Andai Saja...

khayalan

Andai saja dulu bapak juragan sawah, mungkin aku akan diwarisi harta yang melimpah. Berlebih pangan maupun sandang. Bermewah pula dalam hal papan. Ketika remaja aku pun  akan terkenal seantero desa. Tapi jangan salah, tenarku bukan sebab prestasi karyaku. Bukan pula karena raut tak seberapa  tampanku.  Semua mengenalku karena harta bapakku. Hanya sebatas senyum formalitas yang kudapat dari penduduk desa. Yah, mereka hanya terpaksa menundukkan kepala, sebab aku dianggap jutawan muda paling kaya di desa.

Setelah dipikir-pikir lebih enak hidupku  sekarang ini. Sederhana, mudah, juga tak terlalu beresiko tinggi. Menjadi seorang pengais rejeki dari sudut-sudut dunia maya. Bukan, bukan sebongkah berlian yang aku minati. Cukup sen demi sen saja yang kucari setiap hari. Memang semua tak mudah seperti membalik telapak tangan, tapi karena itulah aku menjadi mengerti makna perjuangan. Karena kepingan sen itu aku bisa belajar mensyukuri sekecil apapun nikmat yang Tuhan beri. Setidaknya dengan kondisi yang terbiasa pas-pasan, membuatku mendapat semacam imunisasi dalam kehidupan. Yah, tak gampang terserang penyakit yang sering dialami orang-orang. Mumet karena uang !

Andai saja bapak dulu anggota dewan. Mungkin aku sudah menjadi pria yang mapan. Karena kekuasaan diberinya aku posisi empuk di pemerintahan. Meski masih muda bisa jadi aku sudah menjadi pejabat ternama. Yang cukup dengan senjata tanda tangan, membuatku mudah menyelesaikan segala urusan. Tapi, lagi-lagi aku berpikir lebih enak hidupku sekarang. Menjalani takdirku menjadi seorang tukang sapu. Walau bergaji murah, tapi tak membuat hidup susah. Sebab aku tahu, melarat itu kadang mudah dijalani ketika diujikan pada manusia. Sebaliknya banyak diantaranya yang gagal total ketika uang dan kuasa begitu dekat dengan mereka. Yah, setidaknya aku bersyukur memiliki pekerjaan yang jauh dari nominal bernilai jutaan. Yang membuatku silap mata, lalu terbuai untuk merubah sekian angka dalam pembukuan.

Andai saja dulu bapakku seorang akademisi, mungkin minimal satu gelar sudah aku koleksi. Tak hanya seperti sekarang ini. Menjadi pemegang ijasah SMA yang abadi. Tapi aku tahu, Tuhan ternyata punya rencana yang lebih aduhai dalam hidupku. Memberiku banyak kesempatan dalam menuntut ilmu melalui pekerjaanku. Yah, menjadi mahasiswa universitas dunia maya dengan fasilitas yang begitu istimewa. Yang cukup dengan layar mini saja aku bisa pelajari ilmu apapun yang disuka. Bebas  memilih jurusan sesuai kadar isi kepala. Dengan cuma-cuma, tanpa perlu khawatir biaya SPP setiap bulannya. Tak harus pula bertemu dosen garang yang membuat skripsi minta diulang-ulang. Bahkan jika mau aku bisa umpat dosenku manakala  di mesin pencarian tak kutemukan jawaban memuaskan.

Andai saja aku memilih nikah muda dulu. Mungkin aku sudah seperti teman-teman sebayaku. Memiliki keluarga kecil yang nampak bahagia di mataku. Bukan justru sebaliknya menginvestasikan banyak usia hanya untuk menemani anak-anak muda dalam berkarya. Melompat dari satu generasi  ke generasi untuk sebuah dalih eksistensi bagi ibu pertiwi. Membuatku lena jika aku juga perlu Marpuah yang bisa membuatku disebut ayah. Tapi sudahlah, kurasa Tuhan lagi-lagi punya rencana dalam hidupku. Memilihku agar tak seperti kebanyakan teman-teman sebaya di kampungku. Lahir, besar, sekolah, nikah, setelah itu menjadi punah. Mungkin saja Tuhan sedang mengingatkan jika masih belum banyak karya yang bisa kuberikan. Seakan terus membisiki agar tak henti berkarya dan berbagi kendati kepul asap dapur yang menjadi prioritas utamaku nanti. Meski semua itu harus kubayar mahal dengan usiaku. Setidaknya ketika usia senja ada sejumput nostalgia yang bisa kuceritakan untuk anak-anakku.

Jika dirasa mengkhayal itu tak ubahnya tupai yang sedang berada dalam sangkar rodanya. Berlari dan terus berlari, tapi tetap saja ada di titik yang sama tanpa pernah disadari. Berharap masa depan sesuai dengan skenario pikiran. Kadang pula ingin merubah masa lalu dan coba mengingkari apa yang sudah tercapai kini. Padahal sejatinya bahagia itu  lebih manis terasa  ketika masih dalam kahayalan kita. Selebihnya kadang kita merasa masih tak puas andai saja khayalan itu telah menjadi kenyataan. Jika perlu isi kolong langit pun ingin dikuasai. Sebab sudah menjadi kodrat jika rasa tak puas itu ada dalam setiap hati insani.

Bersyukur kurasa satu-satunya cara untuk menyembuhkan penyakit tak puas hati. Tapi bukan sebatas itu saja. Harus ada improvisasi dalam kehidupan agar setiap impian tak jua sebatas khayalan. Yah, semua tak akan diberi secara cuma-cuma. Harus ada usaha dibarengi doa. Bukan hanya sebatas aksi di dalam batok kepala.

Ah, andai saja bapak masih ada di dunia. Andai saja bapak melihat anaknya hanya berpangku tangan dan mengkhayal saja. Mungkin beliau akan meneriaki sambil memelototkan mata "Hoi jangan mengkhayal saja. Ayo kerja !"

Komentar

  1. syukuri nikmat yang ada ya uncle :) Apa kabar uncle? gak kengn nih sama keponakannya?

    BalasHapus
  2. Andai waktu mas Lozz aku boncengin, motornya nggak mogok, pasti ceritanya malah jadi kurang seru.
    Hihihi...

    BalasHapus
  3. apapun keadaannya yang penting alhamdulillah, pasti bahagia lahir batin ya uncle :)


    BalasHapus
  4. Andai Uncle jadi anak menteri atau anak jendral saya malah kuatir malah kaya Vicky... si kontroversi hati

    BalasHapus
  5. Andai saja tadi pagi saya tidak ke rumah Kang Lozz, mungkin saya tidak akan tahu bagaimana ekspresi wajah Uncle ketika menyambut Pak Pos yang membawa kabar baik. Sebuah paket buku dari Ami Osar. Ahaha... bersaudara di dunia maya seindah di dunia sehari-hari. Mari saling menjaga dan menguatkan.

    BalasHapus
  6. Syukuri apa yang ada. Jangan suka berandai-andai yang dapat membuat kamu tidak bersyukur. Nikmati aja yang ada dan tetap berusaha.

    Semoga menang dalam giveaway-nya kang.

    BalasHapus
  7. Uncle sajalah yang jadi juragan tanah, ntar aku dibagiin tanah barang sehektar ya uncle hihihi

    BalasHapus
  8. Paragraf kelima... bikin... hiks........ ambil lap dulu.

    Ayo, jangan banyak berkhayal, segera take action. Tuh, wes diteriaki Bapak.

    eh, ini khayalan yang paling kusuka diantara semua peserta. Aku dibagi hadiahnya secuil ya....

    BalasHapus
  9. Bapak saya bukan juragan sawah tapi emak yang petani tulen.
    Semoga berjaya dalam GA
    salam hangat dari Surabaya

    BalasHapus
  10. Ah, andai saja, ada seseorang baik hati yang mau ngasi warisan sama saya, tidak usah banyak banyak 1 M juga udah cukuup deh..

    #hihihih enak emang ngayal ya uncle...

    eh tapi syukuri saja kehidupan yang sekarang kita jalani, masih banyak kok yang nasibnya lebih kurang beruntung dari kita..

    biar harta tak punya, rumah tak ada, tapi insya allah tabungan amal ibadah terus kita tambah....

    semoga kita semua sehat-sehat uncle...

    BalasHapus
  11. mengkhayal itu emang enak ya uncle......., asal jangan kebanyakan terus nggak mau inget kenyataan

    BalasHapus
  12. Uncle, piye kabare ?
    Andai saja dulu bapakku seorang teknisi, paling tidak kalau ngeblog engga' lemot koneksi.
    salam ngayal dari Malang untuk uncle, dkk.

    BalasHapus
  13. ayo sam, ojok mengkhayal terus, wayahe buka warnet :D

    mari bersyukur atas rencana dan takdir yang diberikan oleh Tuhan, tapi pastinya sampeyan masih bisa mendapatkan yang lebih baik dari kondisi sekarang sam :D

    BalasHapus
  14. Semua orang memiliki khayalan Kangmas, termasuk kulo ada banyak khayalan yang berputar di kepala dan inilah seninya hidup ketika kita tidak berada pada wilayah yang dikhayalkan. Hanya saja, berlebihan dalam mengkhayal bisa membuat kita terlempar jauh ke dalam dunia angan-angan jika kita hanya berpangku tangan. Jadi nggak ada salahnyanya mengkhayal jika kita berupaya menggapainya. karena banyak orang besar dan sukses berangkat dari khayalan.
    Salam kenal KangMas

    BalasHapus
  15. Uncle....suka lihat tulisanmu lagiiiii *eh, heheee aku sajah yang baru BW, waktunya buat merajut...

    Suka yang andai bapakku seorang akademisi...bener banget ya? siapapu sekarang yang mau dan niat belajar, bisa dengan mudah belajar dengan mengakses internet. Catet ya, yang niat dan mau bisa belajar dari dunia maya, *sssst..lagi menyemangati diri sendiri belajar merajut dari internet.

    Uncle...sukses selalu dan suka dengan caranya mensyukuri nikmat, sukses GAnya ya...aku mo mikir ngayaaaal apaan ya?

    BalasHapus
  16. IIIhhhh setuju banget deh.. Memang bersyukur itu jalan terbaik dikala khayalan tak sejalan dengan kenyataan.. Tapi terus saja bermimpi karena mimpi akan membawake dunia tanpa batas.. ^^

    BalasHapus
  17. Memang paling enak ya Kang kalau kita dapat menghayal. He,,, he,,, he,,,,,,


    Salam wisata

    BalasHapus
  18. Andai tulisanku bisa sebanyak dan sebagus ini aku udah manfaatin banget temenku yang penerbit itu... tapi sayangnya aku moody nulisnya dan asal pula

    BalasHapus
  19. Berkhayalnya level 100 je. .. :D
    Senantiasa bersyukur saja, ya. . .

    Sukses ngontesnya ya, Kanda. . .

    BalasHapus
  20. Semoga berjaya dalam kontes ya paman lozz

    BalasHapus
  21. karena itulah aku menjadi mengerti makna perjuangan

    Ini kata-kata keren ...
    kata-kata yang langka untuk anak-anak muda jaman sekarang

    salam saya

    BalasHapus
  22. Mas Lozz kan masih muda, jadi kalau nikah sekarang, ya dianggap nikah muda dong..
    Makanya cepetan nikah #eh :D

    BalasHapus
  23. hihihi... andai bapak masih ada, mungkin bapak akan bangga punya anak kaya auncle.. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar sekali..
      Saya saja bangga bunya uncle seperti uncle Lozz.. :)

      Hapus
  24. Tulisannya keren. Serius Uncle!!! Sukak bangettttt

    BalasHapus
  25. Iyo Mas. Kata orang tua-tua dulu, there is no free lunch. Kalau mau makan ya harus kerja dulu. Tapi menggahayal strategis baik juga kalau dilakoni, seperti penulis fiksi, khayalannya kan bias dijual..:)

    BalasHapus
  26. Intinya yang penting itu iyaa bersyukur yaa.. ^_^
    Walaupun kondisi yang kita alami sekarang tidak seindah khayalan dibenak pikiran.. setidaknya kita masih bisa senang2 dalam khayalan.. tapi pada kenyataannya iyaa tetep.. heheh..

    BalasHapus
  27. Ahaaaa...saya paling tidak suka berandai-andai, Lozz...nggarahi getun...hehehe...
    :D
    Oyaa, kalo Lozz anak anggota Dewan, akademisi atau juragan sawah, kayaknya kita nggak bakalan bertukar silaturahmi lewat blog deh, pasti Lozz sibuk banget soalnya...

    BalasHapus
  28. Khayalan harus bersamaan dengan tindakan ya Uncle :)

    Apa khabar?

    Belum lahiran, ntar Okt Insya Allah, do'akan ya...

    BalasHapus
  29. uncle...apa kabar.....?

    berkhayal sesekali tak masalah ya, yang penting nggak terus2 an..hehe

    BalasHapus
  30. Andai aku tak datang ke blog ini, mungkin aku juga akan terus merasa "miskin".
    I
    ntinya bersyukur.. agar hati selalu puas..

    Salam kenal, sukses dengan GAnya

    BalasHapus
  31. Khayalannya melantur kemana-mana tuh ya...
    Tapi asyik bener berkhayal seperti itu.
    Jadi pengen ikutan berkhayal ah............

    BalasHapus
  32. bersyukut bikin ati ayem yo mas :)

    BalasHapus
  33. andai aku bertemu uncle lozz di pematang sawah dengan pose begitu, pasti langsung kukasih pacul, hihihi..

    sukses GA-nya, uncle lozz :)

    BalasHapus
  34. Manis dan dalam sekali mas Lozz ...
    Saya kira bapak mas Lozz bakal bangga, anaknya dikenal banyak orang di dumay ....

    BalasHapus
  35. Andai bapaknya kang Lozz seorang pengusaha besar, mgkin kang Lozz skrg lg terbaring di RS krn kebut2an pake Ferari...#eh

    BalasHapus
  36. Betapa ayahanda bangga dan menepuk bahu membisik: mari nak wujudkan khayalanmu. Sukses ngontesnya

    BalasHapus

Posting Komentar

Terima kasih telah membaca artikel dengan cara seksama dan tidak dalam tempo sesingkat-singkatnya