Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2011

Aku Adalah Seorang Blogger

Gambar
D ua puluh sembilan September setahun kemarin saya menjatuhkan pilihan untuk berkarya pada sebuah dunia bernama blogsphere. Setahun kemarin rasanya saya masih bimbang dengan status blogger yang saat itu baru saja disandang. Ragu dengan kemampuan tentang apa yang harus saya tulis ke depan, seberapa kuat saya bertahan dan apa nantinya yang akan saya dapatkan. Rasanya lucu jika teringat saat di awal-awal belajar menulis dulu. Bukan setumpuk novel atau buku cerita yang saat itu saya jadikan referensi untuk belajar membuat sebuah tulisan. Namun justru saya belajar lewat setumpuk buku-buku pelajaran Bahasa Indonesia SD yang sudah saya musiumkan. Mengulang kembali pelajaran lama tentang menempatkan titik koma dan huruf kapital yang benar ke dalam sebuah tulisan. Mengenali kembali kosakata bahasa baku yang mungkin selama ini sudah saya abaikan. Itulah setahun kemarin, ketika saya menjadi seorang pemula di ranah blogspher ini. Saat saya menjadi seorang yang begitu haus dan dahaga untuk bel

29 September

Gambar

Sebutir Beras

Gambar
Sedang asyik-asyiknya ber-kojom ria di YM, tiba-tiba saja juragan besar menghampiri saya. "Akbar, can you go to walimah?" , kata juragan besar kepada saya. Huh..kah enggak essip banget sih juragan ini. Masak satpam dunia maya disuruh kondangan?. Apa enggak tahu ya kalau sekarang si satpam lagi tebar pesona di dunia maya?. Tapi sudahlah, yang namanya bawahan saya harus nurut perintah dari juragan, meski pun permintaannya aneh-aneh. Sepanjang permintaan tersebut tidak melanggar undang-undang ketenagakerjaan internasional, yo wis saya turuti saja perintah dari lelaki dari negeri Fir'aun ini. Untuk mengurangi rasa sebel karena niatan untuk berkojom ria di YM terpending oleh ulah juragan besar. Saya pun mengajukan sebuah syarat kepada juragan besar. "Smoking First.!" , Ya itu syarat yang harus dipenuhi juragan agar saya segera berangkat ke acara kondangan dia. Nampak juragan besar mengeluarkan selembar ceban sebagai ganti  rugi karena telah mengganggu keasyikan

Menjauh Bukan Berarti Musuh

Gambar
Ada kejadian menarik saat kemarin sore saya melakukan patroli rutin di Warung Blogger . Sebuah kisruh kecil terjadi oleh sebuah ulah seorang pengunjung yang dianggap memberikan sebuah rasa ketidaknyamanan pengunjung warung lainnya. Kejadian tersebut bermula dari sebuah aksi nitip dagangan berlebihan dari salah satu pengunjung warung. Awalnya saya mentolerir aksi teman yang melakukan aksi flood tersebut, karena saya menganggap mungkin si teman masih belum tahu tentang WB sebenarnya. WB adalah milik bersama meski pada awalnya saya yang menciptakannya. Saya tidak pernah merasa sebagai pemilik tunggalnya, jadi dalam masalah ini saya ingin kebijakan tentang ulah teman tersebut juga diputuskan bersama. Saat itu saya menanti respon dari pengunjung warung lainnya, sebab sebagai salah satu admin saya pun tak ingin sembrono mengambil sebuah keputusan. Tak seberapa lama nampak mbak Iyha , Melly Margeraye , Erwin Aziz dan beberapa pengunjung lain melakukan aksi protes mereka kepada si teman

Teman Bicara

Gambar
Foto di atas diambil kira-kira akhir November tahun kemarin di sebuah acara pernikahan seorang sahabat saya. Sebut saja namanya Dimas atau biasa akrab saya panggil Iyek. Seperti biasa jika ada sebuah acara pernikahan seorang sahabat, saya selalu saja mendapat jatah sebagai seksi sibuk di dalamnya. Mulai kurir undangan, tukang antar makanan buat tamu/ nyinom , sampai jadi saksi pernikahan pun pernah saya rasakan. Nah sekarang ceritanya saya menjadi seorang tukang foto amatir pribadi di acara pernikahan si Iyek. Menjadi seorang tukang foto tentu saja akan menanggung sebuah resiko. Apa resikonya?. Ya, tentu saja jarang kebagian bernarsis ria he..he. Begitu halnya dengan saya saat itu. Di saat semua tengah asyik berpose ria, saya hanya bisa mengintip mereka dari sela-sela lensa kamera. Meski ada tukang foto pernikahan sendiri, tapi tetap saya harus menjalankan tugas dari sahabat saya tersebut dengan baik. Bagi saya seorang pengantin ibarat seorang raja semalam yang segala keinginannya

Antara Tanah Abang dan Pasar Senen

Gambar
Tak biasanya laju bus Kopaja berjalan sekencang ini. padahal sekarang sudah sore hari. Waktunya para pencari rejeki pulang ke rumahnya kembali. Pak sopir terlihat santai memainkan lingkar kemudi di tangannya. Tak sedikitpun gurat kegelisahan nampak di wajahnya. Gelisah karena tak ingin uang setoran buat si bos menjadi bertambah. Gara-gara body bus yang dikendarainya menjadi ringsek, karena berebut jalan dengan pengguna lain yang ingin terhindar dari macet. Jakarta lengang hari ini. Ibukota telah ditinggal oleh warga urbannya. Megapolitan sekarang tak ubahnya seperti kuburan. Sunyi sepi nyaris tak berpenghuni. Menyisakan hutan-hutan pencakar langit yang masih pongah berdiri seperti kemarin. Seakan tak pernah peduli dengan apa yang ada di bawahnya. Padahal di situ banyak cerita yang harusnya dia dengarkan. Banyak perut-perut kelaparan. Banyak pula bandit-bandit jalan berkeliaran. Sekarang sudah memasuki hari ke dua lebaran. Mungkin para warga urban itu sudah kembali ke kampung halam

Don't Cry For Bal-balan, Indonesia...

Gambar
Beberapa hari yang lalu saat timnas kita berlaga melawan Iran kebetulan di dekat kantor satpam dunia maya digelar acara nobar dengan layar lebar. Sebel rasanya dengan kondisi tersebut, di saat orang-orang saling meneriakkan dukungan buat timnas kesayangan, saya justru masih kebingungan mencari link-link TV online yang menayangkan pertandingan tersebut. Walaupun akhirnya saya menemukan, namun hasilnya tentu tak sesempurna kita menyaksikan secara langsung di layar kaca. Berhubung saya tak mau lagi kecolongan tak bisa lagi menonton timnas berjuang. Akhirnya saya pun membuat blog yang say isi dengan embed-embed TV online. Dengan harapan saya tak kebingungan lagi jika nanti timnas kembali berlaga pas waktu saya piket jaga. Namun apa hasilnya?. Sore tadi saya cek blog TV online-onlinean saya masih normal saja dan saya anggap sudah siap buat saya nikmati malam nanti. Namun pas menjelang pertandingan akan berlangsung, eh dilalah kok malah cuma suara saja yang berfungsi normal. Sisanya han

Apa Cukup Hanya Ramadhan?.

Gambar
Idul Fitri sudah lewat beberapa hari, tapi perbincangan tentang lebaran dua versi masih saja terjadi di sana-sini. Ada seorang ibu yang mengeluh karena jerih payahnya di dapur  berantakan gara-gara lebarannya diundur. Seorang remaja merasa tak terima, karena acara bareng si dia menjadi tertunda. Di satu sisi saya merasa trenyuh dengan kondisi tersebut. Lebaran yang harusnya diwarnai satu semangat untuk merayakan sebuah kemenangan, namun kini terasa berbeda karena adanya sebuah perbedaan waktu saat merayakan. Jujur saya tidak begitu tertarik untuk terlibat pro kontra lebaran dua versi. Bagi saya perbedaan adalah sebuah rahmat yang harus disyukuri atau dicarikan sebuah solusi jika ternyata dirasa bisa dicarikan jalan yang terbaik. Bukan malah sebaliknya diperuncing dengan sebuah opini-opini pribadi, apalagi opini tersebut muncul dari sebuah pendapat tanpa ilmu. Media televisi sepertinya juga tak mau ketinggalan mengangkat fenomena lebaran dua versi. Saling menyalahkan dan mengklai