Leave Nothing But Footprints.. iku opo..??

Seorang pencinta alam tentunya tidak bisa lepas dari kegiatan di alam bebas. Namun tanpa disadari salah satu penyebab rusaknya alam tempat mereka berpetualang, justru diakibatkan oleh para oknum penggiat alam terbuka itu sendiri. Banyaknya sampah yang kita temui di sepanjang jalur pendakian atau tempat camp, merupakan salah satu contoh yang selalu mewarnai setiap petualangan kita. Rasanya hampir di setiap hutan/gunung selalu mendapatkan kenangan berupa coretan-coretan dan sampah dari para pengunjungnya.

Saat ini kebanyakan fungsi dari pos perijinan hanya sebatas sebagai tempat penarikan retribusi pengunjung saja. Prosedur pencatatan daftar logistik pengunjung adakalanya merupakan formalitas dalam perijinan, karena saat kita turun jarang ada pemeriksaan dari petugas terhadap sampah-sampah dari logistik kita. Namun semua itu bukanlah masalah jika para pengunjung itu sendiri memiliki kesadaran tentang aturan main saat mereka berpetualang.


Ada beberapa hal yang perlu dicermati mengenai sampah saat kita berkegiatan di alam bebas:
  • Buatlah daftar semua logistik kita, agar memudahkan kita dalam pengecekan sekaligus sebagai pengingat jika ada sampah kita yang harus dibawa pulang kembali. Jika perlu tulis dalam catatan tersebut tulisan “Bawalah sampahmu kembali!”.
  • Sediakan kantong/tas kresek besar dan kuat beserta cadangannya sebagai tempat bagi sampah kita.
  • Untuk hari pertama siasati dengan membawa bekal makanan siap saji yang dibungkus daun. Selain meminimalisir sampah plastik, juga bisa menghemat waktu perjalanan kita.
  • Hindari membawa botol/gelas yang terbuat dari kaca, sebab jika pecah akan membuat kita enggan membawanya.
  • Gepengkan sampah botol plastik/kaleng agar tidak memakan tempat dalam ransel.
  • Jangan biasakan membakar sampah kita!
  • Bawalah semua sampah kita saat turun dan kumpulkan pada petugas atau tempat penampungan sampah.

Saat di alam bebas, selain berpetualang tentunya kita juga ingin menikmati pemandangan alam yang indah dan beda dari suasana tempat kita tinggal. Tapi seandainya kondisi alam tersebut berubah menjadi penuh dengan tumpukan sampah, lantas apa bedanya berpetualang di alam bebas dengan wisata di tempat penampungan sampah?. Pada diri kita sendirilah kelestarian alam ini bisa terjaga, sebab di alam bebas tidak disediakan petugas kebersihan yang akan memungut setiap sampah kita. Alamlah yang akan memberi kenangan pada setiap langkah perjalanan kita, jadi bukan malah tangan-tangan kita yang justru memberi kenangan buat alam berupa sampah maupun coretan.


Tentunya kita masih ingat akan kode etik berkegiatan di alam bebas:
  • Leave nothing but footprints/tidak meninggalkan sesuatu kecuali jejak kaki.
  • Take nothing but picture/tidak mengambil sesuatu kecuali gambar/foto.
  • Kill nothing but time/tidak membunuh sesuatu kecuali waktu.
Alangkah bijaksananya jika 3 butir kode etik tersebut juga kita tambahi dengan prinsip “pungutlah setiap sampah yang kamu temui” (basa Londone’ terjemahno dewe yo..?). Namun semuanya harus dimulai dari kita sendiri, sebab gimana kita mau memungut sampah orang lain, jika sampah sendiri saja kita enggan membawanya kembali.

Komentar

  1. Salam Lestari Broow..TOP...!!!

    BalasHapus
  2. baru tahu sy... tp bener sih... pas kemaren akhirnya ke pulau tidung, kecewa karena ga sesuai dgn apa yg sering digembar-gemborkan temen2... sampah dimana2,,,,,, bah,,,

    BalasHapus

Posting Komentar

Terima kasih telah membaca artikel dengan cara seksama dan tidak dalam tempo sesingkat-singkatnya