Ah, Kusangka Kaulah Marpuah itu

Tanpa sengaja hari ini kembali kumelihat nomer itu di dalam ponselku. Sebaris angka-angka yang tak begitu cantik, tapi sempat memberi warna hidupku terasa lebih menarik. Dua belas angka yang dulu selalu ada ketika aku tlah terjaga. Dua belas digit itu seakan telah mengubah segala pahitku menjadi serasa legit. Itulah yang kurasa saat mengenalmu dulu. Bahkan sempat kuberpikir jika kaulah wanita imajiner yang sedang aku tunggu. Yah, kusangka kaulah Marpuah itu. Namun sungguh sayang, ternyata semua itu hanya dugaanku. Sejak sore itu baru aku tahu jika kau benar-benar wanita imajiner yang tak bisa kuraih dan kusentuh. Saat kau menangis di ujung telpon itu baru kutahu jika aku bukanlah yang nomer satu. Ingin rasanya kuberikan dada ringkih ini untuk menampung semua tangismu. Menghibur dan meredakan semua kepahitan yang sedang kau rasakan. Tapi entah kenapa sore itu seakan aku menjadi seorang lelaki yang bodoh dalam hal merayu. Mulutku ini terasa terkunci. Hanya kat...