Pilih Hero atau Coro?


" Sekali secarik berwarna abu-abu ini melingkar di lehermu, pantang bagimu untuk menanggalkannya kembali. Sebab, sejak saat itu pencinta alam telah menjadi pilihan hidupmu, sampai mati."

Di setiap tahunnya saya selalu mendapat tugas kehormatan dari adik-adik saya. Sebuah tugas untuk menutup prosesi acara sakral mereka, yaitu diklat bagi para anggota baru organisasi kami. Biasanya kalimat itulah yang saya berikan ketika mengalungkan satu persatu scraf ke leher para anggota baru. Kalimat yang selalu saya ulang-ulang ketika mengucapkannya. Bukan hanya sekedar sebagai  ucapan selamat datang, tapi juga sebagai bekal semangat untuk langkah mereka ke depan.

Macam-macam ekspresi anggota baru selalu saya temui di pelaksanaan diklat setiap tahunnya. Ada yang biasa dan nampak datar-datar saja. Mungkin menganggap jika  diklat itu hanya semacam formalitas organisasi. Cuma permainan sandiwara para senior mereka. Namun, ada pula yang menangis terharu, seakan mereka baru saja  menemukan sebuah gerbang menuju kehidupan baru, menjadi seorang pencinta alam.

Seperti halnya blogsphere, di setiap waktu kita selalu lihat muncul bunga-bunga baru. Bunga-bunga itu lalu mekar, menebar wangi ke kanan kiri, tapi kadang ada pula yang dalam sekejap berguguran dan tak mekar kembali. Begitu halnya dengan kehidupan pencinta alam. Banyak muncul tunas-tunas baru pahlawan lingkungan. Namun, setelah itu mereka raib bak cendawan yang hanya tumbuh ketika musim penghujan.

Membuat blog baru! mungkin itu perumpaan bagi seseorang yang baru saja usai mengikuti diklat pencinta alam.  Baru tahap membuat dan masih belum banyak berbuat. Baru memulai dan belum banyak pula melakukan aksi. Semua tergantung dari konsistensi individu masing-masing. Bagi yang berniat istiqomah berjuang, sampai kapan pun tak akan henti meneriakkan "salam lestari" dengan lantang. Sebaliknya buat yang hanya sekedar main-main saja, bisa ditebak  saat diklat tlah usai, semangat mereka pun pasti turut berangsur-angsur usai. Seolah melupakan sebuah ikrar setia yang telah mereka ucap saat diklat sebelumnya.

Itulah pencinta alam. Sebuah dunia yang nyaris tak menyuguhkan remah-remah kesenangan yang digemari muda-mudi sekarang. Tapi, di satu sisi ada pula cerita penuh heroik dari para pelaku yang ada di dalamnya. Yah, cerita tentang orang-orang yang mau menanggalkan keegoisan jiwa mudanya untuk melakukan sesuatu bagi alam dan manusianya.

Beberapa belas tahun yang lalu saya merasa hanya menjadi seekor kecoak yang berserak bersama teman-teman di jalanan. Hanya mau memikirkan apa yang sudah saya dapatkan, tanpa pernah peduli dengan apa yang sudah saya lakukan. Asal saya senang, terserah apa kata orang. Itulah prinsip saya kala itu. Hingga akhirnya ada sebentuk kesadaran diantara saya dan teman-teman untuk segera bangun dari tidur panjang. Sebuah kesadaran dari posisi stagnan untuk bergerak menuju kebaikan. Sebuah keinginan untuk "move on" from zero to hero (menurut versi kami), dan tak ingin menjadi seekor coro lagi.

Membuat organisasi pencinta alam! Itulah yang saat itu kami lakukan. Tanpa latar belakang, pengalaman  dan status akademi tinggi, kita mencoba melakukan semuanya. Yah, hanya sekumpulan pemuda kampung yang ingin belajar dan terus belajar tentang sesuatu yang baru kita temukan. Meski seringkali ada semacam keraguan dengan kemampuan, tapi saya mencoba untuk terus bertahan dan setia dengan proses belajar yang saya lakukan. Di dalam hati saya yakin kelak pasti akan ada buah manis yang bisa dipetik dari apa yang ketika itu saya tanam.

Alhamdulillah, hingga sekarang ternyata saya masih setia dengan ikrar yang dulu saya ucapkan. Meski secarik berwarna ungu itu telah berganti abu-abu, tapi cap pencinta alam masih tertera jelas dalam hati saya. Saat ini saya masih berkarya semampunya bersama sebuah organisasi pencinta alam kecil bernama Wachana. Sebuah organisasi yang saya dirikan lebih dari enam tahun yang lalu, dan saya lebih suka menyebutnya sebagai sebuah keluarga.

Saya bahagia menjadi bagian dari keluarga kecil itu. Saya bangga bisa berproses dan berkarya bersama mereka. Adik-adik saya, para pahlawan lingkungan itu. Yah, bagaimana saya tak menyebut mereka bukan seorang pahlawan? Padahal mereka masih mau melakukan aksi disaat remaja kebanyakan tengah mengalami degradasi peduli?. Meski saya tahu tanpa saya dan Wachana dunia masih saja akan tetap ada perusakan lingkungan, setidaknya kita tidak menjadi generasi yang hanya bisa mengutuk saja tanpa berbuat apa-apa.

Dulur blogger, itulah sekilas perjalanan hidup yang telah mengantarkan saya bertemu dengan dunia ajaib bernama pencinta alam. Sebuah dunia yang telah mengajarkan saya banyak hal. Dan, mungkin saja saya tak akan pernah bisa menjadi seorang blogger jika sebelumnya saya tak menjadi seorang pencinta alam. Bisa jadi hingga sekarang ini saya masih tetap seperti dulu, seekor coro yang enggan bergerak menjadi seorang hero.

Secara pribadi saya tak begitu menyesali semua masa lalu itu. Masa lalu itu bagi saya adalah sebuah bekal perjalanan hidup saya selanjutnya tanpa harus mengulanginya. Setidaknya saya bisa mewanti-wanti adik-adik saya untuk tak menjadi coro pula. Kami harus bisa menjadi pribadi yang unik tapi positif, daripada menjadi bagian masyarakat yang seragam dan hanya latah bersuara tanpa bertindak nyata.

Semoga saja saya masih bisa terus istiqomah dan terus memutar otak saya untuk berkarya. Meskipun saya tak tahu apakah semua yang telah saya lakukan sudah layak dikategorikan aksi seorang hero. Meski pula saya tak pernah tahu angka berapa yang sekarang ada di pundak kanan saya, tapi saya akan terus berusaha semampunya untuk tidak kembali mendekati titik zero itu.  Mungkin hanya satu yang bisa saya lakukan, yaitu terus dan terus menambah nilai plus saya dalam kehidupan. Sebab saya yakin di akhirat nanti tak akan pernah ada remidi ulang atas semua yang kita lakukan di dunia.

Hidup hanya sekali. Hitam atau putih, kiri atau kanan, semua pilihan hanya kita sendiri yang bisa tentukan. Mau pilih hero atau menjadi coro? Saya rasa semua terserah anda. Jika masih bingung, Hmmm saya rasa biarkan nurani anda yang menjawabnya

Tulisan ini dipartisipasikan pada Lovely Little Garden's First Give Away


Komentar

  1. banyak manfaat yang bisa diambil dari kegiatan bertema alam..
    terutama para pecinta alam sendiri, tentu lebih menghargai alam dunia ini.
    oia sukses ya biat kontesnya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau bukan kita yang mencintainya.. trus siapa lagi ya mas?

      matur nuwun mas

      Hapus
  2. Akhirnya muncul juga Inspektur Vijay... wkwkwk..

    Makasih mas Lozz atas partisipasinya
    Tercatat sebagai Peserta Lovely Little Garden's First Give Away.

    BalasHapus
    Balasan
    1. eh ada Hemamalini hehehe

      makasih Bun.. senang bisa turut memeriahkan GA-nya

      Hapus
  3. coro?
    moh ah, jd Hero waelah :D

    salam Lestari !!!

    BalasHapus
  4. Setiap tulisannya sensasinya pasti beda..
    top markotop deh...

    BalasHapus
    Balasan
    1. tapi bacanya masih dengan cara yang sama sam.. gak mungkin sampeyan bacanya dari bawah dulu trus ke atas hihihi

      Hapus
  5. Dulu juga pernah mengikuti kegiatan pecinta alam

    BalasHapus
  6. Karena saya takut dengan coro, jadi saya pilih Hero ...
    semangat mas dan terus berkarya, salam lestari ...
    Sukses jg buat mas Loz yg udah ikutan GA nya Bunda Lahfy.

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya takut dengan Hero mas, jadi saya pilih coro aja wis.. biar gak ikut-ikutan sampeyan hahaha

      Hapus
  7. MAs, aku gak mau pilih coro deh...gelii, kalau pilih hero kan bisa ketemu sama Mariah carey [lha whiney houston sdh almarhumah sih] ya?...#ngawur poll

    BalasHapus
    Balasan
    1. salam aja deh mbak Rie buat Maria Cery nanti kalau ketemu :P

      Hapus
  8. Coro kampung dengan coro Kota sepetinya bersihan coro kampung kali ya mas. He...x9

    Sukses selalu
    Salam
    Ejawantah's Blog

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha mungkin Kang, karena coro kampung mandinya di sungai yang airnya jernih ora campur kaporit hahaha

      Hapus
  9. Wah, preman kampung balung wes nongol, hehe

    semua memang butuh proses sam, sebagai sesama pecinta alam kita memiliki proses yg berbeda tapi tujuan yang sama, SALAM LESTARI

    sukses yo sam melu GA ne bunda lahfy ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kang Imam, jok cem macem peno karo wong siji iki. Dia bukan preman Balung Kang, tapi sing mbaurekso mbalung hhh

      Sampean sudah melewati masa awal diklat PA dan sekarang sudah menjadi dedengkot PA dan di dunia blogspere juga demikian kayaknya Kang, kalo sandainya ada pengalungan tanda sebagai blogger, mungkin sampean juga layak menyematkan kalung pada blogger pemula

      Hapus
    2. wuih gak sampai segitunya lah yaw.. gak ampe jadi preman sam..

      saya masih pemula loh kang Pakies :p

      Hapus
  10. coro lag kecoa toh om, jijik i kuwi, #hiiii :D

    Eeh kalau di sana namanya wachana yaa om, kalau di tempat niar pataga, sama ajah kayak pecinta alam gitu tapi gag pake yang di pundak warna abu2 gitu :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pataga? Hmm tahu deh kalau gitu Niar kuliah dimana. Untag kan?

      Hapus
  11. Salam lestari, Mas.
    Semoga tetap konsisten di jalan itu :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. aamiin.. BTW jalan mana Kak. Jalan cinta gang Rindu? :p

      Hapus
  12. Hero atau coro? Kalaupun masih coro mas, jadilah coro yang hero atau superhero sekalian. Sebab seekor coro pun pasti punya kelebihan yang diberikan oleh penciptanya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha malah jadi fabel kalau gitu Kang..

      matur nuwun ya Kang

      Hapus
  13. semoga menang ya mas kontesnya

    BalasHapus
  14. Saben ndelok Sang Saka Merah Putih, ati meluk geterrr, Kang.

    Coro/ kecoa walaupun jarang mandi tapi kinclong loh, Kang :D
    Sebagai blogger yunior... saya juga pingin dong dikalungi ama Kang Lozz sebagai seremonial utk tetap istiqomah ngeblog. Tapi kalungnya terbuat dari untaian uang 100ribuan yoooo :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. yo wis sampeyan jadi coro wae kalau gitu biar kinclong, tapi jangan lupa pakai parfum ya hahaha

      Hapus
  15. salut sama pecinta alam
    yg menyatu dengan alam
    mencintai alam lestari
    pahlawan2 bagi kelestarian bumi ini
    :)

    BalasHapus
  16. tak perlu menjadi hero untuk menjadi seorang pahlawan..maka lakukanlah yang terbaik untuk hari ini demi sebuah kebaikan di masa depan :)
    semoga sukses lombanya ya sobat :)

    BalasHapus
  17. wow, salut mas ...
    Salam lestari ...

    BalasHapus
  18. aku tak dadi zorro wae om...
    coro sinchane pahlawan bertopeng
    *isin raine elek...

    BalasHapus
  19. Salam lestari Mas..Ikut bangga aku padamu dan pada anak2 yg mencintai alam. Semoga ya dengan semangat cinta alam ini, kelak mereka dewasa, tidak melihat alam hanya sebagai sumber ekonomi yg bisa diekplotasi..Tapi melihat alam sebagai bunda pertiwi, yang memberi dengan penuh cinta..Maka kita layak menghormatinya..

    BalasHapus
  20. saya maunya pilih hero aja uncle.....nggak mau coro ah.....hehe

    jadi pecinta alam kayaknya seru yo mas...waktu sma saya kepengen banget gabung kelompok pecinta alam di sekolah, tapi nggak kesampaian karena ada seseorang yang melarang saya....hikz....jadi nggak tahu deh gimana rasanya jadi pecinta alam.

    BalasHapus
  21. Lho kok komentku podo sama Mami Zidane, hehiiii...

    GGudlak ya di GA ini, aku telat :(

    BalasHapus
  22. kalau jadi coro terus ntar cewek2 pada geli uncle..
    salam lestari deh ya..

    BalasHapus
  23. memang coro itu artinya apa uncle?

    BalasHapus
  24. bibir Q prnh digigit coro...hadoohhh jontornya semena mena kang...

    BalasHapus
  25. Coro itu binatang yang ada sungute. :D

    Sebab, sejak saat itu pencinta alam telah menjadi pilihan hidupmu, sampai mati.

    ngeriiis sekali ya, kanda. Samapi mati eh. . . :)

    BalasHapus
  26. jiaaahh coro bok, hewan yang paling survive itu, haha
    jadi ingat dulu saya juga gabung sama pecinta alam di SMA, tapi entah kenapa tidak saya teruskan lagi hobi itu, salut deh sama uncle :)

    BalasHapus
  27. aku jadi coro yang superhero ah..
    kan enak jadi coro sam, gak diperhitungkan tapi 'mengganggu' hehehe...
    manstab kan? diam-diam menghanyutkan.. hehe..

    Okey sukses buat wachana,
    sukses juga dikontes..
    hehe

    BalasHapus
  28. Coro itu kecoa ya ??
    Walau sekarang kita bisa dibilang seperti coro namun suatu saat pasti bisa bermetafora menjadi hiro

    BalasHapus

Posting Komentar

Terima kasih telah membaca artikel dengan cara seksama dan tidak dalam tempo sesingkat-singkatnya