Apa Itu Salah?


Untuk kamu yang baru saja mengecup mesra secarik kain itu. Juga untuk kamu yang menjadikan abu-abu sebagai warna kebanggaanmu. Tanpa terasa kita kembali ke titik awal putaran masa yang baru. Tak terasa pula hampir tujuh tahun kisah perjalanan kita. Bersama, bersaudara dan berkarya di bawah naungan atap yang sama.

Masihkah kalian ingat  saat dulu sama-sama kita letakkan pondasi cinta itu.  Tak semua bibir mau memberi senyum indahnya. Bahkan beberapa mata nampak memandang penuh curiga. Ada pula diantaranya yang berkata, jika untuk mempertahankan tiangnya saja kita tak akan kuasa. Tapi, lihat sekarang sayang ! Tiang persaudaraan itu masih kokoh terpancang. Rumah karya kita masih berdiri seperti semula. Salam lestari sayup pula masih terdengar dari dalamnya. Kadang terdengar lantang. Kadang pula terdengar lirih sumbang. Meski tak bisa kita pungkiri, ada pula diantara kita yang berlalu pergi. Berlari, tanpa alasan tinggalkan gelanggang kita berjuang. Mencari kehidupan baru yang menurut mereka lebih menawarkan kelezatan.

Aku tahu ada resah ketika  kalian mendengar kata "sampah". Aku merasa ada ragu saat berkali-kali masih saja kubisikkan kalimat itu ditelingamu. Tapi,  bendera sudah dikibarkan sayang. Pantang bagi kita untuk turunkan. Lagipula aku sudah terlanjur cinta dengan dunia pencinta alam ini. Jadi, sampai kapanpun aku tiada pernah jera untuk menggandeng tanganmu bersamaku. Biar bagaimanapun kalian adalah adik-adikku. Amanat Tuhan buat aku.

Orang bilang dunia kita berdamping begitu mesra dengan petualangan. Kurasa perjalanan hidup ini itulah sebenar-benarnya petualangan. Tentang cara kita mempergunakan kredit usia  yang singkat untuk sesuatu yang manfaat. Tentang  menjadi seorang khalifah alam raya yang tak sebatas menikmati isinya, tapi juga mau berkarya di dalamnya. Jika  memiliki kepandaian,  pergunakan anugerah itu semata untuk kebaikan. Jika kaya, cobalah berkarya dengan harta yang dipunya. Lantas, bagaimana halnya jika kita terlahir dari keluarga yang tak bergelimang harta? Hmm, jangan berkecil hati sayang. Kurasa kita masih punya harta yang lain. Sesuatu yang nilai bandingannya melebihi harta apapun di dunia. Harta itu bernama akal. Ya, itulah modal berharga kita untuk beramal.

Kurasa aku belum bukanlah bagian dari orang-orang mapan itu. Tapi, bukan berarti pula aku harus menjadi seorang yang papa dalam hal berkarya. Aku hanya pencari rejeki yang mengais sen demi sen  lewat sebuah layar mini. Jadi apa salah jika kulakukan hal yang sama di dunia nyata? Mengais sampah-sampah itu sebagai bagian dari karya kita. Apa ada yang salah jika kita  pilih berkarya diantara tetumpukan sampah? Jika saja "kotoran" yang menjadi alasan bagi kita untuk enggan, cobalah untuk menelaah kalam sebaik-baiknya insan. Bukankah telah disebutkan bahwa di dalam kebersihan itu ada separuh iman?

Menjadi seorang pencinta alam handal tak harus hafal teori survival. Survival kita adalah tentang bagaimana cara bertahan tanpa harus memberi beban. Sebuah teori sederhana agar kita tetap tumbuh, mempunyai tunas yang baru  tanpa harus menjadi benalu. Aku sama sekali tak bermufakat, jika kita menjadi generasi yang suka menyodor-nyodorkan proposal dana ke meja pejabat. Justru aku merasa bangga, karena hingga detik ini kita masih belum terkontaminasi pernak-pernik iklan apalagi bendera partisan. Apapun yang terjadi aku tak akan  mau, jika kalian dijadikan sayap kepentingan bagi siapa saja. Itulah teori survival menurutku. Bertahan hidup mandiri, mencukupi diri sendiri tanpa harus membebani, sekaligus memanfaatkan semua potensi untuk semampunya memberi.

Tak piawai ilmu navigasi darat, bukan berarti pula kita tak bisa menjadi hebat. Bukan..bukan berarti aku menganggap remeh teori hebat nan njlimet itu. Terus terang aku pernah mempelajarinya, tapi kemudian sengaja  melupakannya. Alasanku sederhana saja, tak mungkin kiranya seumur hidup aku akan mempergunakannya. Navigasi itu menurutku adalah hati nurani. Tentang bagaimana menjaga setiap langkah kita agar senantiasa lurus di jalurnya, itu saja.

Usah gelisah meski kita tak megah. Usah lara meski kita tak sama dengan mereka. Tutup saja telinga kalian dari teriakan yang nyata-nyata melemahkan. Biar saja kita berkarya di atas tetumpukan sampah, daripada hanya menjadi "sampah", yang hanya tergolek diam dan pasrah.

Sayang,  kalian masih ingat kan sebuah senandung yang tiap hari kita dendangkan. Perihal seorang bidadari kecil yang masing-masing kita punyai. Bidadari penyelamat yang senantiasa menuntun kaki-kaki kita.  Jadi, kenapa kita enggan melangkah, jika bidadari kecil di hatimu berbisik itu tidak salah?

Komentar

  1. kereen uncle.. tulisannya.. dulu aku juga pengen ikut2 ndaki gitu n gabung di pencinta alam, habis itu kebanyakan mikir ini itu kayak ntar kalo mau pup gmn. Masa harus di hutan akhirnya ga jadi. Makanya aku bnr2 salut sama anak2 PA kalian bener2 hebat!!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehe kok mikiri Pup sih mbak. nih saya kasih tahu caranya DISINI

      eh piye kabare nona Thifa?

      Hapus
  2. wah iki suwe2 koyok soe gie sampean cak..

    BalasHapus
    Balasan
    1. sopo iku cak..? aku kenale Kartolo Cs loh

      Hapus
  3. Membangun itu mudah tapi mempertahankan itu yang sulit. PA yg aq ikuti dl sekarang juga sudah kembang kempis, padahal para seniornya dulu membangunnya dengan susah payah.
    Salut buat uncle Lozz dech :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. bener mbak.. membuat mudah, nah untuk survive dan mengisinya itu yang butuh konsistensi

      Matur nuwun mbak.. piye sawahe? wis panen?

      Hapus
  4. ciyee cinta mati sama pecinta alam, tapi yang perlu ditau ndak semua orang yang pecinta alam dibilang 'sampah' gitu :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yaaa Niar ga teliti nih ye bacanya. kebanyakan levitasi tuh kayaknya hehe

      Hapus
    2. nyambungn comment Niar dengan levtas ahh, gimana jika ps mendaki gunung terus bikin pose levitasi ya? pasti seruuuu...

      #ngiri dengan para pecnta alam:)

      Hapus
    3. pastinya keren mbak Rie.. coba aja deh levitasi dengan pose kepala di bawah hihihi

      Hapus
  5. Jika demikian, mari terus mendaki dengan sepenuh hati. Sungguh, sepoi angin dan dedaunan itu menjadi saksi. Juga kerikil, bebatuan, dan bentang pasar di kemiringan itu. Mari, terus saja.

    BalasHapus
    Balasan
    1. udah capek mendaki Ustad. Jadi kami milih memulung aja sekarang hahaha

      Hapus
  6. Mas, titip salam buat yang baju kuning ;)

    BalasHapus
    Balasan
    1. begh sudah dapat berapa celengan sampahmu? :p

      Hapus
  7. semoga adik2nya akan mampu meneruskan perjuangan itu... salam lestari, uncle.. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam lestari mbak Mechta.. matur nuwun ya

      Hapus
  8. Navigasi itu adalah hati nurani. I love that word uncle.

    BalasHapus
    Balasan
    1. I lophe yu tu brade.....

      [im]http://www.kisssmiley.com/wp-content/themes/webtastic/images/kiss-love-smiley.gif[/im]

      Hapus
  9. terus semangat kang...apa yg kalian lakukan nyata2 tidak salah dan menyalahi hati nurani toh. hanya bisa berdoa, semoga niat baik mu dan adik2 junior akan selalu tetap terjaga... karena pondasi cinta yg kalian bangun mmg benar2 kuat, Ganbatte uncle, love u so much ciyaaaaaaaa :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ganbatte itu opo Mi? hehe

      doakan kami istiomah dan doakan saya segera nikah hahahaha

      Hapus
  10. senior yang selalu memberikan semangat hebat, ayo kawan selagi kita msh punya kesempatan utk menghadirkan yg terbaik. kapan lagi? :D

    BalasHapus
  11. Segala sesuatu kalau dikerjakan dengan hati... pasti akan indah.
    Navigasi adalah hati nurani... suka sekali dgn penyataan itu...

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehe ambil aja deh buat Bunda Niken seorang kalau suka

      Hapus
  12. waaaah... kang loszz akbar.... lama tak jumpa orang jember rek hihihi kata-katanya saiya suka .... semoga selalu ada kabar baik ...

    BalasHapus
    Balasan
    1. lama juga gak sua dengan lare Osing.. alhamdulillah Nano-nano kabar saya mbak

      Hapus
    2. WAAAAHHH ramai rasanya dong lok gitu hehehehe

      Hapus
  13. tulisanmu sangat indah Abii Lozz, terimakasih telah memberi semangat untuk lebih baik lagi dalam hal "Sampah".
    Semoga dengan bertambahnya insan di Wachana akan tetap menjadikan Organisasi kita lebih kuat dan kokoh layaknya tiang atap yang senantiasa kita bagikan tawa dan canda

    BalasHapus
  14. Pancene keren koen sam :)

    Ohya, terima kasih buat dulur-dulur WACHANA, atas doa dan supportnya. Alhamdulillah acara kemarin di papuma lancar. Tapi ati-ati nek arep nang papuma rek, iklim sedang tak bersahabat. Kemarin aja ada 4 orang yang hanyut. 1 selamat, dua meningal, dan satu lagi masih dalam pencarian.

    BalasHapus
    Balasan
    1. tenkyu infone sam.. wah padahal aku mau berlayar ini rencananya hahah

      salam lestari saaaam...

      Hapus
    2. asikkee nang papuma, kapan2 mrono ah,,

      Hapus
    3. Ayok nang Papuma rame-rame, hehe..

      Hapus
  15. kunjungan perdana :)
    salam kenal dari makassar

    BalasHapus
  16. Apik cak......
    kok iso ngene yok opo carane?
    Hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Poko'e ditulis sam hehehe..

      sampean pasti bisa lebih apik kok..

      Hapus
  17. Asli sampai sekarang daku belum pernah daki, gimana mau mendaki, kanan-kiri-depan-belakang, laut kabeh haha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau begitu kita berlayar aja brade hehehe

      piye kabare iki rek?

      Hapus
  18. Usah gelisah walau tak megah, sebab disana ada kebaikan. Bila petualangan yang kita makna akan mengantarkan kita pada sang pemberi hidup, jadi lanjutkan Uncle karena itu memang bukan satu kesalahan :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. doakan saja saya dan adik-adik bisa konsisten Yunda :)

      Hapus
  19. kalau nanti udah capek mendaki, boleh juga dicoba mendaki hati, kang #tsaah.
    semangat, memungut sampah buat modal nikah #eh, hehe
    salam lestari :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. nah kalau itu saya gak punya skill sama sekali Kang :P

      Hapus
  20. Navigasi itu menurutku adalah hati nurani. Tentang bagaimana menjaga setiap langkah kita agar senantiasa lurus di jalurnya, itu saja.
    Konsep yang sangat sederhana, namun bermaknsa sangat dalam karena tidak semua diantara kita bisa menjalankan dengan baik, pun demikian dengan saya. Berinteraksi dengan nurani untuk mendapatkan sebuah kesimpulan yang baik sebelum memutuskan sesuatu membutuhkan kebiasaan dan kedewasaan dalam berpikir.
    Kabarku apik Kang, kapan kae sampean tak call angel banget

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kabare sedang memburu Marpuah kang hehehe

      wis tak SMS ya nopeku ke sampean.. matur nuwun Kang

      Hapus
  21. stay rule brathe.......aku disini akan selalu men-support kalian selama aku bisa(salam lestari dari b3nangmerah)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tenkyu sam.. sama-sama mensuport ya..

      Kapan-kapan aku dolan kesana, ngobrol soal ini.. okey

      Hapus
  22. weeh, kalimat2nya berirama sekali :D

    i love this kinda nature traveling, tapi kalo rame2 kayak gitu.. kalo sendirian sih takuuut

    BalasHapus
  23. Pa kabar mas Lozz? :)

    Ini surat ya bentuknya ...

    "Navigasi itu menurutku adalah hati nurani. Tentang bagaimana menjaga setiap langkah kita agar senantiasa lurus di jalurnya, itu saja." Dalam hidup seperti itu ya mas, atau maksudnya di alam? Dua2nya barangkali ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah baik mbak, kabar Makassar sendiri piye?

      entahlah mbak ini surat atau apa hehe..

      Hmm menurut saya keduanya mbak, dalam setiap diri kita tentu ada navigasi itu

      Hapus
  24. Apapun yang dilakukan selama itu tidak merugikan "why not"..meski hanya sampah kalau hasilnya melimpah dan bermanfaat, lanjoottkann !!!

    Keren koen tulisane :D

    SALAM LESTARI

    BalasHapus
    Balasan
    1. lanjuuut.. dibantu dong dirikyuuu saaaam hehehe

      Hapus
  25. wah saya seumur-umur tidak pernah naik gunung mas hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya juga jarang kok mas.. kan saya bukan pencinta alam, bukan pendaki gunung

      matur nuwun dah mampir mas

      Hapus
  26. Saya juga senang dengan alam kang, meski tidak secara total. Ketika mahasiswa saya memang gak ikutan di mapala, tapi senang aja kalau ada acara jalan2 di hutan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. eh ada wong Jogya.. piye kabare mas..

      semua sebenarnya suka alam loh Kang.. Kalau gak suka terus tinggal dimana hehehe

      Hapus
  27. apa kabar bro??...lama ga main ke sini...tulisannya makin mantep aja....piss bro

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah baik pak.. Piye juga kabar anak-anak, tetap keren kan? :)

      soale saya sering belajar sama tulisan pak Necky..

      Hapus
  28. cuma mau tanya.. kenapa yg pk kaos kuning kok nunduk sih pas di foto? pdhl yg lain pd sadar kamera.. hehe..

    BalasHapus
    Balasan
    1. kayaknya saat itu sedang nerima SMS dari Nai teh, katanya butuh kiriman pisgor secepatnya hehe

      Hapus
  29. Dan navigasi nurani jarang sekali salah ya uncle, karena dia dibisikkan oleh Dia Sang Maha Semesta..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yupz.. tak bisa dibohongi tapi bisa dikhianati..

      Hapus
  30. itu mendaki dimana?? semeru???

    BalasHapus
    Balasan
    1. gak kok mbak.. itu pas diklat kemarin di bukit sebelah..

      nitip sun sayang buat Dija ya :)

      Hapus
  31. Persaudaraan di antara sesama pecinta alam memang sangat kuat ya? mungkin karena sering menjalani masa2 pendakian yang penuh suka duka bersama ya? Semoga saja persaudaraan itu akan tetap terjaga sampai kapan juga...

    Seneng bisa mampir lagi kesini setelah sekian lama absen ngeblog... Ada salam dari Shasa nih :)

    BalasHapus
  32. Lozz, maaf baru kesini lagi...
    Dan ternyata tulisan disini tetap indah dan bermakna dalam seperti dulu.
    Hati nurani, memang navigasi kita yang tak bisa diganti, Lozz :)

    Piye kabare?
    Apik-apik to?
    Kuangen pol dengan silaturahminya :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehe sebenarnya saya usai rehat ngeblog mbak.. over dosis online kayaknya

      Alhamdulillah baik mbak

      Hapus
  33. wah,, ayo ayo semnagt,,, ini macam kiasan , tapi macam cerita petualanagn,, yang bener mana ya?
    btw,,,
    tampilan bloazinenya keren ,,, salam kenal ya ,salam blogger

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehe entahlah mas saya juga bingung itu tulisan apa

      Matur nuwun sudah mampir ya.. salam kenal

      Hapus
  34. tujuh tahun bukan waktu yang singkat ... semoga tetap jaya ...

    BalasHapus
    Balasan
    1. aamiin.. Matur nuwn mas..

      sukses juga buat sampean ya

      Hapus
  35. Selamat buat keluarga baru Wachana.......

    BalasHapus
  36. Tiada salah, saudaraku. Yang salah adalah mereka yang tak pernah merasa bersalah membuang sampah sembarangan, mencaci maki tanpa bergerak sedikitpun untuk membenahi.

    BalasHapus
  37. Duh bang Lozz...
    Kemane aje nih, kangen mampir mampir disini deh eykeh:-)

    Sama lah bang, aku juga belum menjadi bagian yang mapan..
    Masih sibuk mengais...hihihi...

    BalasHapus
  38. Salam Lestari..
    kapan kapan ajak naik gunung ya !!

    BalasHapus
  39. uncle apa kabar? mampir dong kesini ikutan beres2 dirumahku :)

    BalasHapus
  40. hallo uncle...

    mau tanya..itu yang baju kuning siapa ya...kayaknya saya kenal...:)

    BalasHapus
  41. Yang baju kuning itu siapa sih Mas gak sopan banget yang lain lihat kamera dia malah SMS-an sendiri :D

    BalasHapus
  42. Tulisannya manteb kang. :)

    Perlu belajar nih. :D

    BalasHapus
  43. Salam kenal, mas Lozz

    Tulisan yang penuh makna, mengalir dengan indahnya, seperti menulis buat sang kekasih saja.. :-)
    Mas Lozz benar2 PA sejati.., mencintai alam secara total, memperlakukan alam secara arif dan bijak..
    Dulu sy juga pernah ikut PA dan rasanya.. membentuk diri menjadi seorang yg banyak bersyukur..

    Salam lestari..

    BalasHapus
  44. Pencinta ALam sejati ..
    Saluut Sob..
    LAnjuut ..!!

    Salam Lestari!

    BalasHapus
  45. respect buat para pecinta alam :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Terima kasih telah membaca artikel dengan cara seksama dan tidak dalam tempo sesingkat-singkatnya