Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2013

Emak....

Gambar
Emak, Ning kemarin jatuh lagi.... Ya Mak, tensi darah Ning turun lagi dan sudah diwanti-wanti untuk banyak istirahat, tapi Ning masih saja seperti emak. Masih saja tak mau menjadi beban, meski sekujur tubuh terasa kesakitan. Padahal sudah berkali-kali kukatakan, saat Ning sakit, sekecil apapun urusan biar  aku saja yang cukupkan. Tapi, Ning masih bandel saja. Seakan tak mau membuat repot anak-anaknya. Mak, melihat Ning sore itu membuatku teringat saat-saat bersamamu dulu. Ya, kejadian malam itu. Saat Emak mengalami hal yang sama seperti Ning kemarin. Sama-sama jatuh dan juga mengaduh. Malam yang menjadi firasat jika sua kita di dunia hanya tinggal sesaat. Tapi Mak, justru sejak saat itulah aku merasa menjadi seorang lelaki terhormat. Yah, merasa terhormat karena bisa menemani juga  melayani hingga akhir hayatmu. Sejak malam itu aku benar-benar merasa menjadi sesuatu. Aku bangga menjadi seorang pelayanmu. Menjaga kedua kelopak mata agar selalu siaga dan tak terlalu lelap da

Semangkuk Soto 222 Ala Essip

Gambar
222 Deretan angka ini tiba-tiba mampir lagi di hadapan saya. 10 tahunan lalu (eit dah umur saya berapa yak, hihihi) angka-angka ini begitu penting. Waktu itu saya menyandang nomor 2220 di dada, sebagai penanda keikutsertaaan saya dalam seleksi untuk jadi salah satu aparatur Negara, tapi hasilnya kok ya malah mengambil ekor dari nomor saya ”0” hehheh.. Nol? Iya, hasilnya kosong, saya gagal. Tapi, karena gagalnya saya waktu itulah, saya menjadi seperti sekarang ini, dan bersyukur, pasti. Menjadi saya sekarang ini, menyenangkan. karena di kehidupan saya setelah mengalami situasi nol itu tadi, ternyata banyak bertemu 2 pilihan yang sama-sama baik. Ya, hidup ini adalah tentang menjawab pilihan-pilihan kan? Mana yang kita pilih, itulah kemudian yang kita jalani, sampai bertemu dengan pilihan baru dan kita ikuti lagi pilihan baru itu, begitu seterusnya. 222, pagi ini saya bertemu lagi dengan angka ini, angka yang sama pentingnya dengan angka saya 10 tahun lalu. Kalau saat itu saya

Cerita Gumuk Untuk Keola dan Naima

Gambar
Untuk Keola dan Naima..... J ika  kemarin kalian bertanya tentang sebuah tempat yang seru untuk jalan-jalan, mungkin tak seberapa banyak yang bisa Uncle sebutkan. Playland di mall tentu bukan sesuatu yang baru bagi Keola, yang isinya berbagai macam wahana macam bom-bom car dan aneka permainan menarik lainnya. Demikian pula  Sea World atau berendam di Wahana Air tentu merupakan sesuatu yang biasa buat Naima. Tapi tidak demikian halnya dengan Uncle. Masa kecil Uncle tidaklah seberuntung seperti kalian. Di jaman Uncle jarang sekali ditemukan tempat bermain yang seru seperti sekarang. Andaikan ada mungkin itu hanya sebatas komedi putar saja, yang ada saat pasar malam mengunjungi lapangan  desa kami. Demikian juga dengan permainan modern lainnya, bisa dikatakan semua itu menjadi sesuatu yang langka. Tak ada play station, apalagi bom-bom car. Paling-paling hanya sebuah "gembot" dan harus mengantri pula saat ingin memainkannya. Itupun kalau beruntung. Jika tidak, ya terpaks

Bukan Jember, Moyen-Chari, Chad

Gambar
A da semacam kejanggalan yang seringkali saya temui di jejaring sosial Facebook. Saat melihat profil Facebooker yang kebetulan sekota dengan saya, disitu biasanya kejanggalan itu saya temukan. Sebuah kesalahan saat menyantumkan info kota asal di profil akun FB mereka. Jember, Moyen-Chari, Chad atau Djember, Moyen-Chari, Chad . Pada awalnya saya anggap itu adalah hal yang biasa saja.  Kesimpulan saya  mereka benar-benar tak tahu atau tak mau tahu menahu dengan kejanggalan yang ada di profil FB-nya. Atau, bisa saja mereka sengaja mencantumkan sebuah informasi yang salah, agar jejaring pribadi mereka nampak lebih keren dari lainnya. Namun, setelah berulangkali saya lihat kejanggalan itu ada di banyak akun para Facebooker Jember, membuat saya penasaran untuk mencari info lebih lanjut perihal daerah tersebut. Dari info yang saya dapat melalui Google suport center dunia maya, Djember atau Jember yang tercantum di Facebook itu bukanlah nama kota kecil yang saya cintai ini. Keduanya

Jika Saya Tua Nanti.....

Gambar
M embaca tulisan mbak Evi yang berjudul Menyiapkan Hobby Untuk Hari Tua , seakan memberi pertanyaan pada kita semua.  Tentang hobby apa yang nanti kita lakoni saat menapak usia senja? Sebuah pertanyaan yang mungkin belum terpikirkan oleh kita semua. Sebab, bisa jadi selama ini kita menganggap jika tua itu menjadi urusan nanti. Masing-masing dari kita tentu mendambakan sebuah kehidupan yang nyaman saat tua nanti. Tak kurang sandang, pangan atau papan. Anak-anak kita sudah terlihat mapan. Demikian pula dengan cucu-cucu kita, tawanya seakan memberi semacam hiburan saat kita tua nanti. Ah, sebuah gambaran indah yang tentunya saya atau pun anda mengingini nanti terjadi. Tapi, apakah hanya itu saja yang nanti kita lakoni? Hanya diam dan melihat kanan kiri kita semakin berkembang. "Sedia payung sebelum hujan" , mungkin itu sebuah ungkapan yang coba dititipkan mbak Evi lewat tulisannya. Tua adalah sebuah perkara yang tak sedetikpun bisa kita tunda. Tapi bukan berarti saat tu

Gardu Kecil itu Rumah Kedua Saya

Gambar
A ndai saja saya lahir di tahun 60-an, mungkin saya masih bisa mencicipi suasana kereta api hilir mudik di depan rumah. Ya, rumah saya didirikan berdampingan dengan lahan milik PJKA. Bahkan pekarangan rumah saya merupakan tanah sewa dari jawatan ular besi milik negara. Makanya tak heran jika posisi rumah saya nampak berbeda dengan rumah-rumah lainnya. Posisinya terlihat miring menghadap arah barat daya, karena mungkin dulu dibangun menyesuaikan dengan tata letak rel kereta yang ada di depannya. Unik, sekaligus sebagai tanda jika rumah saya usianya jauh lebih tua dari rumah di sekitarnya. Banyak diantara rumah-rumah yang berdiri di pinggir bekas rel itu difungsikan sebagai rumah kontrakan saja. Mungkin  saja para pemiliknya  berpikir secara ekonomis dengan tak membangun rumah mereka secara megah. Sebagai antisipasi tentunya agar mereka tak terlalu merugi manakala  pihak PJKA kelak meminta kembali lahannya. Kondisi inilah yang juga membuat unik  kampung saya. Sebab bisa dipastikan h

Roda itu Masih Berputar

Gambar
U ntuk kamu yang baru saja menghapus bulir bening itu. Masihkah kau ingat tentang cerita kita beberapa waktu yang lalu? Saat kita sama-sama susuri jalanan kota kecil itu. Kau dan aku di motor yang sama, menuju suatu tempat yang telah kita sepakati. Nikmati malam minggu itu layaknya remaja saja.   Tentunya kau masih ingat kan tentang secuil cerita perjalanan kita? Tentang tragedi  di pertigaan lampu merah itu. Saat tiba-tiba saja seorang pria berseragam menghentikan laju motor kita. Mengggiring kita berdua menuju sebuah pos jaga. Mendakwa dengan membacakan sederet pasal yang sama sekali tak aku dengarkan. Tilang ! itulah vonis mereka buatku. Aku tahu ada semacam ketakutan yang kulihat dari bola matamu. Mungkin saja kamu khawatir aku akan melakukan aksi nekat saja di pos jaga itu. Saat aku mencecar vonis mereka dengan bermacam protes yang kulontarkan. Bukan, bukan maksudku untuk menentang para pria berseragam itu. Bukan pula aku tak mau patuh pada aturan main yang berlaku. Aku han

Jadilah Ikan yang Pintar

Gambar
H ingga hari ini memancing masih menjadi salah satu hiburan favorit saya. Ketika penat mulai melanda saat itulah biasanya  kesenangan yang satu ini saya lakukan. Maklum, saya bukanlah orang kantoran. Tentunya sulit sekali jika ingin menikmati week end layaknya mereka.  Melancong ke aneka tempat wisata. Plesiran ke luar kota yang tentunya membutuhkan banyak dana. Dan, memancing inilah solusi yang ramah buat isi kantong saya. Murah, meriah dan yang paling penting adalah sama-sama memberikan sensasi yang wah. Makin hari memancing sepertinya sudah menjadi hiburan yang tak murah lagi. Betapa tidak, dulu seingat saya memancing itu adalah perkara yang gampang dilakukan. Tinggal lari ke kali sebelah, atau menuju saluran irigasi tengah sawah, beberapa jam saja kita bisa pulang melangkah gagah. Itulah sensasi dari memancing. Pulang bak pahlawan dari medan laga. Tersenyum bangga dengan harta rampasan berupa ikan-ikan hasil tangkapan. Sayang, semua itu sekarang hanya menjadi nostalgia masa k