Kata Mereka Itu Bapak...

Dari beberapa giveaway yang pernah ada, mungkin inilah yang tersulit bagi saya. Berhubung saya gerah dengan aksi provokasi sohibul hajat giveaway di warung sebelah. Jadi terpaksa saya luluskan semua pintanya. Walau mungkin saja tulisan ini nanti akan melebihi 500 kata. Tapi sudahlah, setidaknya saya sudah turut meramaikan meski melanggar aturan. Atau anggap saja ini artikel hadiah buat  Pendar Bintang, si nyonya rumah. Sebagai ucapan terima kasih sebab dulu pernah pula meramaikan rumah maya sederhana ini. Ya, tiga tahun yang lalu ketika blog ini masih sepi, komentar mbak Hanila seringkali turut mewarnai. Meski sekali lagi semua tak mudah untuk saya tuliskan. Bak seorang pemulung, saya harus kembali mengais-ngais serpihan memori yang tertinggal di kepala akan sebuah cerita bernama Bapak.

Menjadi artikel yang sulit sebab masa kecil saya dipenuhi kisah rumit. Di saat semua peserta begitu mudah menulis detil cerita masa kecilnya, justru saya kesulitan harus memulai dari mana. Mereka pun begitu bangga memajang foto lama bareng keluarga, sebaliknya saya tak kuasa untuk melakukannya. Yah, bagaimana akan kuasa jika melihat raut bapak saja tak lebih dari sepasang mata saya. Bagaimana saya bisa lancar bercerita, jika hangat dekapnya saja tak pernah saya rasa.

Anak  terbuang, itulah paradigma yang dulu selalu membayangi masa kecil saya. Ketika dewasa baru saya menyadari betapa indahnya skenario Illahi. Menjadi bocah kecil yang diabaikan  keluarganya sendiri. Lalu dipungut sebuah keluarga yang tak bertalian darah dengannya. Diberikan kasih sayang dan melupakan jika saya cuma anak pungut mereka. Saudara layaknya orang biasa. Orang lain justru menjadi keluarga. Itulah cerita hidup saya.

Cerita ini terjadi ketika saya masih SD. Kebetulan sekolah saya  adalah tempat embah kandung saya berjualan makanan kecil di kantin sekolah. Ya, meski tak hidup bersama, saya dan keluarga kandung masih tinggal di kampung yang sama. Jadi masih ada interaksi antara saya dengan mereka. Meski semua biasa saja. Tak pernah menginap di rumah mereka. Diri saya pun tak spesial bagi mereka. Sebab, mungkin saja mereka mengganggap jika saya sekarang sudah menjadi tanggung jawab orang. Jadi itulah yang membuat ikatan batin antara saya dan mereka terasa biasa saja. (Ah, semoga Anda tak pusing membaca ruwetnya tulisan ini hahaha)

Ketika jam istirahat, embah memanggil saya. Beliau menyuruh  mengambil pisau di rumahnya yang tak jauh dari sekolah saya. Sepuluh menit kemudian saya telah sampai di rumah embah. Pintu rumah itu masih terbuka. Di dalamnya tampak seorang lelaki duduk santai di ruang tamu. Entah kenapa tiba-tiba saya merasakan sebuah getaran tak biasa dalam hati saya ketika melihat lelaki itu. Muncul sebuah pertanyaan dalam diri saya, siapa sebenarnya lelaki yang ada di rumah embah?

Diantara perasaan tak biasa yang masih bergejolak dalam hati, saya pun mengemukakan maksud kedatangan diri. Berkata kepada lelaki itu jika saya disuruh embah mengambil pisau dapurnya. Lelaki itu  menuju dapur. Mengambil pisau embah lalu memberikannya kepada saya. Itu saja interaksi yang terjadi antara saya dan lelaki itu. Selebihnya saya pulang ditemani sebuah pertanyaan yang sulit saya uraikan. Siapa sebenarnya lelaki di rumah embah?

Sesampai di sekolah, pisau pesanan embah segera saya berikan. Dengan polos saya pun bertanya tentang siapa sebenarnya lelaki yang ada di rumah beliau. Embah lalu menjawab, "Yo iku bapakmu."

Bapak? Ya, ternyata lelaki di rumah itu adalah bapak saya.  Lelaki yang oleh orang-orang kampung disebut sebagai seorang perantau sejati. Yang hanya bermodal nekat mencoba menyabung nasibnya di ibukota. Menumpang dan berpindah dari gerbong kereta barang satu ke yang lainnya. Hanya untuk satu tujuan, ingin menjadi seorang lelaki sejati !

Kini lelaki itu kembali ke kampung halamannya. Mengobati rasa kangen pada tanah kelahirannya. Tapi ada satu hal yang tak dia sadari. Ya, dia tak tahu jika bocah kecil pengambil pisau itu adalah darah dagingnya.

Dulur blogger, itulah secuil kisah yang bisa saya tuliskan akan sosok seorang bapak. Tiada lagi yang bisa saya bisa ceritakan. Sebab selebihnya saya hanya tahu dari mulut orang-orang dan teman-teman beliau saja. Kata mereka wajah saya mirip dengan bapak. Kata mereka bapak dulu bertahan hidup di Jakarta dengan menjadi seorang pencari katak di kali-kali ibukota. Selebihnya saya dengar kabar jika bapak hingga akhir hayatnya mencari rejeki sebagai pedagang ikan hias di kawasan jalan Pramuka. Itulah bapak saya. Salah satu orang yang selalu mendapat hadiah doa dari saya. Sebab sepedih apa pun jalan ceritanya, bapak telah berjasa. Yah, bapaklah yang telah menjadi sponsor munculnya saya di dunia

Saat masih kanak-kanak dulu seringkali ada semacam protes dalam hati. Saya protes dengan nasib yang saya alami. Tapi, lambat laun saya pun sadar, jika keputusan mamak dan bapak dulu adalah jalan yang terbaik untuk hidup saya. Yah, mereka tak semata membuang saya, tapi justru menyelamatkan hidup saya. Mereka paham benar jika kebahagiaan saya bukanlah bersama mereka. Tapi bersama keluarga yang sekarang saya tinggali. Keluarga yang telah menjadi magnet dan mengikat hati saya untuk tak jauh pergi dari kota kecil ini.

Memang tak terdengar lelaki seperti bapak. Juga tak seberani bapak yang menjadi perantau sejati. Tapi, saya tak ingin melakukan kesalahan seperti yang bapak lakukan. Meninggalkan orang-orang yang harusnya saya cintai. Sebab, disinilah hidup saya. Keluarga inilah yang memberi saya kehidupan. Jadi, bagaimana saya bisa pergi dari kota kecil ini hai Marpuah? Jika disinilah tempatku mengabdi hingga tutup usia nanti?





Komentar

  1. sukses Kang,,

    kalau saya, Bapakku itu orang hebat banget Kang, yang paling mengharukan adalah saat bapak berjuang melawan maut.. :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Noofa juga bangga pada embah kakungnya..

      matur nuwun mbak.. artikel melanggar peraturan kok hehehe

      Hapus
  2. belum lama ini seorang bapak2 takterlalu tua, mengajari saya ttg bgmn agar hubungan anak dan ortunya bisa guyub, bahkan bapak2 itu bilang begini, "coba kamu tanya bapakmu, apakah bapak ingin menjadi ortu yang berguna bagi anak2nya? Ataukah bapak ingin sebagai ortu yang takberkesan bagi anak2nya? Tapi pertanyaan ini belum saya tanyakan, ora wedhi ...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tanya saya Kang Ade.. resiko ditanggung penumpang haha

      Hapus
    2. Pak adetruna kok bilangnya "ora wedhi" to? Maksudnya ora wani ya... he he he

      Hapus
  3. ya Allah...kok aku mrebes...bener banget...aku dalam hati selalu ingin menjadi pemaaf untuk orang orang yang kusayangi...dan mematrikan sesuatu didalam hatiku dengan sebuah kata "Baik atau buruk itu adalah bapakku, dan aku menyayanginya" ketika aku mengetahui kesalahan yang mungkin beliau telah lakukan ...
    sukses kontes e om...

    BalasHapus
  4. Nangis...
    Ah,, sudahlah...
    aku gak iso lanjutaken komentar iki sam...

    mudahan yang terbaik selalu menjadi milikmu...
    untuk bapak, semoga Allah memberikan tempat terindah disisiNya..

    BalasHapus
  5. wah jadi saya beruntung ya, karena bapak saya selalu disamping saya...

    BalasHapus
  6. Sukses nangis bombay nih om.. Jd bingung mo ngomong apa... :( tp salut bgt padamu mas, meski pun kisah ssma bapak cuma sedikit doa ttp mengalir n pernah putus.. TOP :)

    BalasHapus
  7. Saaaaaaaaaammmm.. kenapa mataku berkaca-kaca yaach

    BalasHapus
  8. Alloh Maha Tahu apa yang terbaik untuk hambaNya.
    Alhamdulillah mas Lozz bisa menyadari alasan bapak dan Mak dulu.
    Semoga anak-anak yang bernasib seperti mas Lozz juga bisa mengambil hikmah yang sama.

    BalasHapus
  9. meskipun saya pernah sampean critane, tetap saja membaca ini hati saya bergetar lagi Kang. Membayangkan bagaimana kerinduan anak terhadap belaian kasih sayang orang tuanya.
    Saya sangat bergembira sekali Kang kalo sampean terus mengalirkan do'a pada almarhum, karena bagaimanapun juga beliau tetaplah seorang Bapak. Semoga sampean ikhlas menerima semua kondisi dan terus berbakti dengan do'a-do'a yang terus mengalir untuk ampunan dosa dan khilaf. Menjadi anak shalih untuk kedua orang tua adalah tujuan mulia

    BalasHapus
  10. Semua pasti ada hikmahnya ya, Uncle, apalagi ada pesan terakhir buat Marpuah, hehehe

    Sukses buat ngontesnya, Uncle

    BalasHapus
  11. Sakseis ankel...

    Bapak perantau sejati ternyata. Kalo ankel udah merantau kemana nih? xixixixi

    BalasHapus
  12. Assalaamu'alaikum wr.wb, Lozz Akbar...

    Alhamdulillah, walau sekelumit mengenal Bapak, tentu ia memberi kenangan yang tidak dapat dilupakan sehingga Lozz bisa mengingatinya sehingga terhasil tulisan ini. Bertuahlah Bapak dan Ibu yang mempunyai anak speeti Lozz, tetap redha dan pasrah atas kehidupan yang menimpanya. Iya, siapapun mereka tetap orang tua kita. Banyak kebaikan yang bisa kita ambil dari kisah hidup Lozz. Tidak semua insan diuji oleh Allah dengan kehidupan seperti ini.

    Semoga sukses dengan lombanya.
    Salam sejahtera dari Sarikei, Sarawak. :D

    SITI FATIMAH AHMAD

    BalasHapus
  13. apa kabar uncle?, jujur aku bacanya sambil nangis mengharukan sekali, insyaallah uncle do'a anak untuk orangtua tidak ada penghalang..itulah amal yg tidak terputus ketika orng tua kita sudah tiada termasuk do'a dari anak..

    BalasHapus
  14. cinta keluarga ya jadi mau tetap disana uncle :)

    BalasHapus
  15. Pesan (setengah) inti ada pada kalimat terakhir. Hihihih
    Semoga menang ya, Kanda. .. :)

    BalasHapus
  16. Masya Allah...cerita yang tidak biasa...
    Benar kang, inilah skenario yang Allah tulis, daripada menyalahkan dan mengeluhkan masalah, lebih baik membangun cinta dengan keluarga & orang2 disekeliling kita.

    Kalau aq yang ngadain GA, bakalan aq pilih nih sebagai salah satu pemenang, hehe..

    BalasHapus
  17. uncle, tanggung jawab, ya, malam ini berhasil bikin saya nangis bacanya. Do'a saya juga untuk bapak uncle Lozz.

    BalasHapus
  18. Hmm.. Mbaca kisah ini jadi inget dengan sepupu bapakku mas..

    dan Bapakku juga udah nggak punya orangtua dari kecil (yatim piatu) tp nggak ada yang mo ngasuh, jadi dari kecil (SD) emang udah merantau ke kota..

    BalasHapus
  19. gak ngerti mau komen apa..rasanya udah mau mewek ini..

    insyaallah semua kejadian ada hikmahnya dan yg terbaik utk umatNya.. Tetap semangat ya mas.. sukses ngontesnya.. Merdekaa !! *eh :))

    BalasHapus
  20. Wah, ane jadi terharu..... Semoga kehidupan Anda senantiasa lancar, amin.....

    BalasHapus
  21. Trus sekarang gimana Mas? Masih sering ketemu Bapak?
    Semoga sekarang Bapak sudah menyadari bahwa anaknya lelakinya sudah besar dan akan segera menghabiskan masa lajangnya, eh hehe..

    BalasHapus
  22. Mas....
    Hani gak bisa comment apa...maafkan, maafkan...tapi cerita ini saya percaya akan membuat kami akan lebih bersyukur dan menyayangi orang tua kita.

    Mas, dr awal kenal Hani yakin Mas Lozz emang luar biasa tegar dan kuat.

    Terima kasih sdh membagikan cerita ini, saya barusan telpon Papa untuk mengobati kangen. :)

    BalasHapus
  23. Gak bisa bayangin kang kalau saya di posisi kang lozz,soalnya saya begitu dekat dengan bapakku...Moment paling sedih yg pernah saya alami pas saya pernah sakit kena DBD saat itu beliau sedang berdagang di perantauan beliau pun langsung pulang waktu tau saya diopname..nah saat beliau datang dan ke rumah sakit beliau langsung nangis.Saya yang biasanya paling gak bisa nangis jadi ikut-ikutan menangis...Alangkah indahnya kasih sayang seorang Ayah...Ini saya ngetik koment sambil Mbrebes Mili kelingan wektu iku..

    BalasHapus
  24. Salah satu kenanganku tentang bapak yang lucu adalah kala berebut bapak dengan adik tiriku. hahahaha....... kala itu kami berdua masih TK/SD awal.
    Dengan polos berkata, "bapak kita mirip ya dek. tapi bapakku di miyang (mencari ikan), makane aku pengen ketemu bapakmu sg mirip. kangen.... eh.. ternyata miyang juga." halah.....

    BalasHapus
  25. Ga punya bapak *nangis di pojokkan

    BalasHapus
  26. pantesan kurusss dibuang toh hihi

    gak papa pasti ads hikmahny toh mas?

    BalasHapus
  27. Mataku berembun membacanya, Mas. Insya Allah dirimu belajar banyak dari sosok Bapak ya. Dan Insya Allah pula tak mengikuti jejak beliau dalam hal hubungan dengan darah daging sendiri. Amin

    BalasHapus
  28. aseeemm tenaaaann... aku mewek moco iki saaaamm, gak iso komen opo2 neh :'(

    BalasHapus
  29. Lakon kasih sejati digelar melalui postingan ini Mas,
    betapa Bapak bangga akan putranda...
    betapa kami bersyukur 'mengenal' pelaku lakon ini.
    Salam

    BalasHapus
  30. sedih..itu yang saya rasa setelah membaca artilek ini, memiliki bapak yang masih hidup tapi tak memiliki ikatan batin yang kuat dengannya...itu memang rahasia Ilahi, menjadikan orang lain sebagai orang tua adalah salah satu skenarionya...selamat berlomba..semoga menjadi yang terbaik...salam :-)

    BalasHapus
  31. Selamat menjadi salah tulisan yang menadpat hadiah..

    BalasHapus
  32. uncle lozz bisa juga bikin tulisan menyentuh, hehe..

    bapaknya uncle sama dengan bapak saya, perantau. :)
    tapi tetap bapak itu lelaki terbaik dalam hidup saya.

    selamat ya uncle, sukses menaklukkan tantangan khusus.

    BalasHapus
  33. Air mata saya sudah hampir tumpah uncle...
    Pengalaman hidup memang selayaknya menjadi pelajaran hidup buat kita ya uncle...

    BalasHapus

Posting Komentar

Terima kasih telah membaca artikel dengan cara seksama dan tidak dalam tempo sesingkat-singkatnya