Pupuk Cinta itu Bernama Ikhlas
Ketika berwisata kopdar di Jakarta kemarin, sebenarnya ada seseorang yang ingin banget saya dolani. Namun sayang, karena keterbatasan waktu membuat saya mengurungkan niatan itu. Bukan, orang itu bukanlah seorang blogger. Hanya seorang warga biasa, tapi memiliki segudang prestasi karya yang menurut saya luar biasa.
Sebut saja namanya bang Idin. Pria asli Betawi yang berjuang diantara jutaan warga ibukota yang mengalami degradasi peduli. Seorang pahlawan konservasi yang berkarya di pinggir bantaran sebuah kali bernama Pesanggrahan.
Demikian pula halnya saat saya di kota kembang, Bandung. Saya pun ingin bertemu dengan salah satu warganya yang menurut saya istimewa. Niatan itu pernah saya utarakan dulur-dulur blogger Bandung saat itu. Tapi sayang, lagi-lagi keterbatasan waktu menghalang. Pak Sariban urung saya dolani. Padahal saya sudah punya rencana untuk mencoba merasakan sensasi aksinya. Menjadi seorang relawan kebersihan yang memungut sampah-sampah di pinggir jalan.
Kenapa saya tertarik dengan kedua orang ini? Alasannya sederhana, sebab saya dan mereka memiliki kecintaan pada satu hal yang sama. Sama-sama seorang pencinta alam. Sama-sama menyuarakan jika bumi ini butuh kasih sayang. Meski sama sekali saya tak bisa dibandingkan dengan mereka. Tapi, dari ketokohan mereka saya bisa belajar banyak hal. Tentang arti sebuah keteguhan saat memegang sebuah keyakinan. Ikhlas dan sabar memperjuangkan apa yang nurani rasa benar.
Idin dan Sariban, merupakan sedikit contoh dari sekian orang yang mampu mengaplikasikan cinta dalam kehidupan mereka. Atas nama cinta, bang Idin mencoba menggugah kesadaran warga akan lingkungannya. Melakukan sebuah upaya untuk mengembalikan kali Pesanggrahan sesuai fungsinya. Menghadapi semua cemooh dan ejekan pada dirinya dengan lapang dada. Bahkan saat ditanya siapa yang menyuruh dia melakukan itu semua, bang Idin enteng menjawab "SK dari langit" yang memerintahkannya. Dan sekarang, Jakarta boleh bangga, sebab masih memiliki sedikit ruang bagi hutan yang rindang diantara hutan-hutan beton tinggi menjulang.
Pun demikian dengan pak Sariban, "kebersihan adalah sebagian dari iman", menjadi landasannya saat berkarya. Mengetuk hati siapa saja untuk lebih peduli dengan sampah-sampah mereka. Melakukan aksi protes pada iklan-iklan dan poster yang menempel di pepohonan jalan. Atas dasar cinta, Sariban mengingatkan kita, “Pohon juga bisa menangis kalau kita sakiti, pohon itu mahluk hidup juga seperti kita. Bayangkan kehidupan manusia tanpa pohon, bagaimana kita bisa hidup?”.
Cinta, alasan itulah yang dijadikan seseorang untuk mau melakukan apa saja. Cinta pada harta, kadang bisa membuat orang gelap mata untuk meraihnya. Cinta pada tahta, kadang bisa pula membuat orang menghalalkan segala cara untuk mendudukinya. Pun demikian dengan Idin dan Sariban, mewujudkan kecintaan pada lingkungan lewat apa yang mereka lakukan. Ikhlas berbuat dan mencurahan segenap cinta mereka dalam bentuk karya. Mereka yakin, kelak bibit cinta yang mereka semai, akan mereka tuai pula dalam bentuk cinta. Dan itu terbukti, meski tiada pernah mengharapkan, tapi Idin dan Sariban mendapat banyak penghargaan atas prestasi yang mereka torehkan. Yah, begitu banyak dukungan cinta yang mengalir untuk karya mereka.
Dulur blogger, yuk kita sama-sama belajar membingkai cinta dalam kehidupan kita. Menyemai bibit cinta itu dalam setiap apapun pekerjaan yang kita lakukan. Memberinya pupuk keikhlasan, lalu menyiramnya dengan air kasih sayang. Insya Allah, kelak buah bernama cinta itu akan kita bawa pulang.
Sebut saja namanya bang Idin. Pria asli Betawi yang berjuang diantara jutaan warga ibukota yang mengalami degradasi peduli. Seorang pahlawan konservasi yang berkarya di pinggir bantaran sebuah kali bernama Pesanggrahan.
Demikian pula halnya saat saya di kota kembang, Bandung. Saya pun ingin bertemu dengan salah satu warganya yang menurut saya istimewa. Niatan itu pernah saya utarakan dulur-dulur blogger Bandung saat itu. Tapi sayang, lagi-lagi keterbatasan waktu menghalang. Pak Sariban urung saya dolani. Padahal saya sudah punya rencana untuk mencoba merasakan sensasi aksinya. Menjadi seorang relawan kebersihan yang memungut sampah-sampah di pinggir jalan.
Kenapa saya tertarik dengan kedua orang ini? Alasannya sederhana, sebab saya dan mereka memiliki kecintaan pada satu hal yang sama. Sama-sama seorang pencinta alam. Sama-sama menyuarakan jika bumi ini butuh kasih sayang. Meski sama sekali saya tak bisa dibandingkan dengan mereka. Tapi, dari ketokohan mereka saya bisa belajar banyak hal. Tentang arti sebuah keteguhan saat memegang sebuah keyakinan. Ikhlas dan sabar memperjuangkan apa yang nurani rasa benar.
Idin dan Sariban, merupakan sedikit contoh dari sekian orang yang mampu mengaplikasikan cinta dalam kehidupan mereka. Atas nama cinta, bang Idin mencoba menggugah kesadaran warga akan lingkungannya. Melakukan sebuah upaya untuk mengembalikan kali Pesanggrahan sesuai fungsinya. Menghadapi semua cemooh dan ejekan pada dirinya dengan lapang dada. Bahkan saat ditanya siapa yang menyuruh dia melakukan itu semua, bang Idin enteng menjawab "SK dari langit" yang memerintahkannya. Dan sekarang, Jakarta boleh bangga, sebab masih memiliki sedikit ruang bagi hutan yang rindang diantara hutan-hutan beton tinggi menjulang.
Pun demikian dengan pak Sariban, "kebersihan adalah sebagian dari iman", menjadi landasannya saat berkarya. Mengetuk hati siapa saja untuk lebih peduli dengan sampah-sampah mereka. Melakukan aksi protes pada iklan-iklan dan poster yang menempel di pepohonan jalan. Atas dasar cinta, Sariban mengingatkan kita, “Pohon juga bisa menangis kalau kita sakiti, pohon itu mahluk hidup juga seperti kita. Bayangkan kehidupan manusia tanpa pohon, bagaimana kita bisa hidup?”.
Cinta, alasan itulah yang dijadikan seseorang untuk mau melakukan apa saja. Cinta pada harta, kadang bisa membuat orang gelap mata untuk meraihnya. Cinta pada tahta, kadang bisa pula membuat orang menghalalkan segala cara untuk mendudukinya. Pun demikian dengan Idin dan Sariban, mewujudkan kecintaan pada lingkungan lewat apa yang mereka lakukan. Ikhlas berbuat dan mencurahan segenap cinta mereka dalam bentuk karya. Mereka yakin, kelak bibit cinta yang mereka semai, akan mereka tuai pula dalam bentuk cinta. Dan itu terbukti, meski tiada pernah mengharapkan, tapi Idin dan Sariban mendapat banyak penghargaan atas prestasi yang mereka torehkan. Yah, begitu banyak dukungan cinta yang mengalir untuk karya mereka.
Dulur blogger, yuk kita sama-sama belajar membingkai cinta dalam kehidupan kita. Menyemai bibit cinta itu dalam setiap apapun pekerjaan yang kita lakukan. Memberinya pupuk keikhlasan, lalu menyiramnya dengan air kasih sayang. Insya Allah, kelak buah bernama cinta itu akan kita bawa pulang.
Tulisan ini untuk menyemarakkan GA dalam rangka launching blog
mencintai alam dan mencintai semua makhluk hakekatnya sama juga mencintai sang penciptanya ya sam...
BalasHapusCintai yang di bumi, yang dilangit akan mencintaimu :)
HapusPertamaxxxxx....
BalasHapusUncle saya salut atas perjuangan2 mereka,
Kapankah uncle membingkai cinta di kota apel ?
wakakakakakakaka
HapusNunggu setelah bulan sebelas sam hahaha
HapusSemoga akan terus hidup semangat mencintai lingkungan ini pada generasi mendatang. Mencintai alam, itu berarti memikirkan kesejahteraan masa depan.
BalasHapusTerima kasih partisipasinya, wis tak stempel jadi peserta.
Kata bang Idin, alam bukan hanya milik kita, tapi warisan pula bagi anak cucu kita. Jadi apa kita warisi alam yang udah amburadul ya Bun
HapusCerita cinta tiada akhir dan ujung, namun kisah cinta dapat dimuali ddari sebuah ujung perjalanan hidup daam mengambil suatu langkah keputusan yang tepat dan benar, yang intinya harus berani melangkah untuk mengambil sutu tidakan ya Kang.
BalasHapusSukses unttuk acara GA nya.
Salam wisata,
Yup.. yakini apa yang menurut nurani benar
Hapusmatur nuwun Kang Indra.. sukses ya
Wah, berarti kudu dolan mrono maneh Mas.. :)
BalasHapusIyo.. nanti aja pas wisata kopdar jilid berikutnya
HapusKalau katanya pencinta alam, kurangi ngotorin udara dengan asap rokok ya :P :P :P
BalasHapusitu bukan pencinta alam, tapi pencinta kesehatan haha
Hapuskeren ucle
BalasHapusjadi kayaknya saya harus bilang nih ke istri, "saya mencintaimu dengan ikhlas" :)
ihik.. kang Achoey iming-imingi nih..
Hapusnitip sun sayang buat Zaky ya
Mencintai alam salah satu hal yang membuat kita beriman kepada Allah. Menjaganya, memupuknya dan merawat serta tidak menyakiti ciptaan Allah. Sama halnya dengan mencintai sesama, keluarga, tetangga, sahabat, teman salah satunya dengan memberinya pupuk yang ikhlas dan tidak menyakitinya, baik secara langsung maupun tidak langsung.
BalasHapusSemoga dipertemukan dalam kesempatan yang indah ya,
Salam
astin
betul mbak.. pinter banget nih emake Faiz
HapusDua orang pahlawan yang patut diacungi jempol atas simpati dan pedulinya terhadap lingkungan.
BalasHapusSemoga mereka disana diberi kesehatan dan kesejahteraan oleh-Nya.
nah itu juga harus menjadi contoh gawe awak dewe sam.. Meski tak sehebat mereka, tapi setidaknya lakukan sesuatu semampu kita
HapusAwas diprintscreen haha
Menyemai bibit cinta untuk alam. Satu pohon sangat berarti untuk kehidupan. :D
BalasHapus#Malah ngiklan, ya. .. :)
BTW, Anda kenal mereka ituh dari mana atau dari siapa? :D
Sukses ngontesnya, Kanda. ..
apalagi pohon salak :p
Hapusucle rumahnya udah di renovasi nih, salut dua orang pahlawan yang patut di contoh..alam juga butuh kasih sayang, jgn sampai tangan kita yng merusaknya :)
BalasHapusya mbak.. baru aja selesai dicat hehe..
Hapussaya juga ikhlas gak didatangi uncle hehehe eh tapi niatnya sudah ada ya
BalasHapushehehe... insya Allah deh kapan-kapan wisata kopdar lagi..
Hapuseh piye khitannya Pascal?
Dua orang itu emang keren yo Mas :)
BalasHapussubhanallah, keikhlasan mereka berdua patut menjadi contoh kita semua.
BalasHapuswih.. hablun minal alam..
BalasHapusjd harus semangat menyemai cinta :D
BalasHapusdatang berkunjung cak...
BalasHapuskalau memang sekarang gak bisa menemui orang orang hebat itu, tak doain semoga seuatu saat nanti keinginanmu bisa terkabul... ({})
wah hebat.. blog essip makin sippp! ^_^
BalasHapuscantik tatanan barunya :-)
memang banyak sekali pahlawan lingkungan hidup di Jakarta. Walau sampah makin menggunung tapi semangat mereka tak pernah reda.. :-)
semoga suatu saat nanti Uncle Lozz bisa bertemu para pahlawan lingkungan ini ya..
dan kita pun bisa belajar banyak dari mereka :-)
Trima ksih sudah diingatkan kembali tentang kecintaan l;ingkungan ini, Lozz..
BalasHapusPedulli dan empati terhadap hal ini rasanya harus terus menerus dilakukan.
Soalnya makin banyak manusia, makin banyak pula sampah yang tersisa...
Duh!
Oyaaa, selamat ikutan kontes, Lozz...sukses ya, tulisannya bagus seperti biasa... :)
BalasHapusUncle., ayo ke Madura.. ikut merintis bersih-bersih pantai..
BalasHapus^_^
waah... rumahnya baru didandani ya Cak.. resep ngelihatnya :)
BalasHapustrims sdh dikenalkan dengan 2 pecinta alam itu Cak...
Mencintai itu harus ikhlas yah :D
BalasHapusIkhlas itu adalah merelakan sesuatu tanpa mengharapkan kembali
BalasHapuskatanya begitu...
mulia sekali pak idin dan pak sariban itu ya uncle, kali pesanggrahan jadi bersih kembali...
BalasHapusSemoga sahabat mendapatkan keberkahan pada Ramadhan Tahun ini, lancar dalam beribadah dan lancar dalam memperbaiki diri, amiin. Pu