Malu Dengan KTP Saya
Jelang lagi pamungkas Timnas versus Thailand, tiba-tiba teringat sebuah lagu yang sepenggal liriknya saya tulis di bawah. Judulnya Persidmania ( untuk Letoy), sebuah lagu dari Tamasya band Jember yang diciptakan oleh RZ Hakim.
Berjanjilah padaku kau 'kan tetap tersenyum
Persid kalah lagi bukanlah satu-satunya alasan
Engkau tidak lagi berkarya, tak lagi bersorak dan bernyanyi
Menceritakan tentang kegalauan salah satu personal Tamasya bernama Andi "letoy" Fahmi yang kebetulan juga menjadi salah satu koordinator suporter Persid Jember. Letoy merasa gelisah sebab tim kebanggaannya tak kunjung naik kasta. Lagu sederhana, tapi tersirat makna. Seakan mengajak kita semua untuk belajar menerima kekalahan dengan legawa. Tentang bagaimana cara seorang pendukung menyikapi sebuah kekalahan tanpa harus mencari-cari alasan untuk menghentikan dukungan. Juga tentang bagaimana sebuah kompetisi harus pula diimbangi dengan persiapan dua mental dari para pelakunya. Mental di saat menang, juga mental ketika giliran tumbang.
Seperti halnya Letoy, saya pun merasakan hal yang sama. Gelisah karena masih saja Persid kalah. Menjadi salah satu dari sekian ribu orang yang mendamba kesebelasan daerahnya bisa menikmati legitnya kompetisi sepakbola tertinggi di negeri ini. Tapi sudahlah, mungkin saja belum waktunya.
Pun demikian ketika menjadi seorang pendukung timnas Indonesia. Setali tiga uang, prestasi puncak timnas senior masih tak kunjung datang. Tapi syukurlah, saya tak sampai menjadi oknum suporter yang durhaka pada timnasnya. Ya, para suporter durhaka yang suka nimbrung di kotak-kotak komentar portal bola. Yang suka membully, mencaci dan merendahkan timnasnya sendiri. Sebaliknya, mereka akan miskin pujian ketika timnasnya menggapai kemenangan. Mereka selalu beralasan jika timnas menang karena faktor keberuntungan. Lupa dan tidak menyadari jika saat bernafas, ngemil, bahkan kentut sekalipun masih numpang di sebuah negeri bernama Indonesia.
Ironisnya, mereka justru menjadi super militan ketika mendukung tim atau klub dari luar negeri sana. Mereka akan mati-matian membela jika saja ada suporter lain menghina kesebelasan kesayangannya. Menjadi orang yang bangga dengan klub luarnya, tapi lupa dengan KTP yang dikantonginya. Tidak pernah menyadari jika sejatinya Timnas saja satu-satunya kesebelasan yang layak didukung dengan sepenuh hati. Sebab kita orang Indonesia, itu saja.
Dulur blogger, beberapa saat lagi timnas senior akan kembali berlaga. Peluang emas bertahta intan pertama sudah ada di depan mata. Semoga saja kali ini nasib baik berpihak ke timnas kita. Semoga kita semua sudah mempersiapkan mental dengan hasil akhirnya.
Jika menang semoga prestasi itu bisa sedikit meredam kegaduhan yang sedang terjadi di tengah kita agar sedikit tenang. Kalah semoga pula kita bisa mengambil hikmah. Untuk belajar menjadi seorang pendukung yang siap menerima kekalahan dengan legawa. Apapun bentuk dukungan dan siapapun yang kita dukung. Belajar untuk segera move on dan tidak berlama-lama menjadi kaum barisan sakit hati ketika jagoannya kalah dalam kompetisi.
Jika akhirnya kalah? Indonesia masih akan indah. Thailand kembali membuat kita terseok? Indonesia juga tak akan kehilangan elok. Sepakbola bukanlah ukuran akan kebesaran sebuah bangsa. Sebab masih banyak hal lain dari kita yang jauh lebih KEREN dari Thailand. Ya, bukan hanya Thailand saja, tapi juga bangsa-bangsa lain yang ada di dunia.
Kecewa bisa saja nanti akan terjadi, tapi untuk mencaci? Hmmmm...nanti dulu.. malu dulu dong ah dengan KTPmu
note : Lagu Persidmania bisa didengarkan dan diunduh DISINI
Salam 'sepakbola damai' dari Kalisat, Mas.
BalasHapusJangan malu dong mas.
BalasHapusYg penting berjuang. Kalah menang biasa. Yg gak biasa itu, mgkn suporternya
BalasHapusyang penting harus main cantik uncle
BalasHapusKuwi KTP tenan, po? :D :P
BalasHapusIni pas final itu ya? MYY mencak2. Gemes kali.
BalasHapusMakasih dah jadi komentar pertama di blogku.