Selamat Jalan Surakso Hargo..!


Jika bicara tentang gunung Merapi, saya jadi teringat ketika kira-kira 2 tahun yang lalu saat mendaki ke puncaknya. Sebuah gunung yang mengingatkan saya jika usia sudah mulai tak berkompromi lagi dengan petualangan saya. Suatu pengalaman yang membuat saya sadar jika suatu saat saya harus segera menanggalkan ransel gunung saya.

Rasanya ada sesuatu yang kurang dalam perjalanan pendakian tersebut, karena saya tidak bisa bertemu dengan sebuah figur yang tak bisa dipisahkan keberadaannya dari gunung Merapi. Sosok karismatik dan penuh kontroversi yang saat ini telah meniggalkan kita. Yah, mungkin cuma lewat gambar atau iklannya saja saat kita ini bisa mengenang beliau, karena Mbah Marijan ikut menjadi korban ganasnya Wedhus Gembel yang telah menjadi teman permainannya saat beliau hidup.

Namun ibarat pepatah bilang "Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meniggalkan belang dan manusia mati meninggalkan nama", demikian juga dengan Mbah Marijan seorang sosok figur yang juga meninggalkan kesan positif buat yang ditinggalkannya. Sebuah pesan moral yang patut dicontoh oleh kita yang masih hidup ini.


Keteguhan hati dalam mengemban amanat mungkin itu salah satu teladan yang mesti kita contoh dari almarhum. Suatu pengabdian yang lebih mementingkan kewajibannya ketimbang hak beliau sendiri, Saya yakin seandainya saja abdi rakyat di negeri ini bisa meniru jiwa beliau, Indonesia pasti akan menjadi lebih baik dari sekarang. Bayangkan jika para wakil rakyat kita tidak cuma sebatas menjadikan pekerjaan mereka sebatas profesi tapi sebagai wujud pengabdian mereka sebagai abdi masyarakat.

Beliau telah membuktikan sumpahnya dengan menjadi benteng terakhir saat Merapi meletus. Walaupun bagi sebagian orang hal ini dianggap sebagai perbuatan mati konyol, namun bila kita cermati ada suatu pesan moral dibaliknya jika seseorang harus bertanggung jawab dengan apa yang menjadi pilihan hidupnya. Seorang kesatria tidak akan pernah meninggalkan medan laga.

Para netter mungkin saja Mbah Marijan telah mengingatkan kita yang masih hidup ini dibalik kepergiannya. Jika Mbah Marijan telah memenuhi sumpahnya, apakah kita juga telah penuhi sumpah kita..? Yah, 28 Oktober kita telah diikat sumpah sia sekata untuk mengaku dan menjunjung tanah air, bangsa dan bahasa menjadi satu yaitu Indonesia.

Mbah Marijan mungkin telah berlalu mendahului kita, tapi semoga semua pengabdian selama hidupnya bisa dijadikan teladan oleh generasi kita. Semoga juga dibalik kepergian Sang Juru Kunci Merapi, para abdi rakyat kita bisa membuka kunci hatinya untuk menjadikan semua pengabdiannya sebagai wujud amanah yang bisa dipertanggungjawabkan.



Selamat jalan Surakso Hargo..!


sumber gambar : http://www.fajar.co.id/

Komentar

  1. Selamat jalan Mbah..Terimakasih pembelajarannya..

    BalasHapus
  2. yah semoga saja Brow saya bisa istiqomah nulis seperti istiqomahnya Mbah Marijan.

    BalasHapus
  3. Jiwa ksatria "sabagian" anak bangsa kita sudah semakin pudar. Perlu belajar kembali dari sosok-sosok ksatria sejati bangsa ini

    BalasHapus
  4. semoga masih ada yang peduli sama bumi....setelah mbah marijan pergi....

    BalasHapus
  5. selamat jalan, semoga amal ibadahnya diterima Allah SWT..

    segeralah menikah buat penulis...

    BalasHapus
  6. Erdien @ Matur nuwun dah mampir mas, yups setuju mas sepertinya kita yang muda-muda ini perlu belajar lagi ma orang-orang sepuh

    Jibriel @ wah seneng deh punya kamar pribadi sendiri sekarang.. selamat ya..

    Wa'one@ uhui... kalimat kedua itu enggak masuk kategori komen ha.haa

    BalasHapus
  7. Selamt jalan mbah maridjan.Semoga amal dan ibadah beliau diterima allah.swt.Dan ditempatkan disisi yang terbaik.=D
    BTW, udah bergabung dengan program publisher dari http://negeriads.com? Kalau belum,boleh dicoba bergabung. Gratis. Sudah ada 10.000+ publisher yang bergabung, lho. Daftar tanpa biaya, dan selalu dibayar tepat waktu. Silakan dicoba aja.Keteranganlengkap ada di websitenya, :)

    BalasHapus
  8. Negeriads@ yah saya coba nanti di blog PTC saya

    aciid@ Kalau menggantikan sebagi jur kunci yang jelas orang keraton yang tahu, tapi kalau menggantikan semangat Mbah Marijan saya pikir kita patut deh mencontohnya

    BalasHapus

Posting Komentar

Terima kasih telah membaca artikel dengan cara seksama dan tidak dalam tempo sesingkat-singkatnya