Tips dan Info Wisata : Tak Semua Keindahan Harus Ditulis dan Bagikan

Dari sebuah obrolan di warung kopi beberapa teman menyarankan saya untuk membuat blog seputar tips dan info wisata.  Mereka beralasan saya punya beberapa pengalaman menjadi seorang petualang. Ya, itu dulu, beberapa tahun yang lalu. Ketika hutan seringkali saya jadikan sebagai tempat kongkow di akhir pekan.

Sebenarnya saya bukanlah seorang petualang sejati. Bukan pula seorang traveler dengan budget tinggi. Saya hanyalah seorang Portugis, pencinta olahraga dan wisata untuk kalangan berkantong tipis. Namun jangan salah, justru dalam petualangan-petualangan tersebut tanpa sengaja banyak sekali saya temukan tempat-tempat indah yang jarang terjamah. Lokasi wisata tak berbayar yang tentunya akan menggoda para ahli selfie untuk mengabadikan gambar.

Awalnya saya tertarik dengan ide teman-teman tersebut. Sempat pula saya berpikir untuk membuat blog untuk para petualang berkantong pas-pasan. Mengupas lokasi-lokasi wisata atau tempat berpetualang baru yang pernah saya cumbu. Namun akhirnya niatan itu saya urungkan. Alasannya sederhana, saya takut blog itu justru secara tidak langsung memberi kontribusi tempat yang saya singgahi menjadi tak lestari lagi.

Saya jadi teringat ketika dulu film 5 cm seakan menjadi magnet yang mendorong manusia berbondong menyerbu Mahameru. Tempat yang seharusnya menjadi kawasan suaka justru kini berubah menjadi tempat wisata untuk massa. Efeknya? yang sederhana saja, masalah klasik macam sampah dan coretan makin banyak ditemui di sana.

Saya takut blog saya nanti akan serupa seperti film 5 cm. Setidaknya secara tidak langsung akan membuat tertarik pembaca untuk mengunjungi sebuah tempat eksotika baru setelah membaca artikel saya. Lebih lagi jika yang saya kupas adalah spot-spot baru yang yang belum banyak diulas di dunia maya. Satu contoh sederhana saja misalnya. Saya menulis tentang sebuah perbukitan yang kaya akan berbagai jenis bebatuan. Lalu tanpa sengaja artikel itu terbaca oleh seorang penggemar batu akik di dunia maya. Kemudian artikel itu dibagikan di sebuah grup pencinta batu akik. Lalu apa yang terjadi? Bisa jadi beberapa hati kemudian manusia akan berbondong menyerbu lokasi yang tanpa sengaja saya tunjukkan melalui tulisan.

Bukan, bukan berarti saya tidak sepakat dengan dulur-dulur blogger yang memiliki blog travel. Bagi saya memberikan tips dan info wisata di dunia maya itu perlu. Seorang blogger tentu harus memiliki kejujuran ketika menulis sesuatu. Namun tak terlampau jujur untuk menulis semua keindahan yang  kita temukan. Lebih lagi jika tulisan itu tentang spot-spot eksotik yang baru. Kita harus memikirkan pula efek yang akan timbul sebab artikel yang kita publikasikan nanti.

Tidak masalah tentunya jika kita hanya mengulas lokasi wisata yang sudah ramah terjamah manusia. Semoga saja kita tak hanya jor-joran memberikan informasi wisata saja kepada pembaca. Namun juga diimbangi dengan memberikan semacam pengetahuan tentang etika mereka ketika berwisata. Tentang kearifan lokal yang harus kita jaga. Tentang perlakuan sampah-sampah kita. Juga tentang cara berselfie ria tanpa harus larut dalam euforia. Setidaknya pembaca artikel kita tak hanya menemukan destinasi wisata yang baru, tapi juga pemahaman etika wisata saat mereka berperilaku.

Pun demikian dengan pengguna sosial media. Ketika kemarin sempat heboh soal istilah fomo. Saya rasa ada kecenderungan sebagian  pengguna sosmed pada dasarnya adalah seorang fomo. Mungkin salah satunya saya hahaha. Yang saya tahu sosial media itu adalah media untuk pamer. Salah satunya adalah pamer foto. Fenomena inilah yang mungkin menjadi salah satu penyebab rusaknya bunga Amaryllis Gunung Kidul. Melihat sebuah foto di akun sosmed yang mereka jumpai. Lalu tergiur untuk berselfie ria dengan gaya serupa.  Intinya hanya untuk bisa ngeksis diri dan pamer foto di tetangga kanan kiri tanpa memiliki pengetahuan etika ketika berwisata. Ujung-ujungnya? obyek selfie mereka menjadi dedel duwel dalam seketika. Yah, gegara foto maka muncullah over fomo.

Dulur blogger dan para netizen, semoga kita selalu berhati-hati ketika menulis atau mengunggah foto tempat-tempat eksotika Indonesia. Lebih lagi jika obyek itu adalah spot-spot indah yang jarang terjamah. Tak semua keindahan itu harus ditulis dan bagikan. Harus pula memikirkan tentang dampak yang tejadi ketika keindahan itu kita publikasikan. Jika dirasa perlu untuk dibagi, menulislah untuk memberi informasi. Imbangi pula dengan edukasi. Tentang asyiknya berwisata tanpa mengabaikan etikanya.

Sebaliknya andai saja  keindahan itu akan menjadi bahaya jika kita publikasikan di dunia maya. Simpan dan jadikan saja kenangan dalam ingatan. Tak harus kita tuliskan lewat tips dan info wisata di blog kita. Yah, simpan saja untuk diri sendiri, sebab itulah sebaik-baiknya kontribusi bagi keindahan agar senantiasa tetap lestari.

Salam lestari Indonesia !






Komentar

  1. Salam lestari indonesia mas... tulisannya keren.

    BalasHapus
  2. manggut2 ..
    baiklah paman

    piss salam lestarii

    BalasHapus
  3. Salam Lestari Mas.

    Saya pecinta tulisan Njenengan dan selalu menunggu tulisan terbaru. Lebih rajin menulis ya Mas.

    BalasHapus
  4. Jadi inget kisah taman bunga yg rusak diinjak injak mereka yg mau foto selfi tahun lalu

    BalasHapus
  5. Salam lestari mas!

    Wah seneng banget sama artikelnya

    BalasHapus
  6. Iya juga ya, om. Bener, nggak semua keindahan harus dituliskan dan diupload. Kadang kala, kenikmatan memandang saja, itu sudah bagus banget :)

    BalasHapus
  7. Kang,, maap yakk aku skip PKK tema ini, di Sampit gak ad atempat wisata jadi bingung mau nulis yg kayak gimana, padahal di Pojok WB aku ngomporin buat ikut hehehe

    BalasHapus
  8. portugis!oh ternyata kependekan dari itu toh,heu heu... *gagalfokus* salam lestari indonesia! ^_^

    BalasHapus
  9. aku ngga sempet ikutaaan euy..maaf ya kang. Tapi setuju..banyak keindahan yang harus dijaga. Kalaupun dipamerkan, harusnya mereka yang melihatnya pun tau bagaimana cara menjaga keindahan tersebut..

    BalasHapus
  10. jadi ga harus dibagikan ya, uncle? padahal seringnya kalau nemu tempat bagus langsung difoto hehe

    BalasHapus
  11. Kebetulan lama tak jalan-jalan
    jadi tanpa baca-baca yang penting ngoceh aja dulu dech

    BalasHapus
  12. Makanya saya kalo foto2 ya di rumah aja

    *memang nggak pernah kemana-mana sih..haha*

    BalasHapus
  13. Saya juga menyayangkan nasib amirilis di gunung kidul, kang. Membagikan keindahan saya pikir wajar. Tapi sekarang ini, justru orang-orangnya yang kurang dewasa memperlakukan alam. Sangat jarang ada orang yang kasian sama pepohonan, apalagi sama binatang. Salam lestari juga Kang Lozz.

    BalasHapus
  14. tp skrg kan lagi jaman selfi oom....dikit2 cekrek trs diposting di medsos hehehe....

    piye kabare oom?

    BalasHapus
  15. Sangat disayangkan jika alam menjadi rusak akibat ulah kita sendiri.

    Kunjungan kang mas :)

    BalasHapus
  16. Bisa jadi beberapa hari kemudian manusia akan berbondong menyerbu lokasi yang tanpa sengaja saya tunjukkan melalui tulisan. << Untungnya sekarang pesona batu akik telah redup. Taman kota tak lagi jadi wahana gosok-gosok batua akik.

    BalasHapus
  17. Nah loh nah loh saya sebagai travel blogger kudu piye hiks...

    BalasHapus
  18. Keren mas tulisannya.
    emang bener tak harus semuanya ditulis, bisa jadi kalo ditulis malah dikunjungi sama perusak

    BalasHapus
  19. salam ;esatari juga, heheh pertahankan jozzz

    BalasHapus
  20. gan ane blogger jember gan, ada info komunitas blogger jember gak, soalnya ane pengen ikut

    BalasHapus
  21. Terimakasih udah mau sharing mbak. saya juga pecinta traveling. salam kenal

    BalasHapus
  22. Yang penting itu dilestarikan dan dijaga agar tidak dijamah tangan-tangan tidak bertanggungjawab

    BalasHapus

Posting Komentar

Terima kasih telah membaca artikel dengan cara seksama dan tidak dalam tempo sesingkat-singkatnya