Bukan Jember, Moyen-Chari, Chad


Ada semacam kejanggalan yang seringkali saya temui di jejaring sosial Facebook. Saat melihat profil Facebooker yang kebetulan sekota dengan saya, disitu biasanya kejanggalan itu saya temukan. Sebuah kesalahan saat menyantumkan info kota asal di profil akun FB mereka. Jember, Moyen-Chari, Chad atau Djember, Moyen-Chari, Chad.

Pada awalnya saya anggap itu adalah hal yang biasa saja.  Kesimpulan saya  mereka benar-benar tak tahu atau tak mau tahu menahu dengan kejanggalan yang ada di profil FB-nya. Atau, bisa saja mereka sengaja mencantumkan sebuah informasi yang salah, agar jejaring pribadi mereka nampak lebih keren dari lainnya. Namun, setelah berulangkali saya lihat kejanggalan itu ada di banyak akun para Facebooker Jember, membuat saya penasaran untuk mencari info lebih lanjut perihal daerah tersebut.

Dari info yang saya dapat melalui Google suport center dunia maya, Djember atau Jember yang tercantum di Facebook itu bukanlah nama kota kecil yang saya cintai ini. Keduanya memiliki nama yang sama, tapi Jember saya jauh-jauh lebih keren dan hebat dari Jember di Facebook itu. Betapa tidak, kota saya terletak di negeri yang dikatakan sebagai "tanah surga", bukanlah Jember yang ada di negeri kering yang dikurung gurun Sahara. Yah, Jember di Facebook itu terletak di  Chad. Negara yang dijuluki sebagai "jantung mati Afrika". Nah loh kenapa masih ada yang ngeyel saja mencantumkan Jember, Moyen-Chari, Chad di profil Facebooknya? Sekedar koreksi saja deh buat teman-teman Facebooker Jember. Pilih Indonesia atau Chad di Afrika? hehehe.

Sedikit sekali informasi yang saya dapat tentang daerah bernama Jember ini. Hanya posisi letak geografisnya di peta satelit. Selebihnya hanya berupa info jika Jember, Moyen-Chari, Chad, adalah sebuah daerah perbukitan di distrik  Moyen-Chari dengan populasi penduduk yang rendah sekali. Lantas apa hubungan Jember Indonesia dengan Jember Afrika? Hohoho, bukan seorang blogger dong ah jika tak bisa menghubung-hubungkan apa saja.

Jika Jember, Moyen-Chari, Chad dikatakan memiliki kondisi geografis berupa perbukitan. Pun demikian halnya dengan Jember saya. Disini banyak sekali ditemui bukit-bukit kecil atau biasa di sebut gumuk. Bahkan saking banyaknya, kota kecil ini dijuluki dengan "Kota Seribu Gumuk". Sebuah maha karya Illahi yang begitu unik di negeri ini, karena hanya Jember dan Tasikmalaya saja yang memilikinya.

Menurut penelitian, bentang alam unik merupakan bekas lelehan lava dan lahar dari letusan gunung Raung beberapa ribu tahun silam.  Karena teori itulah gumuk-gumuk besar terlihat lebih banyak dijumpai di kecamatan yang relatif dekat dengan gunung Raung. Sedang wilayah jember yang lebih jauh dari Raung macam kecamatan tempat saya, memiliki gumuk-gumuk yang relatif lebih kecil. Salah satu diantara gumuk-gumuk itulah yang menjadi tempat dolan favorit saya dan pernah saya singgung dalam tulisan berjudul "Sukmo Ilang, Andai Saja Kau Mampu Kubeli"


Fungsi gumuk-gumuk itu tak hanya sebatas sebagai pemanis kontur Jember saja, tapi lebih dari itu. Sebagai tandon hujan sekaligus  filter air bersih yang saat kemarau sangat dibutuhkan. Sebagai paru-paru kota,  juga berfungsi sebagai lahan konservasi bagi sekawanan satwa kecil macam burung, kera dan mamalia kecil lainnya.

Jember bisa dikatakan sebagai daerah lembah, karena terletak diantara dua perbukitan besar yaitu Argopuro dan Kumitir. Kondisi geografis inilah yang membuat Jember berpotensi mengalami cuaca ekstrem berupa angin puting beliung, yang beritanya beberapa waktu yang lalu bisa kita lihat di layar kaca. Disinilah fungsi dari gumuk-gumuk kecil itu, sebagai pemecah konsentrasi laju angin agar bisa sedikit terkurangi.

Tapi sayang, seiring perkembangan jaman tameng angin alami itu satu persatu mulai dibeslah dari muka bumi. Ini soal urusan perut ! itu kata mereka. Lagi-lagi sisi ekonomi dijadikan dalih untuk membabi buta mengeksploitasi gumuk-gumuk itu. Ya..ya orang-orang pintar itu menjadikan gumuk sebagai makanan empuk agar pundi-pundi uangnya semakin gemuk.

Sumber gambar
Dulur blogger, itulah sekilas cerita tentang sisi unik dari kota saya. Jember, Jawa Timur Indonesia, bukan Jember, Moyen-Chari, Chad di Afrika. Kota kecil yang tak hanya berisi cerita ngunduh mantu Anang-Ashanty saja. Tak jua isinya Jember Fashion Carnaval yang gemanya telah mendunia. Namun adapula sisi sunyi penuh ironi berupa gumuk-gumuk tereksploitasi. Jember hingga  detik ini tengah berjuang mempertahankan julukannya. Kota kecil itu saat ini hanya menunggu jawaban saja. Yah, sebuah jawaban tentang seribu gumuk yang tetap lestari, atau justru sebaliknya berangsur hilang lalu punah dari muka bumi.

Semoga saja kau masih mampu mempertahankan wajah manismu itu, hai kota kecilku?

Komentar

  1. kapan ya bisa main ke jember :')

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jember mana Ila, Jember Moyen-Chari Chad apa Jember Indonesia yang syalalala hehe

      Hapus
  2. Baru ngeh kalau gumuk2 yang kerap dibincangkan oleh Mas Hakim dan teman2 adalah bukit.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gumuk memang semacam gundukan, tapi bukan bukit Mbak. Keduanya memiliki kandungan yang berbeda. Tapi berhubung itu bukan bidang saya, jadi kesulitan untuk menjelaskan lebih rinci :)

      Hapus
    2. terima kasih pak Hakim untuk pencerahannya yang sudah dijelaskan ke mbak Anazkia.. silakan mundur merambat perlahan haha

      Hapus
  3. Ciamik tampilane.. aku ganti template pisan ah..

    BalasHapus
    Balasan
    1. begh.. iki tandane durung turu arek iki..

      lah udah lama ganti tampilan, kok baru paham sekarang haha

      Hapus
    2. Haha.. iyo sam..

      Kebetulan beberapa waktu yang lalu tamasya record lagu berjudul Gumuk (disingkat GMK, Gumuk Milik Kita).

      Gumuk, hanya ada di tiga tempat di dunia. Satu di Jepang, dua di Indonesia. Yaitu di Tasikmalaya (hasil letusan gunung galunggung), dan di Jember.

      Gumuk masuk pertambangan galian C, yang kandungannya antara lain batu piring, menhir, batu pondasi, padas, pasir gumuk, dll. Itulah kenapa banyak gumuk di Jember dan Tasikmalaya rata dengan tanah alias hanya tinggal cerita.

      Hapus
  4. Kalo melihat banyaknya tambang pasir itu jadi ingat kota Tasikmalaya juga yang bukit kecilnya banyak yang dibabat habis diambil pasir sama batunya.
    Btw jadi pengen ketemu Uncle ke Jember he he.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hmmm berarti gak cuma di Jember aja ya Kang.. Gumuk-gumuk disikat abis.

      lah ayoooo kapan kita bisa intip-intipan di Jember hehe

      Hapus
  5. gumuk... di jepara dulu jg ada, tp dilongsorin jg

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah ini nambah lagi.. sekarang giliran Jepara dilongsorin gumuknya

      Hapus
    2. Iya, dulu saya pernah ke Jepara.. Eman-eman bukitnya :)

      Hapus
  6. jadi inget jember pas waktu itu. ke semboro sampai kasiyan. dulu aku di daerah gunung batu. tau kan daerah itu cak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Loh kasiyan itu jaraknya deket banget loh mas dari tempat saya.. mungkin sampeann lewati hehe

      matur nuwun udah mampir mas

      Hapus
  7. Jember Fashion Carnival

    itu yang paling keren dari jember menurutku Mas Bro. he
    #pengen kesana ane

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah kalau JFC saya benar-benar gak sebegitu paham mas.. karena dari beberapa kali digelar tak sekalipun liat

      Hapus
  8. Gumuk ama Gemuk pada mesin itu lain ya Uncle

    Saking banyaknya gumuk di jember sampai ada gumuk mas ya mas lozz??

    BalasHapus
    Balasan
    1. ya.. herane kok gak ada gumuk mbak.. yo kang haha

      Hapus
  9. Mas Lozz, walau dirimu tak seberapa tampan, tapi ternyata dirimu cerdas.
    Biar sama2 ada bukitnya antara Jember Indonesia dengan Jember moyen-chari Chad, yo tetep milih jember indonesia.

    BalasHapus
  10. O iyo aq durung nulis sing minggu kedua

    Ono gak yo jeneng Semarang neng Amerikah :)

    BalasHapus
  11. sudah terjawab pertanyaanku winginane, kebingungan ambek jember moyen-chari, chad. atau jember

    BalasHapus
  12. kapan ya aku ke jember..

    Gumuk2 gitu di bandung abis di jadi in ngomah tuh..

    BalasHapus
  13. Semoga gumuk2 itu tetap lestari sam, agar bumi jember tetap asri dan adem ayem juga sebagai syukur kita sama sang Pencipta... :) :) bukan cuma pecinta alam saja, tapi semua wajib bertanggung jawab melestarikannya yo sam.. :) :)

    postingmu selalu essip markosipp

    BalasHapus
  14. di Manado gumuk kek gitu banyak mas, di longsorin wat bangun perumahan. Daritadi aku inget-inget apa sebutannya di bahasa Manado tapi kok tiba-tiba lupa >.<.
    Baru tau kalo di Afrika itu ada Jember juga hihihihih

    Salamm kenal lagi yah mas ^.^ (diriku yang di monday flash fiction)

    BalasHapus
  15. Duh koq gak bisa fokus, di foto itu yang mana gumuk?
    Ikutan ini rupanya ya mas Lozz. Sukses yaa :)
    Moga menang ...

    BalasHapus
  16. Mudah2an setelah baca ini yg punya profil dimaksud bisa memilih dengan benar :)
    Sukses, Cak!

    BalasHapus
  17. Wah..sayang ya bagi yang nggak ngeh kalau lokasi di profile-nya adalah tempat yang salah. Walaupun sedih juga mendengar pengalian gumuk-gumuk di Jember yang mungkin merusak kelestarian dan keindahal alam Jember, namun tetap saja Jember kita sendiri tentu tetap lebih hijau dan membanggakan daripada Jembernya orang lain, Pak he he..

    BalasHapus
  18. mas saya tinggal di jember uncle lozz di semboro,kl ke jeber pasti yg dicari genitu hehehe

    BalasHapus
  19. Gumuk-gumuk itu apa yah Uncle Lozz?? adi kirain Jember, Moyen-Chari, Chad itu nama kota di India karena ada chari chad nya. hehehe :D

    BalasHapus
  20. kapan ya aku dibawa ke jember :))))

    BalasHapus
  21. i love jember indonesia

    BalasHapus
  22. Monggo poro mas dan mbak dateng di acara Save Gumuk yang diadakan oleh Lembaga Pers Mahasiswa se-Jember pada Sabtu, 28 September 2013 di Gumuk Gunung Batu. Di acara itu ada penggalangan dana untuk menyelamatkan gumuk-gumuk di Jember dan ada penampilan dari band-band indie Jember.

    BalasHapus
  23. Gara2 penasaran dg tulisan moyen chari Chad aku masuk kesini😄, BTW terimakasih pencerahaannya...

    BalasHapus
  24. Jadi Jember Moen chari Chad apa hubungannya dengan Jember masih binggung saya

    BalasHapus

Posting Komentar

Terima kasih telah membaca artikel dengan cara seksama dan tidak dalam tempo sesingkat-singkatnya