Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2013

Di Titik Angka Tiga-tiga

Gambar
"Muda foya-foya, tua kaya raya, mati masuk surga" Pernahkan anda mendengar kalimat di atas? Sebuah ungkapan yang sering kali diperbincangkan muda mudi kita. Tiga konsep hidup manusia yang begitu ideal menurut saya. Dunyo kathut, surgo iso nunut Dunia dipegang, surga bisa numpang Begitu menggiurkan bukan? Sangat manusiawi tentunya jika saya atau anda pun mengingini. Muda, tua dan mati,  itulah tiga hal yang harus saya perhatikan dalam hidup ini. TIGA, bisa jadi akan menjadi TItik GAwat jika menyiakan modal yang ada. Atau sebaliknya menjadi TItik GAyeng alias menggembirakan jika modal itu sebaik-baiknya dimanfaatkan. Modal itu adalah modal paling berharga yang dipunya setiap manusia. Modal itu bernama usia. Ada yang bilang jika rata-rata usia hidup manusia jaman sekarang tak jauh dengan usia Rasul. Di kisaran enam puluhan. Kalau pun ada yang lebih, mungkin itu semacam bonus dari langit. Jika berpatokan dengan usia hidup Rasul, itu artinya separuh jatah pulsa

The Old and The New Photos : Hanya Nemu Satu

Gambar
T umbuh besar di jaman serba teknologi  itu merupakan anugerah. Betapa tidak, teknologi tak hanya mempermudah segala pekerjaan yang dilakukan manusia. Tapi,  bisa pula kita manfaatkan untuk membuat semacam investasi nostalgia. Yah, berupa kenangan macam tulisan, foto atau video yang tentunya sangat berharga saat diputar kembali di usia senja nanti. Namun tidak demikian halnya dengan saya. Masa kecil saya tentunya tak dihiasi gemerlap teknologi seperti sekarang ini. Saya besar pada sebuah keadaan yang begitu rumit  dijelaskan dalam bentuk tulisan. Otak saya tak akan mampu memutar ulang memori masa kecil itu. Pun demikian dengan kenangan yang mungkin bisa dinikmati secara visual. Nyaris tak ada yang bisa diselamatkan. Tiada foto yang menceritakan kenangan antara saya dan mamak. Apalagi foto bareng bapak, ah mungkin itu akan menjadi sesuatu yang langka dan sangat berharga apabila sekarang saya bisa menemukannya. Yang saya ingat dulu Ibu sangat marah, ketika ada yang mengatakan saya h

Menculik Akin

Gambar
S abtu sore ada pesan singkat dari Api Kecil  yang mengabarkan bahwa Kakaakin , seorang blogger asal Borneo sedang dalam perjalanan menuju Jember. Segera saya tidak lanjuti berita mendadak itu. Saya kontak Kakaakin untuk mengetahui posisi terakhir dia. Di ujung telpon sana dikabarkan jika dia sekarang sudah berada di daerah Probolinggo. Yang artinya sekitar tiga jam lagi dia sudah sampai di  kota saya. Saya sempat bingung sebab kebetulan saat itu mendapat giliran piket malam hari. Yang berarti kemungkinan saya tak bisa menemani Akin saat tiba nanti. Syukurlah tuan majikan mau memberi free pass, dengan jaminan salah satu adik pencinta alam saya sebagai sandera. Menggantikan tugas saya malam itu sebagai satpam dunia maya. Lepas maghrib segera saya meluncur ke kota Jember. Saya perkirakan Kakaakin saat itu sudah tiba di terminal Jember ( Tawang Alun ). Ternyata tepat dugaan saya, di layar ponsel saya membaca sebuah pesan singkat yang berisi "Selamat datang di kota Jember&qu

Untuk Roy Suryo

Gambar
S edianya sejak dini hari tadi saya berniat untuk belajar menulis puisi. Maklum, empunya hati sedang dilanda gairah yang tak biasa. Suasana yang tepat pula untuk menulis sesuatu yang tak biasa . Meski saya tahu  hasilnya mungkin  tiada seindah  buah karya sastrawan. Tapi saya sudah bertekad setidaknya hari ini  bisa membuat sesuatu yang selama ini sulit dilakukan. Yah, sebuah puisi nyastra ala jalanan. Segala sesuatu sudah dipersiapkan. Segelas kopi hangat disandingkan sebagai teman penyemangat. Anggaran linting sugesti pun sengaja saya naikkan dari bandrol biasanya. Tujuannya hanya satu, mungkin dengan semakin nikmat rasa asap yang dihisap, akan semakin encer pula inspirasi untuk menulis sesuatu yang mendayu-dayu. Tapi sayang, percuma saja pernak-pernik pendukung itu disediakan. Sebab selanjutnya bukan kenyamanan yang didapat, tapi rasa mangkel yang terasa sangat. Niatan membuat tulisan yang puitis meski berakhir dengan dramatis. Gara-gara laju koneksi menurun begitu drasti

Awas Ilate Mlintir

Gambar
K adang aku mikir nganu opo wong-wong iku ampe' kedanan nang boso Inggris Londo. Padahal yen dipikir-pikir Indonesia iki negeri sing sugih budoyo lan boso. Nang Jowo wae isine macem-macem bahasa, macem Sundo, Jowo Tengahan, Ngapak, Meduro, Suroboyoan, Osing lan akeh maneh sing perlu dilestarikno.  Tapi, sayang akeh wonge dewe sing malah luwih ndisikno boso londone ketimbang boso daerahe. Malah kadang akeh istilah sing rasane durung perlu digawe londo tapi dipekso mlebu nang bosone dewe. Contoh wae sarapan diganti breakfast. Belonjo diganti shoping. Rapat diganti meeting. Kan lucu rek  krungune, cuma sarapan nang warung pojok wae ngomonge breakfast in the corner little shop. Belonjo lombok nang pasar dadi chili shoping in the market. Rapat RT malah dadi neighborhood meeting hahaha. Iso-iso ilate awak dewe mlintir loh lek mekso ngucapno boso Londo. Asline ora ono salahe awak dewe belajar boso Londo, tapi boso Indonesia karo boso daerahe dewe kudu tetep sing nomer siji nang ati

Uncle Tak Seberapa Tampan dan Keponakan

Gambar
F oto di bawah ini diambil dengan media kamera ponsel Samsung C3322. Berlokasi di pelataran depan rumah saya sendiri. Dengan seorang model tak seberapa tampan yang tentunya tak asing bagi emak-emak di dunia maya hahaha. Model satunya  bernama Rega, seorang model cilik pendatang baru, yang juga keponakan saya. Skenario dalam foto menceritakan  Rega yang tengah asyik menjadi seorang juru mudi  layang-layang dan Uncle Lozz yang jadi co-pilotnya. (untuk pengguna Mozilla arahkan cursor mouse untuk melihat foto lainnya) Hampir saban sore si Rega bermain layang-layang di depan rumah saya. Pada awalnya dia hanya melihat saja cara orang dewasa saat menerbangkannya. Kadang dia hanya menjadi co-pilot yang tugasnya memegang gulungan benang di samping penerbang layang-layang. Hingga pada suatu hari, Rega saya tawari untuk menerbangkan layang-layangnya sendiri. Awalnya si Rega nampak kesulitan saat menerbangkan layang-layangnya. Entah berapa kali layang-layang Rega tak sukses m