Tiada Lagi Permainan Yang Seperti Rambo
Saat masih kecil ibu tak selalu memanjakan saya dengan membelikan mainan yang dulu ngetrend di jamannya. Saya hanya bisa meminjam manakala ingin bermain gamewatch yang saat itu digemari anak-anak kebanyakan. Cuma bisa memandang saat anak tetangga sebelah bermain mobil-mobilan yang berbahan bakar baterai di dalamnya. Hanya terpana pula manakala melihat anak-anak lain saling pamer mainan pistol yang mengeluarkan bunyi khas saat mereka menarik pelatuknya.
Butuh perjuangan ekstra jika saya ingin memiliki itu semua. Tak boleh ada angka merah di rapor sekolah menjadi sebuah syarat manakala saya ingin memiliki mainan-mainan yang saat itu dianggap canggih di jamannya. Meski begitu saya bersyukur tiada sedikit pun ibu mengekang saya untuk bermain di luar rumah dengan anak-anak kampung lainnya.
Salah satu permainan anak kampung yang saya sukai waktu itu adalah perang-perangan. Merakit aneka senjata yang kami buat dari pelepah daun pisang. Membuat granat tangan mainan yang kita kalungkan di badan. Tak ketinggalan pula kain diikat di kepala sebagai tanda musim perang telah tiba. Ingin menjadi Rambo yang sering dilihat di video. Mungkin itulah pikiran saya kala itu.
Anak-anak kampung sering menyebut permainan itu dengan nama Serangan. Ya, senjata pelepah daun pisang itu hanyalah semacam aksesoris agar kami nampak layaknya orang berperang. Inti dari permainan itu sendiri adalah saling serang dengan cara melempar granat tangan dari pelepah pisang yang kami buat.
Saling berkejaran, tiarap atau bahkan salto pun diperlukan agar kita tak terkena lemparan granat dari pemain lawan. Area pertempuran pun akan semakin lebar manakala ada sekumpulan anak-anak dari kampung lain menantang serangan. Terdengar ekstrim dan liar memang, tapi ada peraturan yang tidak boleh dilanggar yaitu tak sedikit pun diperbolehkan kepala pemain lawan terkena lemparan dari granat kita dengan sengaja. Seru, menegangkan tapi syarat pendidikan, karena di situ kami bisa belajar tentang arti dari sebuah kebersamaan, kekompakan, ketangkasan dan patuh dengan aturan main yang ditentukan.
Saat dirasa kami telah puas dengan permainan serangan itu. Tiba waktunya bagi kami untuk sedikit melepas lelah dengan mandi di sungai kampung. Bergotong royong mengangkat batang pohon pisang yang kami jadikan pelampung saat bermain di sungai. Saling serang sekarang berganti dengan sebuah keceriaan. Tiada dendam meski baru saja kami saling berhadap-hadapan menjadi lawan.
Namun sayang keceriaan masa kecil itu tak pernah saya lihat lagi di jaman sekarang. Tiada lagi Rambo-Rambo kecil yang saya lihat berlalu lalang, karena mungkin si Rambo sudah asyik dengan tokoh imajinasi di Playstationnya masing-masing. Tak ada lagi senjata pelepah daun pisang, karena kebun pisang sekarang telah menjadi ladang bangunan yang tegak menantang. Tiada lagi jernih sungai yang menggoda siapa saja untuk menceburkan diri ke dalamnya, karena sungai itu sekarang telah menjadi arena karnaval sampah.
Permainan serangan itu kini telah mengikuti mengikuti perkembangan jaman. Granat pelepah pisang itu sekarang berganti dengan batu-batuan. Bukan anak kecil lagi yang sekarang melakukan pertempuran itu, tapi sudah berganti dengan orang dewasa dan mahasiswa. Sebuah kondisi yang membuat saya bertanya dalam hati, Apakah mereka tidak puas bermain serangan saat mereka kecil?. Atau jangan-jangan mereka memang tak pernah merasakan menjadi seorang Rambo seperti yang pernah saya lakukan dulu ya?.
Butuh perjuangan ekstra jika saya ingin memiliki itu semua. Tak boleh ada angka merah di rapor sekolah menjadi sebuah syarat manakala saya ingin memiliki mainan-mainan yang saat itu dianggap canggih di jamannya. Meski begitu saya bersyukur tiada sedikit pun ibu mengekang saya untuk bermain di luar rumah dengan anak-anak kampung lainnya.
Salah satu permainan anak kampung yang saya sukai waktu itu adalah perang-perangan. Merakit aneka senjata yang kami buat dari pelepah daun pisang. Membuat granat tangan mainan yang kita kalungkan di badan. Tak ketinggalan pula kain diikat di kepala sebagai tanda musim perang telah tiba. Ingin menjadi Rambo yang sering dilihat di video. Mungkin itulah pikiran saya kala itu.
Anak-anak kampung sering menyebut permainan itu dengan nama Serangan. Ya, senjata pelepah daun pisang itu hanyalah semacam aksesoris agar kami nampak layaknya orang berperang. Inti dari permainan itu sendiri adalah saling serang dengan cara melempar granat tangan dari pelepah pisang yang kami buat.
Saling berkejaran, tiarap atau bahkan salto pun diperlukan agar kita tak terkena lemparan granat dari pemain lawan. Area pertempuran pun akan semakin lebar manakala ada sekumpulan anak-anak dari kampung lain menantang serangan. Terdengar ekstrim dan liar memang, tapi ada peraturan yang tidak boleh dilanggar yaitu tak sedikit pun diperbolehkan kepala pemain lawan terkena lemparan dari granat kita dengan sengaja. Seru, menegangkan tapi syarat pendidikan, karena di situ kami bisa belajar tentang arti dari sebuah kebersamaan, kekompakan, ketangkasan dan patuh dengan aturan main yang ditentukan.
Saat dirasa kami telah puas dengan permainan serangan itu. Tiba waktunya bagi kami untuk sedikit melepas lelah dengan mandi di sungai kampung. Bergotong royong mengangkat batang pohon pisang yang kami jadikan pelampung saat bermain di sungai. Saling serang sekarang berganti dengan sebuah keceriaan. Tiada dendam meski baru saja kami saling berhadap-hadapan menjadi lawan.
Namun sayang keceriaan masa kecil itu tak pernah saya lihat lagi di jaman sekarang. Tiada lagi Rambo-Rambo kecil yang saya lihat berlalu lalang, karena mungkin si Rambo sudah asyik dengan tokoh imajinasi di Playstationnya masing-masing. Tak ada lagi senjata pelepah daun pisang, karena kebun pisang sekarang telah menjadi ladang bangunan yang tegak menantang. Tiada lagi jernih sungai yang menggoda siapa saja untuk menceburkan diri ke dalamnya, karena sungai itu sekarang telah menjadi arena karnaval sampah.
Permainan serangan itu kini telah mengikuti mengikuti perkembangan jaman. Granat pelepah pisang itu sekarang berganti dengan batu-batuan. Bukan anak kecil lagi yang sekarang melakukan pertempuran itu, tapi sudah berganti dengan orang dewasa dan mahasiswa. Sebuah kondisi yang membuat saya bertanya dalam hati, Apakah mereka tidak puas bermain serangan saat mereka kecil?. Atau jangan-jangan mereka memang tak pernah merasakan menjadi seorang Rambo seperti yang pernah saya lakukan dulu ya?.
Artikel ini diikutsertakan pada Mainan Bocah Contest di Surau Inyiak
Lozz Akbar... judulnya masih kurang tepat. Harus ada kata "mainan" atau "permainan". Tolong diedit ya.. Mumpung masih ada waktu, hehe.. :)
BalasHapusNah, kalau begini, sudah benar, dan sudah bisa saya catat sebagai peserta dalam MAINAN BOCAH CONTEST..
BalasHapusTerima kasih ya... :)
Alhamdulillah.. matur nuwun Uda
BalasHapusNaaah.. akhirnya nambah satu lagi pesertanya, Alhamdulillah.. (durung moco wes komentar haha)
BalasHapusHahaha.. ternyata Kang Lozz sedang bernostalgia, kembali ke masa kecil..
BalasHapusSalahmu dan Uda Vizon sih, bikin aku terngiang-ngiang masa jadi Rambo dulu
BalasHapusAku jadi ingat puisi yang ditulis kemarin pas FPK (Festival Puisi Kompasiana) Lebih kurang yah begini kisahnya, kehilangan masa lalu, masa yang berubah digerus jaman.
BalasHapusIni kalau gak malu tak copas ke sini hehehe...
Soale puisine kolaborasi. Judule opo, yo, lali aku. Sik2 tak intip
Tadinya aku buat, "Rindu Masa Lalu"
Diubah sama Pak Insan
"Balada Orang-Orang kampungku"
dulu saya juga suka main perang-perangan sama adik..tapi senjatanya dari kertas..hehehe....
BalasHapuskalo mau main gimbot, main di depan sekolah SD saya mas,,,
Sik, tak tulis beberapa bait
BalasHapusKembali kuedarkan pandangan ke depan
Ke arah dan danau di hadapan
Di mana dulu kami selalu berkeliaran
Tak sekedar bermandi manda atau bercanda
Tapi juga berebutan mengejar ikan
Indahnya…
Seminggu di kampungku
Aku masih belum dapat melabuhkan rindu
Menemukan masa kecilku
Bernostalgia dengan kisah laluku
[kadang kita perlu tetirah
Mengusir hati yang gerah
Lewat sebuah kisah]
wah permainan "serangan" jaman sekarang terlihat lebih nyata dan natural ya kang, sudah pake batu dan dilakukan oleh orang-orang dewasa. Terlalu banyak oang nganggur sih jadi seperti itu.
BalasHapusRambo rambo rambo jago tembak..
BalasHapusRoki Roki Roki jago tinju..
mainan yang inikah yang dimaksudkan oleh judul postingan di atas?
saya malah sudah lupa bagaimana cara bermain rambo :D
Jadi mengingatkan jaman saya waktu kecil nich Kang Akbar.
BalasHapusNamun sayangnya pada saat ini sadah sulit. Anak-anak yang ada semuanya sudah main dengan pistol animasi mainan, namun sayangnya banyak juga yang memakan korban dari salah tembak.
Hasl kejadian ini semua mengingatkan kita akan suatu hal peristiwa yang bukan hanya dialami dunia anak namun juga dunia dewasa, semoga bukan menjadi salah bunda kita mengandung kita untuk terlahir di dunia ini bila hanya kita saling dapat menyalahkan dan tidak mau berintropeksi diri.
Sukses selalu dan semoga menang dalam kontestnya.
Salam
Ejawantah's Blog
Anazkia@
BalasHapusciee pamer nih ye kalau pinter bikin puisi
Muamdisini@
saya kok malah kangen main gembot ya mas
Puji@
enggak pernah jadi Rambo dulu kang
Mami Rani@
hehehe penggemar Stallone ya.. matur nuwun dah mampir mbak
Ejawantah@
matur nuwun kang, sukses juga buat anda
jd inget waktu kecil :D
BalasHapusjaman sya kecil dulu yg namanya aktifitas bermain di luar rumah kyanya ga keitung jumlahnya berapa, tapi sekarang udah beda sekali kebanyakan harus sibuk main game di depan komputer. Semoga kontesnya menang kang :D
BalasHapusSamaaaa sungai di dpn rumah udah jd tempat carnaval sampah hikz
BalasHapusperang2an dari peluru kertas sampai biji2an juga dulu saya mainkan kang bareng teman2..
BalasHapustapi skarang juga kayaknya sudah ga ada lagi
kao baca tulisan kang loz yang ini inget masa kecil dulu kalo ane senengnya maen gundu di kampung tapi kalo di tempat ane gundu dibilangnya neker :D
BalasHapuswkwkwkwkwkwkwkwk
BalasHapusaku bien yo ngunu, gawe tembak2an soko gedebok, terus main perang2ngan nang kebon, asyek tenan, saiki wes gak onok seng ngunuiku.
detik-detik terakhir ya ikutannya uncle.good luck
BalasHapushehe..Nay paling takut maen perang2an, jadi lebih milih maen galasin ato bekel <--siapa yang tanya nay..? ;p
BalasHapusguud luk brader..:)
wah mengenang masa kecil yang seru ya mas, pastinya seru tuh mainanmu asli dari alam dan melatih kreativitas ya mas. malahan enakan mainan itu daripada gamewatch itu kata saya ya. daripada pistol laras panjang mainan jaman skrng yg pelurunya berbahaya itu, lebih baik yg alami kan ya...
BalasHapusBang Lozz ini kalo ikut kontes..salah nama terus..wek :P
BalasHapuskan dah senior #timpuk bata
Rambo sekarang jadi beneran rambo loh, senjata juga senjata nyata. ngeri deh...
Gud luck ya bang!
Main rambo-ramboan enaknya pas habis hujan....banyak tersedia tanah Lempung (liat) untuk dijadikan granat
BalasHapusSy suka bagian akhir entri ini
BalasHapus"Tak ada lagi senjata pelepah daun pisang, karena kebun pisang sekarang telah menjadi ladang bangunan yang tegak menantang. Tiada lagi jernih sungai yang menggoda siapa saja untuk menceburkan diri ke dalamnya, karena sungai itu sekarang telah menjadi arena karnaval sampah."
Moga sukses ikutan kontesnya, Mas.
perang-perangan ala rambo. apalagi kalau sampai bersembunyi di ladang dan rangkaian tumbuhan bambu di sawah. Benar-benar mirip rambo.
BalasHapusYang anehnya, semua peserta mengaku dirinya rambo, hahahaha
iaa nih mas..
BalasHapusterkadang kasian juga liat keponakan2 yang di larang main tanah, main panas, lari-larian dan lainnya sama mamanya dengan alasan kotorlah, ntar sakitlah
mmm.. sepertinya masa kecil mereka tidak seindah kita dulu bisa bebas mengekspresikan diri #prihatin :(
Tirta Darmantio@
BalasHapusapa sampean dulu juga seneng jadi Rambo? makasih dah mampir mas Tirta
Yayack Faqih@
ya mas, kayaknya anak-anak sekarang cenderung ndekem di rumah ya
Tarry Kittyholic@
enak dong mbak Tarry tiap hari bisa nonton karnaval
Mabrurisirampog@
ya kang saya juga senang dulu main perang-perangan dengan biji jambu air, padahal kalau kena kulit rasane lumayan loro ya?
And1k@
lah sama nih mas Andik, ditempat saya juga namanya neker
Kira@
bagaimana kalau kita budayakan lagi?
Lidya@
ya mbak Lid, terinspirasi Rambo yang dikejar-kejar musuh hehe
Naya Elbetawi@
BalasHapussaya juga jago main bekel loh Nay?
Puteriamirilies@
betul mbak Pu, melatih anak untuk kreatif merakit mainan mereka sendiri
Arrian@
hahaha ada si Rambo nih komen
Riez@
apalagi hujan-hujanan cuma pake kolor, jadi berasa gimana ya kang hehe
M. Mursyid PW@
matur nuwun Pak Mur
Mandor@
lah yo itu sam.. kalau semua ngaku Rambo, trus vietkongnya sapa ya
Mimi Sikembar@
mungkin karena rasa ketakutan yang berlebih mbak Mimi.. takut anaknya sakit dan lain sebagainya.. makasih dah mampir ya
karena sungai itu sekarang telah menjadi arena karnaval sampah.
BalasHapusckckck.. miris ya sam.. :(
dan mudah2an walaupun tidak ada permainan serangan lagi, tapi anak2 kita dapat menikmati nyamannya tinggal di bumi pertiwi, tanpa "serangan" kampung tetangga..
Mainan saat kecilku begitu unik, mobil mobilan dari kulit jeruk yang isinya sudah ku lalap habis bersama teman2, ada juga sapi sapian dari batu bata, tapi sayang isinya gak bisa kulalap wkwkwk
BalasHapussekarang mah anak2 main DOTA, PES, dan point blank...
BalasHapussayang ya. padahal permainan2 konvensional, nilai kemanusiaannya lebih kerasa. lebih sosial.
ga kayak sekarang, terlalu individualis
waktu masih kecil pengin cepet jadi orang dewasa udah gede pengil lagi jadi anak kecil...
BalasHapussunggu menyenangkan masa kecilku dulu mas lozz
kayaknya bakal menang nih..
BalasHapusjadi ingat masa kanak2 yg ga banyak punya mainan hix2 hehehe
BalasHapuszaman skarang mainan beda jauh sama dulu jadi sudah ga ketemu
Mainan sekarang lebih seru dan 'nyata' spt pistol2an yg ternyata benar2 bisa membuat orang terluka.. hehehe
BalasHapusOya, komentarnya tadi adalah yg nomor 1 lho.
Yaa... ketemu lagi di kontes.. semoga berhasil ya?
BalasHapusiya juga yaa..
BalasHapusanak-anak sekarang lebih banyak kenal mainan games macem PS atau game online..
game/permainan sekarang/online gak bikin anak2 sehat, gak bikin badannya aktif berolahraga
BalasHapusSmoga yang suka serangan pake batu itu baca posting ini ya Lozz...masa kecil kita *ehm, kok jadi berasa seumur sih* selalu ada mainan yang bisa diciptakan sendiri, dan terus terang, buat saya itu lebih berkesan :)
BalasHapusSelamat ikutan lomba, keteko menang iki...hehehe :D
wah, dulu juga pernah main yang seperti ini. tapi sudah jarang saya dapati anak2 sekarang main itu.
BalasHapuspermainan semasa anak2 memang seru dan asyik buat dijadikan ceritakan
BalasHapusRambonya sekarang udah pindah dunia mas lozz...Jadinya berlaga di dunia maya...ya game online gitu..hohoho...aku juga barusan banget kepikiran game online gitu...bener kan? Secanggih mainan sekarang lebih bersosial mainan dulu ya#ikut-ikutan bernostalgia hehehhe
BalasHapusMas Lozz sepertinya mainan kita sama deh, dulu saya juga suka main perang-perangan, tembaknya dari kayu, kalau ketembak ya pura-pura mati, seru sekali sambil kejar-kejaran gitu..
BalasHapusMas.. Aq LG mau bikin senapan dari pelepah pisang niy... Tolong cara buatnya dunk... Makasiy...
BalasHapussampai sini lagi dang ingat lagi masa kecil dulu...
BalasHapusya jaman dulu dengan jaman sekarang sangat jauh berbeda,jaman sekarang sangat jarang ditemui dan mungkin tak ada lagi yg bermain lalu lalang,berlari2an dsb.
BalasHapusanak2 aman sekarang lebih ke play station dan internet..
saya jadi ingat jaman dulu ya hampir ama dgn mas lozz,abis main nyebur ke kali...
ya jaman dulu dengan jaman sekarang sangat jauh berbeda,jaman sekarang sangat jarang ditemui dan mungkin tak ada lagi yg bermain lalu lalang,berlari2an dsb.
BalasHapusanak2 aman sekarang lebih ke play station dan internet..
saya jadi ingat jaman dulu ya hampir ama dgn mas lozz,abis main nyebur ke kali...
Yah bener Uncle,sungai tempat aku bermain,dan pernah BAB di sana,..kini menjadi karnaval sampah..
BalasHapusAku juga pernah ngalamin rambo-ramboan,mainnya di kebun orang,umpet2an ahh serunya..
wow, rupanya ikut juga kontes permainan ya.
BalasHapussemoga sukses, kang :)
Uncle Lozz... seru banget mainan rambo2an nya... kayak perang beneran aja... skrg ada tuh *apa sih istilahnya* pokoknya biasanya yg ngadain dari kantor2... mesti bayar mahal untuk ikutan... padahal jaman dulu apa saja bisa dibuat mainan ya, bahkan pelepah daun pisang pun...! :-D
BalasHapussemoga sukses kontesnya Uncle.. maaf telat mampir :-D
saya robinhut, datang menyimak cerita anda ramboo, hehe.
BalasHapusWah Mas, baru2 ini mahasiswa di Cianjur tawuran.... :(
BalasHapusKok banyak banget yang berkunjung ke blogku dari tulisan ini?
BalasHapus