Emak....

Emak, Ning kemarin jatuh lagi.... Ya Mak, tensi darah Ning turun lagi dan sudah diwanti-wanti untuk banyak istirahat, tapi Ning masih saja seperti emak. Masih saja tak mau menjadi beban, meski sekujur tubuh terasa kesakitan. Padahal sudah berkali-kali kukatakan, saat Ning sakit, sekecil apapun urusan biar aku saja yang cukupkan. Tapi, Ning masih bandel saja. Seakan tak mau membuat repot anak-anaknya. Mak, melihat Ning sore itu membuatku teringat saat-saat bersamamu dulu. Ya, kejadian malam itu. Saat Emak mengalami hal yang sama seperti Ning kemarin. Sama-sama jatuh dan juga mengaduh. Malam yang menjadi firasat jika sua kita di dunia hanya tinggal sesaat. Tapi Mak, justru sejak saat itulah aku merasa menjadi seorang lelaki terhormat. Yah, merasa terhormat karena bisa menemani juga melayani hingga akhir hayatmu. Sejak malam itu aku benar-benar merasa menjadi sesuatu. Aku bangga menjadi seorang pelayanmu. Menjaga kedua kelopak mata agar selalu siaga dan tak terlalu...