Hari Gunung? Apa Yang Perlu Diperingati?
Tanpa sengaja pagi tadi saya melihat sebuah hastag yang lagi naik di Twitter. Sebab penasaran saya pun mengklik hastag bertajuk #IMS_wisatagunung tersebut. Mencari tahu alasan apakah yang membuat para warga Twitter ramai-ramai menggunakan hastag itu di jejaring pribadinya. Setelah klik sana sini akhirnya saya temukan jika hastag itu digagas oleh akun Twitter resmi Indonesia Morning Show. Sebuah acara di NET. TV yang sedang mengadakan kuis foto untuk memperingati Hari Gunung Internasional.
Mendaki gunung bukanlah sesuatu yang baru bagi saya, tapi jujur saja baru hari ini saya tahu jika ada hari spesial untuk memperingatinya. Sebagai pencinta alam saya punya pandangan jika setiap hari itu adalah hari gunung. Sama halnya memperlakukan setiap hari kita sebagai Hari Bumi atau Hari Lingkungan Hidup yang biasa kita peringati setiap tahunnya. Tapi, semoga saja 11 Desember ini dijadikan momentum bagi kita semua. Tak hanya untuk para pendaki atau pencinta alam, tapi untuk kita semua agar lebih mencintai gunung-gunung kita.
Kini mendaki menjadi trend di kalangan muda-mudi. Efek film 5cm seakan memprovokasi kalangan remaja kita untuk turut berpetualang di alam raya. Di satu sisi saya rasa ini adalah trend positif bagi mereka. Ketimbang menyalurkan geliat darah mudanya dengan jalan tawuran, balapan liar di jalanan, narkoba atau kenakalan remaja lainnya. Namun, di satu sisi memberi dampak tidak baik pula bagi kelestarian gunung-gunung kita. Efek penasaran yang ditimbulkan setelah melihat filmnya akan membuat orang berbondong-bondong ingin eksis menjadi seorang "pendaki" tanpa lebih dulu memahami etika-etika di alam bebas yang harus mereka penuhi.
Apa saja etika-etika tersebut?
- Bawa pulang sampahmu !
Hindari membawa logistik dalam kemasan kaleng atau botol beling. Sediakan tas kresek besar untuk menampung sampah-sampah dari logistik kita. Jika mau, ketika turun gunung pungut pula sampah-sampah yang kita temui semampunya.
- Jangan tinggalkan guratan dan coretan di pohon atau batu !
Sadari jika tujuan kita mendaki adalah untuk menikmati sekaligus mensyukuri mahakarya Tuhan yang masih alami. Bukan sebaliknya, mengotori dengan guratan atau coretan-coretan tak beraturan dengan dalih "untuk sebuah kenangan". Kecanggihan kamera atau video jaman sekarang saya rasa sudah lebih dari cukup untuk mengabadikan kenangan di setiap petualangan yang kita lakukan.
- Jangan tempel kartu nama di tempat yang tak perlu !
Apakah itu perlu? Hmm, sepanjang jalur tersebut dianggap berpotensi membuat para pendaki tersesat, mungkin saja marka jalan bisa membantu. Tapi, yang saya lihat marka-marka tersebut justru banyak dipasang di tempat-tempat yang tak perlu. Lagi-lagi hanya semacam bentuk sikap untuk menunjukkan eksistensi diri atau organisasi secara berlebihan.
Sadarilah jika kita hanyalah seorang tamu, bukan tuan rumah yang mengelola sebuah kawasan pendakian. Biarlah urusan memasang marka jalan penunjuk arah menjadi tugas dari pihak BKSDA, pengelola Taman Nasional, Basarnas, ranger gunung atau pihak-pihak terkait lainnya. Memasang "papan nama" tanpa mempedulikan etika tak akan membuat besar nama organisasi kita. Justru akan membuat orang lain mempertanyakan label pencinta alam yang kita punya.
- Jangan ambil sesuatu meski hanya sebongkah batu !
Jangan pernah percaya pada mitos yang mengatakan jika mempersembahkan edelweis bagi pasangan akan membuat hubungan cinta kita abadi. Tidak membawa cendera mata dari alam, justru akan membuat diri menjadi sosok penyayang di mata pasangan kita. Seseorang yang memiliki rasa sayang pada bunga abadi, tentu akan memiliki rasa sayang pula pada pasangan yang dia miliki.
Apapun alasannya, edelweis jauh lebih indah di taman aslinya. Sekali lagi cukup memori dalam kepala serta kamera saja untuk menyimpan nostalgia petualangan kita. Bukan oleh-oleh dari alam yang saat pulang kita bawa serta.
- Jangan cemari mata air dengan sabunmu !
Jangan gunakan sabun atau detergen di setiap mata air yang kita temui. Lebih baik tidak mandi sekalian daripada kita membuat pencemaran. Naik gunung bukanlah ajang catwalk fashion layaknya film 5cm. Tidak mandi beberapa hari tak akan membuat diri kita mati.
Lantas bagaimana halnya jika ingin "ganti oli" isi perut kita? Temukan jawabannya di kisah Ada Rahasia di Tapal Batas Itu.
Itulah beberapa etika yang harus diperhatikan ketika kita melakukan petualangan. Selain itu perhatikan pula etika-etika dalam membuat api unggun, membuat tenda serta aturan-aturan main yang harus kita penuhi saat di alam terbuka.
Dulur blogger, pendaki serta pencinta alam dimana pun berada. Gunung tak hanya sebuah bentang alam berbentuk segitiga nan penuh tantangan. Gunung sejatinya begitu bermanfaat bagi kehidupan manusia. Sebagai tandon bagi kelangsungan air bersih kita. Paku bumi untuk menjaga kestabilan goncangan dalam isi perut bumi kita. Benteng alami untuk memecah konsentrasi laju angin kencang agar tak langsung menghujam permukaan bumi. Sekaligus sebagai benteng terakhir bagi flora dan fauna kita, serta masih banyak lagi manfaat gunung bagi kehidupan manusia.
Semoga saja momentum Hari Gunung Nasional ini membuat kita semua lebih sayang lagi pada karya Illahi bernama gunung. Membuka mata hati para penikmatnya untuk mau pula menjaga kelestarian tempat bermainnya. Berpetualang tanpa harus sewenang-wenang. Bercumbu di alam raya tanpa mengurangi sedikitpun elok kosmetika alaminya. Menikmati sekaligus mengagumi tanpa bernafsu untuk memiliki.
Salam lestari Indonesia !
"cinta itu tak harus memiliki",kata2 itu daleemmmm bgt jdi terkenang se2orang,hi hi... *gagalfokus*
BalasHapuspasti punya pengalaman nih haha
HapusKenapa ya sam, himbauan atau ajakan itu selalu berbentuk kata perintah? Dimulai dari kata 'jangan' atau diakhiri dengan tanda seru?
BalasHapusKapan ajak aku mendaki?
BalasHapusPasti saya akan lakukan apa yang harus dilakukan :)
BalasHapusintinya kan harus memperhatikan alam juga kan uncle disamping kita menikmati alam...xixixixi.... jangan kotori air dengan sabunmu berarti para pendaki jarang mandi donk????
BalasHapusSaya baru tahu, Om, soal bbrapa organisasi yg suka meninggalkan tanda berupa tanda pengenal itu..
BalasHapusBerempati kepada gunung, bahwa gunung itu bukanlah batu besar, melainkan makhluk yang bisa merasakan dan bisa diajak bekerja sama.
BalasHapusDadi iling jaman biyen nek enek sing mendaki gunung, nggowo oleh2 edelwise trus dipamer2ne konco2. Lagi sadar nek hal seperti itu dilarang yaaaaa...
BalasHapusJadi ingat foto yang beredar beberapa waktu lalu. Yang naik gunung malah memetik edelweis banyak2.... wuih.... kelewatan.
BalasHapusTake Nothing But Pictures, Leave Nothing But Footprints, Kill Nothing But Time
BalasHapusKayak gitu, ya, Uncle :)
hari gunung memang idealnya membuat kita sadar arti pentingnya gunung dan kewajiban kita untuk memeliharanya...makasih sudah mengingat yooo kang...salaaam..
BalasHapusjangabn kotori dengan sampah mu. lebih sering pengunjung buang sampah sembarangan
BalasHapusSepakat Lozz, biarkan gunung tetap seperti adanya, tanpa pernah dicemari oleh sampah apapun yang ditingglkan oleh kita, para pendaki.
BalasHapusSaya jadi inget pas seneng-senengnya main di alam bebas*bukan mendaki lo ya...alam yang demkian indah, sayang kalau dicemari oleh sekedar sampah atau coretan kita, hanya buat eksistensi diri.
Selamat Hari Gunung ya, Lozz...agak telat sih, tapi sepanjang masih bukan Desember, sah-sah aja deh kayaknya, hehe :D
Kalau buat foto selfie bebas ya mas heheheee... Saya pernah sekali aja naik gunung smp puncak Sicengel, Menoreh. Itupun masih enak karena sampai puncak masih ada aja rumah penduduk. Ngos-an, gak kuat lebih dari itu.
BalasHapus