segitunya kang, kalau betul demikian berarti selama ini kita dibodohin lah. pantesan anak bangsa kita gak ada yang maju pesat karena sejak dulu dibodohin terus. nasib lah...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kl bangsa kita di anggap gak maju, kl kata sy sih bukan krn lagu anak. Kl di perhatiin lagu anak2 di luar negeri sana byk kok yg lirik2nya terdengar "bodoh" di mata org dewasa tp buktinya negara mereka tetep maju.. Jd melihat lagu anak memang hrs di lihat dr kacamata anak2 :-)

      Hapus
    2. Yah bang Dmilano gak baca teliti sih artikel saya hehehe. Blum ngopi nih kayaknya..

      saya sependapat dengan teteh Myra, bodoh bukan karena efek sebuah lagu anak, tapi karena yo gak belajar. Saya rasa itu hanya sebuah legitimasi aja dengan mencari kambing hitamkan lagu anak sebagai salah satu faktor tidak majunya bangsa ini

      Hapus
  13. orang iseng kurang kerjaan banget ya...yang dibahas kok syair lagu anak yang memang harus sederhana..
    kok nggak dibahas syair lagu yang vulgar aja

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah itu dia Tante, kenapa sikap kritis itu tidak digunakan untuk hal yang membangun aja ya

      Hapus
  14. Sependapat dengan komentar BUndanya ke2Nai, saya sendiri merupakan 'penyanyi' lagu anak-anak tersebut. Tak ada frase atau kalimat yg mengarah pd konteks pembodohan. Justru kondisi yg skrg marak anak-2 menyanyikna lagu dewasa itulah yg bisa dianalogkan sebagai pembodohan {perusakan dini pada mental generasi bangsa}

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya juga sepakat dengan mbak Rie, justru merecoki anak dengan lagu orang dewasa lah menurut saya sebuah pembodohan. Bahkan menurut saya itu merupakan perampasan masa kecil si anak, karena menjadikan dunia kecil mereka menjadi tak wajar dengan konten-konten dewasa yang belum waktunya untuk dikonsumsi anak kecil

      Hapus
  15. Suatu kritikan yang mana pada jamannya juga terdidik dan menyanyikan dengan lagu-lagu tersebut. Jadi mereka hanya melakukan politik dagang Kang, yang bagi kita semua melihat dengan suatu pembodohan yang terlihat kepicikan dalam keserakahan yang tidak kreatif dan inovasi.

    Semoga mereka sadar. Malah dengan lagu-lagu itu membuat mereka bisa seperti sekarang ini. He...x9 (salah satunya)

    Sukses selalu

    Salam Wisata,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Politik kejar setoran tuh Kang istilahe hehehe

      Hapus
  16. lagu balonku emanga kacau mas.. tapi liriknya sik asik sih :-)

    BalasHapus
  17. Saya malah nggak pernah mikir sampai kesana mas ...

    BalasHapus
  18. Saya pernah baca sekali tulisan tentang pembodohan itu, Mas. Kirain itu cuma guyonan belaka. Ternyata banyak yang mempostingnya juga ya. Baru tau :)
    MEmbuat lagu anak2 gak gampang ya, Mas. Kata2nya harus sederhana, namun sarat makna yang bisa dipahami anak kecil juga :)

    BalasHapus
  19. kalau lagu balonku versi Alvin ada warna putihnya loh :)

    BalasHapus
  20. eh..saya malah baru tahu lho mas kalo ada yang bilang lagu anak-anak di anggap pembodohan...kayaknya oran-orang itu memang kurang kerjaan ya...

    BalasHapus
  21. Aku pernah liat jg soal lagu anak pas stand up comedy itu uncle, lagu yg dibahas lagu abang tukang baso itu, yahh...buat lucu2an lucu jg sih ya *ups* hihihihi

    Sok uncle, ciptakan lagu anak yang cihuy ;)

    BalasHapus
  22. Uncle... apa kabar?

    Salam dari Vania buat Uncle Lozz... ;-)

    Uncle... kalo menurut aku lagu2 anak banyak sisi positifnya juga kok, lagian skrg mgkn lagi tren ya untuk bikin segala macam menjadi kontra... tak taulah itu... hehehe...

    tapiiii Uncle... ada satu lagu, yg bagi kami drg bukan membodohi, hanya saja mgkn yg menciptakan belum mengerti... hehehe.. dosenku dulu merubah lagu itu menjadi...

    bangun tidur kuterus makan, abis makan kugosok gigi.. dst...

    pokoknya intinya siiih gosok gigi setelah makan pagi, bukan sebelumnya... hehehe...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai Mbak Thiaaaa..... kangen reeek.

      Salam juga buat Vania, ntar deh Vania Om bikinkan lagu yang judulnya matematika, hehe..

      Hapus
  23. halo mas apa kabar :D kalo membaca tulisan mas ini saya jadi teringat masa kecil saya sewaktu masik jadi anak pramuaka pembimbing pramuka saya juga bialng kalo lagu anak anak ada unsur pembodohanya kalau gak salah yang dibahas pembina saya itu lagu balonku. tapi kalo saya pribadi si santai saja yang penting anak anak menyanyikan lagu sesuai dengan umurnya tapi sekarang anak keci nyanyinya lagu percintaan semua hahah :D

    BalasHapus
  24. bagus artikelnya, saya suka,, saya akan kembali lagi untuk mendapatkan artikel terbaru di blog ini,,

    BalasHapus
  25. Aku sependapat, bahwa membahas lagu anak2 yg dibilang membodohi itu buang2 energi saja... mending energi itu dipake buat bikin lagu anak2 yg baru, yg lebih 'pinter' daripada anak2 nyanyiin lagu dewasa yg gak jelas itu...

    BalasHapus
  26. Lha, sepertinya mereka harus berkaca dulu deh Om. Bikin lagu anak yang bisa bertahan sepanjang masa itu sangat sulit. Coba deh tantang untuk bikin lagu yang awet 5 tahun saja pasti gak akan mampu. Sementara lagu anak2 tempo dulu masih diajarkan di TK dan masih tetap diputar oleh tukang odong-odong.

    Saya masih punya kaset anak2 keluaran tahun 1978 atau 79 ya itu, pada lagu balonku liriknya sudah pakai warna hijau kok. Kalau lagu bintang kecil itu yang benar di langit yang tinggi, logika mana yang nyambung kalau malam hari langitnya biru??

    BalasHapus
  27. yang jadi komentator lagu anak anak itu yang pikirannya nggak waras sam , hehe

    sampeyan yg waras masih bisa berpikir logis sam

    BalasHapus
  28. Weleh... ganti papan yo, Kang?

    Haha... tukang ngritiknya kacauw balauw yo, Kang? Biasane penggemar stand up comedy iku, Kang...

    Siapa ajah tuh KAng? Mana ajah linknya? tak bawain pentungan truss tak suruh baca ini postingan. :D

    BalasHapus
  29. pokonya goyang aja dech walau patah-patah
    nyambung kagak ya komennya

    pokoknya bacanya ntar aja dech

    BalasHapus
  30. trus anak2 disuruh nyanyi lagu iwak peyek gtu????

    kayaknya mereka yg ngeritik ini masa kecilnya kurang bahagia Mas, sehingga mereka denger lagu anak2 ketika udah tidah anak2.. jadinya gini Deh. #jd ikut emosi saya heee

    BalasHapus
  31. Aku udah dapat email tentang 'pembodohan lagu anak-anak' itu sejak kapan taun, tuh. Aku langsung cari tau lirik aslinya (waktu itu lagu Balonku) dan i found nothing wrong, tuh.. Liriknya kan begini: "balonku ada 5, rupa-rupa warnanya, hijau kuning kelabu..."
    Ada tuh balon hijaunya...:D

    Yang bikin "postingan pembodohan" malah bikin lirik sendiri: "balonku ada 5, rupa-rupa warnanya, merah kuning kelabu..."
    Habis tu bingung sendiri nyariin balon hijau yang pecah :D :D

    Dasar setupid!

    BalasHapus
  32. hahahaha.. aku sering tuh nyanyiin Valeska sebelum tidur:
    Vales bobo, oh Vales bobo...
    Kalau tidak bobo digigit mama...

    Trus beneran aku gigit lembut tangannya, dia malah cekikikan geli..hihihi...

    Tapi blom pernah pake kalimat:
    kalau tidak bobo digampar papa...

    hahahahahahahahahaha.....
    Uncle Lozz aya-aya wae.. :D

    BalasHapus
  33. Lagu-lagu itu saya nyanyikan bersama anak-anak di TPA di sela2 mengaji. Anak-anak bebas maju untuk menyanyi lagu anak-anak (meskipun ada yang mengritik, di TPA kok lagunya ga islami kayak di TK umum --hehe, saya bertanya: ga islaminya di mana?). Ternyata, saya dan anak2 senang2 aja nyanyi tuh, tidak merasa bodoh, hehehe....

    BalasHapus
  34. geleng geleng saya membacanya mz lozz, makjleb pisan ...
    mari selamatkan anak negeri dari pembodohan musik ...
    pernah dengar lagunya winner "Kesaktianmu" ga om? pasti heran, sebenarnya lagu itu tentang pendekar apa tentang 18 keatas ? cekikot disini :
    http://misbach138.wordpress.com/2012/01/31/hati-hati/

    BalasHapus
  35. Namanya juga lagu anak, pastinya sang pencipta membuatnya lebih simple sesuai pemikiran anak2 walau dimata kita sebagiannya ada yang tidak beres
    dari pada lagu dewasa saya lebih suka kalau anak2 menyanyikan lagu anak2 dari pada lagu dewasa

    BalasHapus
  36. halahh ternyata emang kerjaan orang koplak, bener juga nih kita harus mencerna informasi sebaik2nya. setelah baca analisis mas, ternyata lagu-lagu anak tersebut fine-fine aja, dan cukup mendidik :D

    BalasHapus
  37. hihihi.. yang paling tidak kuhafal adalah burung kutilang :D apa pas pelajaran nyanyi di TK aku nggak masuk kelas ya, hehe

    BalasHapus
  38. pada bisanya ngritik doang,
    semoga ada lagu2 anak yg lebih mendidik lainnya ya bang :)

    BalasHapus
  39. hahahahahaha...saya ngakak mas baca pendapat mas tentang lagu anak-anak, tapi saya sepakat dengan mas... denger lagu anak-anak yah gak usah terlalu dipikir...
    biarlah anak-anak menciptakan daya imajinasi dan kreativitasnya dari lagu-lagu itu...
    saya justru lebih miris kalo anak-anak balita dengan fasih menyanyikan lagu-lagu kamseupay, selingkuhanku, cinta satu malam,,,aiiih,, apa yang mereka bisa imajinasikan dari lagu-lagu kayak gitu...

    semoga mereka yang cuma bisa mengkritik dan cuma bisa memfollow (mengekor) kritikan gak jelas itu sadar setelah baca tulisannya mas akbar...
    apa kabar mas? hehehehe

    BalasHapus
  40. Makin banyak lagu anyak-anyak, makin banyak pula pendapat orang bang. Termasuk lagu jawa

    Siji loro telu....
    astane sedheku....
    .....
    Akhirnya jika anak dah SMP, nggak mau tanya, karena tangane harus sedheku :lol:

    BalasHapus
  41. ...Bentar2 yang punya rumah, jangan2 lagi cari lirik apalagi nih... :P

    BalasHapus
  42. hahahaa menarik !
    favoritku burung kutilang :D

    BalasHapus
  43. Sam, ayo tangi Sam. Wes wayahe nyruput kopi :)

    BalasHapus
  44. hahahah klau tahu dari dulu ahhh tu lagu gak guwe nyayikan

    BalasHapus

Posting Komentar

Terima kasih telah membaca artikel dengan cara seksama dan tidak dalam tempo sesingkat-singkatnya