Perkenalkan, Saya Mahasiswa Universitas Dunia Maya
Pagi itu menjadi hari yang penuh kehebohan bagi kelas 3M2. Kelas yang oleh para guru disebut-sebut sebagai sarangnya siswa-siswa nakal, tiba-tiba saja berubah menjadi sebuah kelas yang begitu fenomenal. Biang kehebohan itu datang dari sebuah pengumuman yang mengatakan jika dari kelas yang seluruhnya dihuni siswa lelaki itu muncul dua orang siswa yang berhasil masuk di daftar sepuluh besar peraih NEM terbaik di sekolah tersebut.
Sebuah kabar membanggakan tentunya bagi anak-anak kelas jurusan Mekanisasi Pertanian tersebut. Sebuah tekad dan kegigihan mereka untuk bangkit di catur wulan terakhir, ternyata sekarang telah membuahkan hasil. Kelas yang dulunya hanya dianggap sebagai kelasnya para pecundang, diluar dugaan ternyata sekarang justru bisa membalikkan keadaan lewat sebuah prestasi gemilang.
Seperti halnya teman-teman, saya pun merasa bangga dengan prestasi yang diraih kelas saya tersebut. Namun rasanya saya tidak percaya manakala melihat langsung pengumuman yang saat itu ditempel di mading siswa. Betapa tidak, rasanya baru beberapa bulan kemarin orang tua saya mendapat surat panggilan sekolah karena anaknya telah berulah. Sekarang justru tiba-tiba seolah ada sebuah keajaiban ketika saya memeriksa satu persatu nama yang ada kertas pengumuman itu. Yah, tanpa pernah diduga sebelumnya nama saya ternyata ada di urutan nomer dua paling atas dari ratusan siswa yang tercantum di dalamnya.
Menduduki posisi tiga besar itu berarti saya berhak memperoleh "jatah" spesial dari sekolah. Sebuah jatah semacam "surat sakti" yang diberikan sekolah untuk merekomendasikan murid-muridnya yang berprestasi apabila meneruskan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. IPB Bogor ! itulah peluang yang saat itu coba ditawarkan kepada saya. Sebuah peluang yang seketika itu juga saya muntahkan, karena saya sangat tahu dan paham dengan kondisi ekonomi keluarga saya kala itu. Ada sedikit kecewa yang saya rasakan. Sempat pula saya berangan jika saja diri ini terlahir dari keluarga super mapan pastilah peluang itu akan menjadi sebuah kenyataan. Tapi akhirnya saya pun sadar dan nrimo jika takdir hidup saya bukanlah menjadi seorang anak kuliahan.
4 tahun kemudian keinginan untuk kuliah tiba-tiba muncul kembali dalam hati saya. Semua bermula ketika saya mengenal sebuah dunia bernama pencinta alam. Masa-masa dimana saya begitu getolnya belajar tentang pengetahuan keorganisasian dari teman-teman pencinta alam di kampus Universitas Jember. Salah satunya adalah Swapenka Fakultas Sastra Unej, organisasi pencinta alamnya Masbro dan Apikecil. Dari sekretariat-sekretariat pencinta alam itulah sedikit banyak saya cicipi aroma layaknya seorang anak kuliahan. Kebiasaan berinteraksi dengan teman-teman kampus itulah yang akhirnya membuat saya kesengsem kembali dengan sebuah kata bernama "mahasiswa". Yah, saat itu saya pun ingin kembali menjadi seorang anak kuliahan.
Komputer, itulah jurusan yang saat itu menjadi pilihan jika saya nanti jadi melanjutkan ke bangku kuliahan. Saat itu saya yakin jika kelak ada sesuatu yang bisa saya peroleh dari situ. Di suatu hari saya pun mencoba mengutarakan uneg-uneg tersebut kepada ibu. Namun, untuk kedua kali saya harus kembali menerima kenyataan jika kuliah tak akan pernah ada dalam sejarah hidup. Ekonomi, lagi-lagi hal itu yang menjadi sumber masalahnya. Yah, saya harus mengalah kepada adik perempuan yang saat itu juga butuh biaya untuk sekolah. Sejak saat itulah saya pun mengubur dalam-dalam keinginan akan kuliah. Tidak akan ada yang berubah dalam status saya. Masih saja seperti kemarin dan hingga hari ini. Saya hanyalah seorang anak kampung, bukanlah anak kampus.
Gagal kuliah bukan berarti pula keinginan saya untuk belajar komputer kehilangan gairah. Saya bertekad dengan cara apapun untuk belajar memahami piranti canggih itu. Apalagi sejak saya mengenal dunia internet, gairah belajar saya pun semakin menjadi-jadi. Seingat saya itulah masa yang penuh perjuangan bagi diri saya. Namun jika saya kenang saat sekarang ini, saat itulah saya tahu jika ALLAH ternyata telah memberi sebuah penggalan cerita yang begitu indah dalam perjalanan hidup saya.
25 kilometer, itulah jarak yang harus ditempuh jika saya ingin mendapatkan paket sewa internet murah semalam penuh. Berpancal ria menuju warnet di pusat kota saat tengah malam menjelang tiba.Jika beruntung saya pun bisa belajar internet dengan cuma-cuma dari komputer teman-teman kampus yang mengandalkan wifi gratisan. Satu setengah jam perjalanan itu biasa saya lakukan sembari berangan-angan untuk melupakan otot-otot betis yang mulai menegang.
"Andai saja saya punya komputer lengkap dengan internetnya, mungkin saya bisa lebih banyak belajar dan mengambil manfaat di dalamnya".
Itulah angan-angan yang dulu sering menjadi teman saya ketika mengayuh batang pedal sepeda secara perlahan-lahan. Angan-angan yang akhirnya menjadi sebuah kenyataan. Doa itu ternyata kini telah menjadi sebuah realita. Sebuah pengalaman yang akhirnya membuat saya sadar jika ternyata kesulitan yang dulu saya dapatkan itu hanyalah sebatas ujian sebelum mengecap legitnya sebuah kebahagiaan.
Komputer dan internet yang dulu menjadi barang langka, sekarang justru seolah telah menjadi pacar bagi saya. Dunia maya tak ubahnya bak sisi kehidupan saya yang lain selain dunia nyata. Menjadi tempat saya untuk belajar, berkarya sekaligus mengais rejeki di dalamnya.
Saya akui jika saya masih belum bisa dikatakan sebagai seorang lelaki mapan. Saya hanyalah seorang kuli jaga di sebuah warnet pinggiran. Namun Alhamdulillah saya sudah merasa cukup bahagia dengan kadar yang tak bisa saya uraikan. Bagaimana saya tidak merasa bahagia, jika ternyata banyak hal yang bisa saya lakukan lewat pekerjaan ini?. Tak hanya sebatas materi. Bukan pula soal sen demi sen dollar yang akhirnya bisa membuat kamar saya bisa terfasilitasi internet nonstop 24 jam. Namun lewat pekerjaan ini saya pun bisa sedikit memberikan sebuah urun karya melalui tulisan di dunia maya.
Lantas apakah saya sudah melupakan keinginan saya menjadi seorang anak kuliahan? Hehehe, saya pikir justru sekarang saya telah menjadi seorang mahasiswa. Seorang mahasiswa luar biasa yang kuliah pada sebuah universitas bernama dunia maya. Tak perlu khawatir akan salah jurusan, karena saya bebas memilih mata kuliah yang pas dengan kadar kemampuan otak saya. Tak perlu gelisah diburu waktu karena deadline skripsi sudah diambang pintu. Tak harus ribet dengan birokrasi dosen apabila kita memerlukannya. Yah, dosen saya adalah dosen yang paling canggih di dunia. Mr. Google yang selalu siaga 24 jam penuh apabila kita membutuhkannya. Bahkan jika mau saya pun bisa memarahi dan memprotesnya apabila materi yang dia berikan tak sejalan dengan apa yang saya inginkan. Tak perlu toga, ijasah ataupun gelar strata, karena ijasahnya cukup tersimpan di dalam memori kepala dan gelar itu berlaku selama usia dan internet masih ada di dunia. Itulah salah satu hikmah menjadi seorang satpam dunia maya. Bekerja, berkarya sekaligus belajar dari dunia maya.
Menurut saya masa lalu adalah sebuah memori usang yang harus saya buang ke dalam keranjang kenangan. Perang saya adalah hari ini dan seterusnya. Saya tak mau terjebak dalam lingkaran andai-andai seperti dulu lagi. Mencoba menyalahkan dan mengkambinghitamkan semua kenyataan pahit yang ALLAH ujikan. Andai saja saya terlahir sebagai anak orang mapan atau kuliahan, mungkin saja saya tak akan pernah bisa merasakan bahagia yang dirasa sekarang. Tak akan pernah mengenal dunia pencinta alam. Tak akan pernah menjadi seorang blogger. Tiada pernah pula merasakan betapa nikmatnya sen demi sen yang saya hasilkan. Semua itu adalah kehendak-NYA dan tak mungkin kita melakukan protes pada segala sesuatu yang sudah menjadi takdir kita. Ketetapan ALLAH itulah keputusan yang terbaik pada diri kita semua.
Dulur blogger, itulah sebuah cerita dari seorang mahasiswa
“Tulisan ini diikutsertakan pada Monilando’s First Giveaway"
Salam Kenal
BalasHapussalam kenal balik mas
HapusSemakin dikenal semakin disayang...
Hapuspancen essip wes, hehe ^^
Hapussukses sam nang GA ne
Hallo Sam Lozz, semoga sukses ya di kontesnya Mbak Monic..
BalasHapusMalem mingguane piye mas?heheheh
malem minggu? sudah lupa tuh :p
HapusEh enek jenengku, hehe..
HapusKemarin di stasiun TV swasta ada kotbah dari Gus Mus sam. Beliau berkata, mana yang lebih baik, LULUS dengan hasil yang memuaskan atau ilmu yang bermanfaat? Dan tentu saja, jawaban terakhirlah yang harus kita renungi.
Bahwa setiap orang adalah guru bagi kita, dan setiap tempat adalah sekolah bagi kita, itu benar adanya.
Kelebihan mereka yang sempat mencicipi bangku kuliah tak lebih hanya sekedar bertambahnya relasi dan pengalaman kuliah itu sendiri. Mengenai yang lain-lain, kembali pada manusianya.
Waduh, nulis opo ayas iki sam, mak acacicu nang kene, hehe..
Sukses dan MERDEKA..!
hahahaha.. [co="red"]MERDEKA Sam..![/co]
HapusHuuaaahhh..... Jagoannya nongol di menit2 akhir.... Mantap mas... Jurusane pas dengan yg diidamkan.... Dan dosennya keren punya tuuhh... Segala bisa...
BalasHapusSukses ya mas dgn GAnya...
jagoan neon ya Bun hehehe.. matur nuwun Bunda, semoga sukses juga ya
HapusAlhamdulillah, happy ending
BalasHapusSesungguhnya kekayaan yang sejati adalah besarnya rasa syukur terhadap apa yang telah diberikan Allah pada kita apa dan bagaimana pun bentuknya.
Tetap semangat, mas Lozz banyak jalan menuju Roma
banyak jalan juga menuju Jepara hahaha
Hapusmakasih mbak
netes airmataku kang...krn critamu kurang lebih sama. gagal jd mahasiswa.
BalasHapustapi aku blum bisa legowo spt sampeyan...dan kali ini aku tersadar aku bukan tdk beruntung tp lebih pada kasih BELIAU krn tryt aku dianugrahi RADIAL yg hmpr bbrp tmn karibku dlu yg sibuk mengejar ilmu skrg musti deg2an dan harap2 cemas bakal nikah atau punya keturunan.
mksi share nya kang.....
cup..cup jangan menangis anakku..
HapusJalani aja deh Mi hari ini dan seterusnya. Kalau dulu gak keturutan kuliah, yo mulai sekarang dipersiapkan supaya Radial gak mengalami hal yang sama kayak kita
Belajar emang gak mesti di bangku kuliah. Bisa jadi yang otodidak lebih pinter dari yang kuliah, kalo belajarnya lebih rajin.
BalasHapusyup.. saya juga pernah menulis soal itu mbak.. Kalau cuma di sekolah atau kuliah, berarti kita sekarang gak perlu belajar lagi ya..
Hapusmakasih mbak Sarry
Nama saya bukan Sarry (>,<")
Hapustentang kuliah yg tak terlaksana, jadi mirip pengalaman sya dulu mas hehe...
BalasHapusjangan-jangan kita saudara kembar Kang Yayack haha
HapusJAdi mahasiswa di dunia Maya jauh lebih flexible waktu dan jadwal kuliahnya ya MAs, bisa lebih luas juga jangkauan pilihannya..
BalasHapusLast minute...dan in my feeling this one will be the winner...Amin:)
ya mbak, gak usah mandi dan cuci muka aja boleh kok ngadep dosen hahaha
Hapuslho bukannya sekarang udah jadi dosen di univ dumay ?
BalasHapusbanyak kan aplikasi kejutan di blog ini yg orang lain nggak bisa, makanya ada aja yg minta tutorial kan?
bukan dosen tuh Tante.. tapi guru les panggilan hahaha
HapusKeknya kita beda fakultas, ya Pak Asisten Dosen. Saya fak. wordpress, je... :)
BalasHapusbeda fakultas, tapi sekelas Kang
Hapusmenarik mas :D saya belum kepikiran deh masuk universitas dunia maya :P
BalasHapussemoga sukses yaa GA nya
hehehe oke deh, makasih ya
Hapuspinjam keranjang kenangannya dong. . .:P
BalasHapussukses ngontesnya, Kanda. :)
teknkyu... jangan lama-lama loh kalau minjem :p
Hapusbanyak yah yang justru tidak melanjutkan ke perkuliahan tapi sukses lewat internet hehe
BalasHapusasal mau berusaha insya ALLAH akan ada hasil kok. Kuliah aja ga usaha, apalagi gak kuliah ya hasile pasti NOL
HapusTerharu membaca kisahnya... cara penulisannya juga bebas seakan tak ada yang membatasi antara pikiran, hati dan keybord yang digunakan merangkai kata...
BalasHapusHidup selalu punya sisi yang penuh rahasia ^._.^
kan saya blogger abal-abal kang, jadine nulise mblarah mrono mrene hahahaha
Hapusmatur nuwun Kang
Menunya baik-baik aja kok kang pakies...
BalasHapusuncle.....terharu saya membacanya....perjalanan hidup yang cukup panjang ya..
BalasHapusjalan hidup manusia memang nggak selalu mulus dan lancar seperti jalan tol,.terkadang kita juga mesti melewati kerikil tajam dan bebatuan untuk bisa sampai ke lembah hijau yang indah...betul kan mas....?
Kuntul nyemplung kali... betullll sekali mbak
HapusMantab kang saya juga ikutan jadi Mahasiswa UDM ya...
BalasHapusKalau sampeyan tuh jurusan Olahraga cocoknya Kang
HapusIya Wal Khususon Sepak bola :)
Hapussemoga menang ya uncle, dari dunia maya juga bisa mendapatkan ilmu kan
BalasHapusYups.. dari mana saja mbak, asal kita jeli mencari
Hapusora opo-opo kok Kang, tuh kan ada yang muncul di pojok kiri bawah
BalasHapushehehe.. bener mas, ilmu bisa diperoleh secara gratis di dunia maya, tentunya dgn tetep menyaring hehe... *ane penghobi googling hihi..
BalasHapussemoga dimudahkan segala urusan ya mas, salam kenal.. makasih udah ikutan GA...
salam kenal balik mbak Monik. senang bisa turut meramaikan GA-nya
Hapusbelajar gak hrs dr dunia akademis kok.. Dan sy punya kenalan yg sangat dkt dg seseorang yg sudah membuktikan hal itu.. :)
BalasHapussiapa tuh? kenalin dong teh..
HapusBelajar sambil ngopi yang enak mas....
BalasHapusudute ono ora?
HapusKomputer dan internet kayaknya pacar banyak orang ya, hahaha...
BalasHapusSikasik... moga menang ya mas :P
tenkyu sist.. :P
HapusMenerima keputusan Allah dengan hati legowo sangat sangat tidak mudah (bagi saya), makanya salut untukmu masbro walaupun gagal jd mahasiswa tapi tetep berjuang menambah pengetahuan dengan cara lain...
BalasHapusNanti kita bikin jurusan blogging bener2 ada Kang, jangan khawatir...Mantab! Semoga Allah memberimu kemudahan dan kesuksesan dalam segala hal...
Sukses dengan kontes GA di jeng Monika...
matur nuwun mas.. manfaatkan internet untuk mencari sebanyak-banyaknya pengetahuan ya
Hapuskau blogger motivatorku
BalasHapussenantiasa rendah hati terhadap blogger lain
salam salut :)
lah saya yang banyak belajar dari kang Achoey nih
Hapustuh kan, rendah hati emang nih :D
HapusEssip tenan kisahnya Uncle, banyak jalan untuk menuntut ilmu asalkan mau berusaha, semua kembali pada kemauan dan kerja keras
BalasHapusSukses ngontesnya Uncle, kayaknya ini bakal jadi juara # Amin
begh dikau kok gak melu sih Kang
HapusDimata saya, seorang blogger itu pengetahuannya gak kalah sama anak kuliah. cara bicaranya pun juga masih diatas rata-rata, barangkali karena sering membaca dan sering berinteraksi dengan banyak teman yang berbeda-beda latar kelakang menjadikan otak para blogger itu encer..
BalasHapusBuktinya blog essip.us ini.. tulisannya bagus kok.. :)
Yupz, banyak-banyak membaca dari tulisan orang lain mbak Yun, itu kuncine kalau pingin pinter
Hapusnice post gan , hebat banget bisa ngedit image kaya gitu . sukses ya .
BalasHapusnice komen gan. hebat juga deh bisa komen dimana-mana. sukses ya.
Hapuscerdas & pintar tidak harus dari bangku kuliah. Dari tulisan2 disini, keliatan kok siapa Mas Lozz ... :)
BalasHapusssstttt, aku bisikin ya, saat kopdar dgn teman2 blogger di bandung beberapa waktu lalu, seorang blogger yg memang penulis pernah bilang gini, "kalo pengen bisa nulis yg baik, baca deh blog-nya lozz & masbro."
Hayoooo, jangan GR ... :D
pasti itu ucapan sosok itu ... #nyamber :P
Hapusperasaan saya malahan yang belajar dari tulisan orang-orang tuh
Hapussalam kenal
BalasHapussalam persahabatan
salam hangat dari blue
salam kenal balik
HapusSaya salut sama hasil kreasi Uncle ...
BalasHapusBtw banyak jalan menuju Roma ...
Semoga sukses kontesnya. Amiiin :)
matur nuwun Kang.. insya ALLAH saya belajar juga petuah dari suhu hehe
HapusArtikel yg sangat penuh makna seperti biasanya Uncle, toh katanya "life is learning process", dan uncle sudah membuktikannya dengan menjadi mahasiswa di universitas kehidupan :)
BalasHapusGudlak ngontesnya ya uncle^^
Yupz. learning process in life ya teh hehehe..
Hapusmembayangkan senengnya jadi mahasiswa dumay :)
BalasHapussukse buat GA nya ya mas :)
loh mbak Ely mahasiswi juga deh kayaknya
Hapuspengalaman memang lebih berharga ketimbang ijasah, Mas. Jadi pede aja lagi dg Mas Lozz yg sekarang :D
BalasHapussip mbak.. pede aja ya tapi harus tetep rendah hati..
Hapusmatur nuwun mbak
Aku kagum pd semangat belajarmu, Mas. Great! Belajar memang bisa dr mana saja. Dan kalau msh punya impian kuliah yg diakui dng selembar ijazah, bs daftar ke Universitas Terbuka. Kakak saya bisa sampai S2 kuliah disini. Mumpung internet 24 jam nyantol, akan sangat membantu belajar di UT
BalasHapusGak deh mbak Evi.. kuliah dari dunia maya aja deh. Kan enak salah satu dosennya sampeyan sendiri, gratis lagi hehehe
Hapushahaha..
BalasHapussemoga menang mas bro..
ternyata juga suka kelayapan naik gunung toh..
hahah
Enggak lagi deh Kang.. sekarang udah gak ada lagi waktu buat kelayapan
Hapussalam lestari Kang
salam pramuka om :D
HapusGuwantengeee rek.Sampe tak kirain Taruna darimana gituh. ;)
BalasHapusSaya daftar jadi adik kelas yo,KAng... Tapi jangan mlonco yang aneh aneh yo selama ospek.:D
Enggak, paling cuma disuruh ngitungin rambut Uncle Lozz doang :D
HapusWkwkwk... akyu tak ngakak disik yo, Mbak...
Hapus[im]http://1.bp.blogspot.com/-JhTSKqQ1cdE/UFrWE0nNV5I/AAAAAAAABJM/mzwak0QxGIw/s1600/samaranji-laugh.gif[/im]
santai Kang.. nanti sampean cuma saya suruh muter-muter 10 kali aja deh.. Tapi muterin bandara Juanda ya hahaha
Hapusternyata....
HapusSaleum
BalasHapusBenar kang, kita kuliahan di dumay aja, lebih mantep ilmunya trus gak ada ospek2an lagi, aman bayar uang kuliah pula.
Asal internet jalan berarti kuliah juga terus jalan ya Bang
HapusKartu mahasiswanya apik Uncle :)
BalasHapusDumay itu Universitas kehidupan juga ya...
Yunda mau? nanti saya bikinin juga deh, tapi laminating sendiri ya. hehehe
Hapusmakasih Yunda
Waw... Udah jadi Sarjana Blog (SB) apa belum sob?
BalasHapusSukses slalu sob.
belum mas. masih KKN saya hahaha
Hapusmatur nuwun dah mampir mas
MARI BERWISATA KESINI
BalasHapusPANTAI PULANG SYAWAL GUNUNGKIDUL,DIY
DI TUNGGU YAHH..
kita nggak harus kuliah kok OM untuk jadi orang hebat.....Semangat tetap&berusaha sekuat tenaga untuk capai harapan&jangan lupa berdoa...suatu saat nanti semua harapan akan terwujud.....
BalasHapusOke sam.. seperti yang sering kita bincangkan. Jangan menyerah dengan keadaan, meski kita banyak kekurangan. Karena justru dengan potensi yang apa adanya itu kita harus merasa tertantang untuk bisa berbuat lebih..
Hapustoss..!! Kisah kita mirip, Uncle.
BalasHapusPak Tuo (Pakdhe) ku juga hanya tamat SMA, tapi dia bisa jadi direktur sebuah bank lho, Uncle. Karena otaknya pinter. Bapakku juga pernah jadi orang penting meski dia juga bukan anak kuliahan. Dan banyak orang-orang kaya dan sukses yang gagal jadi anak kuliahan, contohnya: Adam Malik, Andri Wongso, Bob Sadino dan lain-lain. Di luar negeri juga banyak, yuk kita tanya dosen kita Prof.Google si Segala Tau itu :D
Dan percaya nggak Uncle, aku juga nggak punya segala macam gelar strata, tapi aku punya bawahan bergelar strata :D
Tuhan selalu punya cara untuk mengobati luka dan kecewa kita di masa lalu. Dia memang Maha Pengasih dan Penyayang dan selalu memenuhi janjiNya bahwa dibalik kesulitan itu ada kemudahan *sujud syukur*
Cemunguuuuuddhhh, kakaaaaa...!!
selalu semangat teh.. ini ampe mbrebes mil saya baca komen yang penuh semangat dari sampeyan hehe
HapusKomenku kepanjangaaaann..hihi..
BalasHapusAwas! Jangan dihapus, lho..! *ngancampakegolok* :D
Justru kurang panjang tuh, sekalian nanti nulis disini hihihi
Hapuswidih, ternyata kita seorang mahasiswa-wi :)
BalasHapusnah tuh.. Jiah nih yang suka sedih karena gak bisa kuliah.. santai aja lah yaw, banyak cara kok sebagai sarana bagi kita belajar
Hapusbang Akbarrr...apa kabarrr?
BalasHapuslama gak mampir kesini, sekalinya mampir, disuguhi cerita inspiratif seperti ini....
salut bang untuk semangat dan kegigihanya...
saya justru harus lebih banyak belajar dari bang akbar...
:)
Yuk.. sama-sama belajar mas.. kemana aja nih kok lama gak muncul di blogsphere
Hapushaduhhhh panjang banget mo baca kang lozz :p
BalasHapusjangan dibaca.. diprtinta aja Kang, trus cetak jadi buku hahaha
HapusLebih asyik Street Smart, lebih bisa di explore, :D
BalasHapusdan punya banyak teman dari Nigeria ya Bli hahahaha
Hapus